Bab 24

65.2K 5.7K 398
                                    

Diana tak terima karena dipecat, dengan air mata membasahi pipinya Diana mengepak semua barang-barangnya ke dalam tas. Tidak Diana sangka kalau dirinya akan dikeluarkan dari pekerjaannya.

Usaha Diana selama ini jadi sia-sia, Diana tak bisa merasakan hasil dari kerja kerasnya untuk bisa menjadi pendamping Edgar. Usahanya untuk memanasi Sophia pun percuma karena Diana sudah tak bisa lagi berada di rumah ini.

Saat Diana membawa tas berisi barang-barangnya keluar dari kamar, Diana tidak sengaja bertemu dengan Sophia yang juga baru keluar dari kamarnya sendiri. Sophia menghentikan laju kursi rodanya, ia menatap Sophia dan tas di tangan Sophia bergantian dengan tatapan bingung.

“Kenapa kau membawa tas besar Diana, kau mau pergi ke mana?” tanya Sophia menyuarakan isi kepalanya, Sophia makin bingung saat melihat ekspresi tak bersahabat Diana.

Diana melangkah mendekati Sophia dan menatap Sophia dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Saya diusir oleh Tuan Edgar, sekarang Aleandra berhasil membuat saya keluar dari rumah ini dan tidak lama lagi mungkin Aleandra akan membuat Nyonya Sophia juga terusir dari rumah ini.” Bisik Diana sengaja menakut-nakuti Sophia.

Wajah Sophia terlihat pucat, takut jika nasibnya akan seperti Diana. Diana masih lebih baik, Diana sehat dan bisa melamar kerja ke tempat lain. Tapi jika Sophia yang diusir, Sophia harus ke mana dalam keadaan lumpuh? Tangannya saja belum lama ini baru bisa digerakkan.

Orang tua Sophia tak akan mau menerima Sophia kembali ke sisi mereka, karena sejak awal pun hubungan Sophia dengan keluarganya tak baik.

Melihat Sophia yang terdiam, Diana melangkah pergi meninggalkan Sophia. Paling tidak Diana mendapatkan cek sejumlah uang pesangonnya, meski hati Diana sakit karena ia tak bisa menjadi pendamping Edgar seperti apa yang ia harapkan.

Aleandra kebetulan baru saja keluar kamar, hendak ke dapur mengambil air minum namun ia melihat Sophia yang berada di ruang tamu sendirian. Aleandra melangkah mendekati Sophia dan menyadari kalau Sophia tengah melamun dengan wajah yang terlihat pucat.

Aleandra khawatir dengan Sophia, Aleandra mencoba memanggil-manggil nama Sophia namun tak mendapat jawaban, Sophia masih melamun. Mau tak mau Aleandra mengulurkan tangannya untuk menyentuh Sophia, ingin menyadarkan Sophia dari lamunannya.

Namun belum sempat Aleandra menyentuh bahu Sophia, Sophia sudah lebih dulu memejamkan matanya jatuh pingsan. Kalau bukan karena Aleandra yang menahan tubuh Sophia, Sophia pasti akan jatuh ke depan saat ia hilang kesadaran.

“Kak Sophia?!” Panggil Aleandra panik, Aleandra menahan tubuh Sophia agar tak terjatuh dari kursi roda.

Teriakan Aleandra itu rupanya terdengar oleh Edgar yang langsung menghampiri mereka dengan raut wajah khawatir, Edgar yang melihat Sophia pingsan segera mengangkat tubuh Sophia dan membawanya kembali ke kamar, membaringkan Sophia di sana sebelum ia menghubungi dokter pribadi yang memang selama ini menangani Sophia.

Aleandra hanya bisa menonton bagaimana Edgar yang panik bergerak mondar-mandir sembari menghubungi dokter untuk segera kemari. Aleandra mengernyit merasakan perasaan aneh di benaknya. Apa-apaan ini? Sophia sedang pingsan dan Edgar sedang panik, bagaimana bisa dalam keadaan seperti ini Aleandra justru merasakan sesak di dadanya hanya karena melihat Edgar yang tampak sangat perduli kepada Sophia.

Apa-apaan perasaan ini?

Bukanya Aleandra sendiri yang sebelumnya mengatakan kepada Edgar untuk lebih perhatian dan baik kepada Sophia? Tapi kenapa belum ada 24 jam setelah ia mengatakan hal itu Aleandra justru merasakan perasaan tak rela, perasaan cemburu.

Ke mana kepercayaan diri Aleandra semalam yang yakin kalau dirinya tak akan merasa cemburu? Apakah ini yang dinamakan menjilat ludah sendiri?

Tak butuh waktu lama dokter datang, Edgar menyuruh Aleandra untuk ke luar sementara Edgar dan Dokter berada di dalam kamar Sophia. Aleandra tidak tahu kenapa tapi tindakan Edgar yang menyuruhnya keluar kamar Sophia sementara Edgar berada di dalam membuat Aleandra merasa bagaikan orang lain, merasa diasingkan dan diabaikan. Hal tersebut membuat Aleandra entah mengapa terbawa perasaan dan menitikkan air mata.

Aleandra The Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang