"Kening mu kenapa Aleandra?” Olivia kebingungan saat melihat Aleandra masuk ke kelas dengan perban menutupi sebagian kecil keningnya. “Kau terluka?”
Aleandra tertawa kecil sembari duduk di kursinya, ia sudah menebak kalau teman-temannya pasti akan penasaran setelah melihat luka di keningnya. “Bukan apa-apa aku hanya sedikit ceroboh dan terbentur.”
“Kau harus hati-hati Ujian kelulusan sudah tinggal menghitung hari, kalau terjadi sesuatu kepada mu bagaimana kau bisa melaksanakan Ujian nanti?” Lorraine ikut menimpali, “Apa itu sakit?”
Aleandra menggelengkan kepalanya, “Tidak sakit kok, lagi pula sudah diobati jadi tidak ada masalah. Besok juga pasti sudah sembuh.”
“Kalau kau merasa pusing bilang pada ku ya, aku akan menemani mu ke UKS.” Kayla menawarkan diri untuk membantu Aleandra, meski itu juga jadi akal-akalannya agar bisa bolos satu mata pelajaran.
Lorraine memukul lengan Kayla pelan, “Kalau kau menemani Aleandra ke UKS dan perihal ini terdengar oleh Kayden di kelas sebelah, Kayden bisa salah paham dan mengira kau yang sakit. Dia bisa-bisa membuat keributan nanti, kau seperti tidak tahu saja seberapa protektifnya saudara kembar mu itu kepada mu.”
Kayla berdecak jengkel, yang Lorraine katakan ada benarnya. Saat Kayla, Lorraine dan Aleandra masih asik mengobrol menunggu bel berbunyi. Olivia justru memandang Aleandra dengan tatapan khawatir.
Olivia ingat betul beberapa hari yang lalu ia sempat melihat Aleandra dan Om Aleandra—Edgar Cornellius Blake sedang berbelanja lingerie di toko pakaian dalam wanita.
Olivia ingat betul betapa mesranya Aleandra dan Edgar saat itu, Olivia sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk berpura-pura tak tahu dan tak akan membahas hal ini dengan Aleandra karena itu masalah pribadi Aleandra yang mungkin tak ingin Aleandra bagi.
Tapi setelah melihat Aleandra datang ke sekolah dalam keadaan kepala terluka membuat Olivia khawatir, apa jangan-jangan luka di kepala Aleandra itu ternyata karena perbuatan Edgar?
Olivia menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh berpikiran negatif. Aleandra sudah mengatakan sendiri kalau dia hanya terbentur karena kecerobohannya. Olivia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, berusaha menjernihkan pikirannya dari hal-hal negatif yang hanya akan membuatnya panik sendiri.
***
“Kenapa lagi Aleandra, apa kau tidak suka makanannya?” Kayla yang duduk berseberangan dengan Aleandra di kursi meja makan kantin melihat Aleandra yang nampak merengut saat makanan pesanannya masuk ke dalam mulutnya.
Lorraine yang duduk di sebelah Kayla menaikkan satu alisnya bingung, “Biasanya kau suka makanan itu, beberapa hari yang lalu juga kau pesan makanan yang sama kan? Dan kau kelihatan baik-baik saja hari itu, apa kali ini rasanya asin?”
Aleandra menggelengkan kepalanya, bukannya asin tapi Aleandra merasa mual saat makanan itu masuk ke dalam mulutnya.
Olivia yang duduk di sebelah Aleandra makin panik saat melihat Aleandra tiba-tiba saja berdiri dari kursinya dan berlari kencang menuju toilet.
Kayla dan Lorraine sudah berniat mengejar Aleandra namun Olivia menghalangi mereka, “Tidak perlu, kalian makan saja makan siang kalian. Biar aku yang menemani Aleandra.”
Olivia menyusul Aleandra sembari membawa handphone Aleandra yang tertinggal di meja. Olivia ikut masuk ke dalam toilet perempuan, Olivia masuk ke bilik di mana Aleandra tengah mual-mual memuntahkan seluruh isi perutnya.
Olivia membantu memegangi rambut Aleandra agar tak bersentuhan dengan kloset, tiba-tiba saja handphone Aleandra yang berada dalam genggaman tangan Olivia bergetar, ada pesan masuk dari kontak bernama Edgar C.B
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleandra The Antagonist [END]
RomanceJadi istri kedua tidak pernah ada dalam daftar keinginan Aleandra. Tidak pernah sekalipun. Tapi disinilah Aleandra sekarang, menjadi istri muda dari pengusaha properti bernama Edgar Cornelius Blake.