Aleandra mengintip dari jendela kamar, ia menyadari kalau Edgar sudah kembali. Dengan cepat Aleandra kembali memasang wajah sedihnya, menunggu kedatangan Edgar di kamar sembari berusaha sekeras mungkin agar ia kembali meneteskan air mata buayanya.
Pintu kamar terbuka, Edgar muncul dengan raut wajah khawatirnya. "Kenapa kau belum tidur?" tanya Edgar sembari melangkah mendekat. Edgar duduk di pinggiran ranjang, memperhatikan mata Aleandra yang tampak bengkak.
"Aku tidak bisa tidur."
"Kau sudah makan malam?" tanya Edgar lagi yang langsung Aleandra jawab dengan gelengan kepala. "Ayo ikut dengan ku, kita makan malam bersama."
Aleandra kembali menggelengkan kepalanya menolak ajakan Edgar. "Aku tidak nafsu makan Edgar, perasaan ku sedang kacau."
Edgar menghela nafas berat, "Lalu apa yang kau inginkan?"
"Aku ingin kau di sini, di sisi ku menghibur ku. Aku butuh kau, aku merasa dibenci sekali di dunia ini dan aku merasa hina." tangis Aleandra lagi yang berhasil menyayat perasaan Edgar.
Edgar maju membawa Aleandra ke dalam pelukannya, ia mengusap punggung Aleandra dengan lembut. "Tidak usah perdulikan orang bicara apa, aku akan buat mereka semua menyesal karena telah membuat mu sedih seperti ini. Aku juga sudah meminta sekretaris ku untuk mengurus perceraian ku dengan Sophia, ini bukan hanya omong kosong belaka. Kali ini aku serius menceraikannya tidak akan ku tunda-tunda lagi hanya karena merasa kasihan."
"Benarkah?" tanya Aleandra dengan mata berkaca-kacanya.
"Benar, kau akan jadi istri ku satu-satunya. Kau akan jadi Nyonya Blake sepenuhnya dan tak akan ada lagi yang berani mengusik mu."
Aleandra mengeratkan pelukannya dengan Edgar, "Terima kasih Edgar, terima kasih karena sudah membuat ku merasa dicintai dan dihargai di saat semua orang memandang rendah diriku."
"Mereka memandang rendah dirimu karena mereka iri, kau itu cinta ku, ibu dari anak ku, kesayangan ku." Edgar mengecup kening Aleandra lembut, berusaha menyalurkan rasa cinta dan kasihnya melalui kecupan singkat itu.
Handphone yang berada di dalam saku celana Edgar tiba-tiba saja bergetar, Edgar terpaksa melepaskan pelukannya dengan Aleandra untuk melihat siapa orang yang meneleponnya.
Alis Edgar terangkat ketika melihat bahwa orang yang menghubunginya adalah Sophia. Dengan amarah yang masih tersisa Edgar mengangkat panggilan tersebut, bersiap memaki Sophia dari balik telepon namun yang terdengar bukannya suara Sophia melainkan suara orang lain yang Edgar yakini adalah pelayan yang mengurus Sophia.
"Maaf mengganggu anda Tuan Edgar, tapi Nyonya Sophia jatuh dari kursi rodanya dan terluka. Kami sudah membawa Nyonya Sophia ke rumah sakit, Nyonya Sophia meminta anda untuk datang, Nyonya Sophia menangis memohon kepada kami untuk membawa Tuan Edgar kemari."
Edgar terdiam mendengar perkataan pelayan tersebut, Edgar melirik ke arah Aleandra yang juga mendengar perkataan pelayan tersebut dari balik telepon.
Aleandra menatap Edgar dengan raut wajah sedihnya, "Jangan pergi.."
"Haloo Tuan Edgar? Apa Tuan mendengar saya?"
Aleandra menarik handphone milik Edgar itu dan menaruhnya ke atas meja tanpa mematikan sambungan telepon tersebut. Aleandra naik ke atas pangkuan Edgar dan mengalungkan tangannya di leher Edgar.
"Jangan pergi Edgar, jangan susul Kak Sophia ke rumah sakit. Temani aku di sini, aku menginginkan mu."
"Tapi Ale-" belum sempat Edgar menyelesaikan perkataannya Aleandra sudah lebih dulu menyumpal bibir Edgar dengan bibirnya.
Aleandra meraup bibir Edgar dengan ganas, tak lupa ia menggerakkan pinggulnya menggesek bagian bawah mereka berdua untuk mengalihkan perhatian Edgar.
Edgar menggeram merasakan birahinya menaik karena pancingan Aleandra, sudah lama Edgar tak menyentuh Aleandra karena Edgar menghargai Aleandra yang sibuk ujian. Mendapatkan godaan seperti ini tentu saja membuat Edgar terpancing.
Edgar membalas ciuman Aleandra sama ganasnya, tangannya terulur membelai tubuh Aleandra.
Ciuman mereka terlepas menciptakan benang liur, Edgar dengan pandangannya yang tertutup kabut gairah kini mulai membuka pakaian Aleandra satu persatu.
Edgar bermain dengan dada Aleandra yang ia rindukan, menenggelamkan wajahnya di dada Aleandra yang entah sejak kapan terasa lebih berisi.
Aleandra mendesah merasakan sensasi dari sentuhan jemari dan juga lidah panas Edgar di dadanya. Aleandra melirik ke arah handphone Edgar yang masih tergeletak di atas nakas, Aleandra tahu kalau sambungan telepon itu belum terputus.
Dengan sengaja Aleandra mengencangkan desahannya, memanggil manggil nama Edgar dengan sensual.
Sudut bibir Aleandra terangkat membentuk sebuah seringai, ia tertawa dalam hatinya.
Kak Sophia.. aku tahu kau mendengar ini dari balik sambungan telepon itu, dengarkan lah baik-baik desahan ku memanggil nama suami kita.
Rasakan lah balasan dari ku, pasti rasanya sakit bukan? Suami mu tidak mau menemui mu dan lebih memilih menghabiskan waktu dengan istri keduanya.
Selama ini Sophia dan semua orang selalu menuduh Aleandra sebagai penjahatnya, sekarang Aleandra akan turuti kemauan mereka semua. Aleandra akan berperan sebagai penjahatnya dan Sophia jadi mantan istri tersakiti.
Sophia bisa menarik simpati semua orang dengan kisah sedihnya yang ia karang, Aleandra tak butuh simpati orang lain. Aleandra hanya butuh Edgar, dengan Edgar saja Aleandra bisa melakukan apa saja.
Dengan cinta yang Edgar miliki untuknya, Aleandra bisa menutup mulut siapa pun yang mau. Diana saja berhasil ia singkirkan, Sophia juga berhasil Aleandra buat diceraikan oleh Edgar, Aleandra bisa lakukan apa pun yang ia mau tanpa harus mengotori tangannya secara langsung.
Dengan cinta Edgar ia bisa melakukan apa pun, termasuk menginjak-injak orang yang sudah berani-beraninya cari masalah dengannya.
***
Sophia menitikkan air matanya, ia mendengar semuanya. Handphonenya diloud speaker saat pelayan ia perintahkan untuk menelepon Edgar dan mengabari keadaannya yang masuk rumah sakit ke Edgar.
Sophia mendengar dengan jelas bagaimana Edgar tak terdengar khawatir sedikit pun, padahal Sophia sudah berharap Edgar akan berlari kemari dan meminta maaf tapi yang Sophia dengar dari balik sambungan telepon itu justru suara desahan Aleandra dan Edgar.
Rasanya pedih saat mendengar Edgar mendesahkan nama Aleandra di saat Sophia berbaring di ranjang rumah sakit dengan kening di perban. Apa ia benar-benar telah dibuang oleh Edgar?
Sambungan telepon itu Sophia matikan karena tak sanggup mendengar suara menjijikan itu lebih lanjut lagi, Sophia melempar handphonenya ke lantai.
"Aleandra sialan!! Wanita licik! Kenapa aku selalu kalah darinya, apa yang dia miliki tapi tak aku miliki?!" teriak Sophia frustasi, ia mengacak-acak rambutnya kesal.
Sekarang Sophia sudah tak punya harapan lagi, ia benar-benar telah dibuang oleh Edgar. Posisinya benar-benar sudah digantikan oleh Aleandra.
Kalau Sophia tahu hidupnya akan begini, ia tidak akan menggugurkan kandungannya. Kalau Sophia punya anak dari Edgar, Edgar tak mungkin semudah ini membuangnya.
Tapi sayang sekali Sophia tak bisa memutar waktu kembali.
—
Sorry previewnya ketinggalan.
Next preview
“Aku hanya perlu meminta kepada Edgar untuk menghancurkan mu maka Edgar pasti akan menuruti kemauan ku, jangan sok ikut campur kau Julian.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleandra The Antagonist [END]
RomanceJadi istri kedua tidak pernah ada dalam daftar keinginan Aleandra. Tidak pernah sekalipun. Tapi disinilah Aleandra sekarang, menjadi istri muda dari pengusaha properti bernama Edgar Cornelius Blake.