BAB 39

66.7K 5.1K 89
                                    

Aleandra senang berkunjung ke panti, melihat anak-anak panti bahagia dengan hadiah yang Aleandra bawakan membuat perasaan Aleandra terasa hangat. Belum lagi anak-anak panti yang bersemangat bercerita tentang keseharian mereka.

Handphone dalam saku celana Aleandra bergetar, Aleandra pikir itu pesan masuk dari Edgar namun ternyata saat Aleandra mengecek, Aleandra justru mendapat pesan masuk dari Sophia.

Apa lagi ini?

Beberapa menit yang lalu baru saja Aleandra membuat Sheina sadar akan posisinya karena sudah berani-beraninya ikut campur dalam rumah tangganya, dan sekarang Sophia kembali mengganggunya. Apa lagi yang Sophia inginkan darinya?

Apa Sophia masih belum sadar juga kalau tindakan bodohnya yang berusaha menyakiti dan menghancurkan image Aleandra tak membawa keuntungan apa-apa untuknya selain kerugian, Sophia hanya akan semakin rugi. Sophia sudah kehilangan statusnya sebagai istri Edgar, apa Sophia tak takut kehilangan hal lain lagi?

Meski malas, Aleandra tetap membaca pesan masuk dari Sophia itu.

From : Sophia

Bisa kita bertemu sebentar? Ada yang ingin ku bicarakan dengan mu.

Kau tahu alamat rumah ku kan? Datang lah, aku akan menunggu kedatangan mu.

Alis Aleandra terangkat, kenapa Sophia mau bertemu dengannya? Apa Sophia ingin menjebaknya lagi, dan mempermalukannya lagi?

Aleandra mendengus kesal, kenapa Sophia tak bisa hidup dengan tenang dan tak mengusiknya sekali saja? Apa Sophia tak takut dengan apa yang bisa Aleandra lakukan kepadanya jika kesabaran Aleandra telah habis? Apa diceraikan oleh Edgar masih belum cukup membuat Sophia diam?

Aleandra bisa saja tak datang ke rumah Sophia, mengabaikan permintaan Sophia untuk bertemu tapi Aleandra penasaran apa lagi hal yang ingin Sophia bicarakan dengannya.

Pada akhirnya Aleandra meminta supir untuk mengantarkannya ke rumah Sophia, Aleandra yakin Sophia tak akan melakukan hal nekat yang membahayakannya. Karena jika hal itu terjadi Edgar pasti tidak akan memaafkan Sophia.

***

“Ada apa kau meminta ku datang kemari?” Aleandra tak mau basa-basi, ia segera bertanya setelah ia dipersilahkan masuk oleh pelayan dan duduk di sofa berseberangan dengan Sophia yang duduk di kursi rodanya.

“Tenang Aleandra, aku meminta mu kemari bukan untuk mengajak mu bertengkar. Justru aku ingin mengajak mu berdamai.”

Kening Aleandra berkerut, apa ia tidak salah dengar? Sophia mau mengajaknya berdamai? Rasanya tidak mungkin, perkataan Sophia justru terkesan bagai jebakan bagi Aleandra.

Sophia menunduk, ia meremas tangannya sendiri. “Aku tahu ini akan terdengar tidak masuk akal, kau pasti akan merasa ini hanya jebakan dari ku untuk memisahkan mu dari Edgar. Tapi tidak, aku tulus Aleandra. Aku sudah menyadari kesalahan ku, aku tahu aku terlambat menyadarinya. Aku sudah kehilangan Edgar dan segalanya. Aku ingin memulai hidup baru, aku ingin fokus pada kesembuhan ku, mencari jati diri ku dan juga cinta sejati ku.”

Setetes air mata meluruh membasahi pipi Sophia, “Setelah bercerai dari Edgar dan hidup sendirian di rumah ini hanya bertemankan pelayan yang datang dan pergi membuat ku menyadari sesuatu, hidup ku tak lagi seperti dulu. Dulu aku wanita paling bahagia, paling beruntung di dunia ini karena punya sosok laki-laki yang mencintai ku. Aku besar kepala sampai lupa daratan, ku pikir karena cinta Edgar besar kepada ku maka dia akan memaklumi semua kesalahan ku, aku selalu membuat masalah dan Edgar selalu membereskan masalah yang ku timbulkan.”

Sophia mengusap air matanya, “Ku pikir Edgar tak bisa hidup tanpa ku makanya aku bersikap seenaknya, aku bermain-main dengan perasaannya, keluarganya, bahkan nyawa anak kami sendiri ku permainkan. Awalnya aku berpura-pura bahagia mengatakan aku hamil kepada Edgar agar ia tidak marah setelah mengetahui kalau aku dan mendiang istri Logan sering menghabiskan waktu bersenang-senang dengan laki-laki yang jauh lebih muda dari usia kami. Tapi setelah aku berhasil membuat Edgar tak marah, aku menggugurkan kandungan ku lagi dan lagi. Membuat Edgar akhirnya muak dan ingin menceraikan ku, seharusnya aku sadar kalau Edgar menunda perceraian kami bukan karena cinta Edgar pada ku masih tersisa tapi karena kecelakaan itu yang hampir merenggut nyawa ku.”

Aleandra The Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang