Nafas Edgar dan Aleandra masih memburu, keringat membasahi seluruh tubuh mereka namun meski begitu mereka tetap berpelukan usai percintaan panas mereka.
Aleandra merebahkan kepalanya di dada bidang Edgar, mendengarkan suara detak jantung Edgar yang tepompa cepat.
Aleandra bisa merasakan tangan Edgar yang merangkulnya bergerak mengusap punggung telanjangnya.
“Edgar..” panggil Aleandra pelan.
Edgar berdeham, matanya Edgar masih terpejam, ia hanya mendekatkan dagunya ke puncak kepala Aleandra sembari menunggu Aleandra melanjutkan perkataannya.
“Soal Sophia..”
Kening Edgar berkerut ketika mendengar nama Sophia disebut, di saat seperti ini kenapa Aleandra justru membahas Sophia?
“Kalau yang ingin kau bahas adalah soal perceraian, kau jangan takut Aleandra. Aku pasti akan menceraikan Sophia, aku sudah tidak memiliki rasa apa-apa kepad—”
“Bukan itu.” Aleandra memotong perkataan Edgar, “Justru aku tidak ingin kau menceraikannya.”
Edgar terlojak dari posisinya, membuat Aleandra yang bersandar di dadanya ikut terduduk. Edgar menatap Aleandra dengan pandangan tak percaya.
“Kau gila?! Kau mau selamanya jadi istri kedua?!”
Aleandra menggelengkan kepalanya, tentu saja ia tidak mau jadi istri kedua selamanya. Ia mau Edgar hanya jadi miliknya, jadi suaminya seorang. Tapi Aleandra meminta hal ini juga bukan tanpa alasan.
“Apa kau tidak lihat kemajuan Kak Sophia? Dia cepat pulih sejak kita menikah, sebelum kita menikah Kak Sophia tidak menunjukkan kemajuan apa-apa. Tapi setelah kita menikah Kak Sophia seolah memiliki semangat untuk kembali pulih. Dia sekarang bisa bicara meski kadang masih belum terlalu jelas, dia juga sudah bisa menggerakkan tangannya. Hanya kakinya yang belum bisa digerakkan.” Jelas Aleandra panjang lebar.
“Intinya apa?” tanya Edgar dengan wajah datarnya, ia masih tidak paham kenapa Aleandra tidak ingin ia menceraikan Sophia.
“Aku ingin kau menunda keinginan mu untuk menceraikan Kak Sophia sampai Kak Sophia benar-benar sehat. Dan aku ingin kau mulai menaruh perhatian kepada Kak Sophia agar Kak Sophia semakin memiliki semangat untuk sembuh.”
Edgar menggelengkan kepalanya, ia masih tak mengerti dengan apa yang Aleandra maksudkan. “Memberi perhatian kepada Sophia? Bukankah aku sudah mengatakan kepada mu kalau hubungan ku dan Sophia sudah tak bisa diselamatkan lagi? Aku sudah tidak mencintainya Aleandra, dia bagaikan orang asing bagi ku.”
“Lalu kau mau menceraikannya dalam kondisi lumpuh begitu? Aku hanya ingin kau berada di sisinya, mensupportnya, memberinya alasan untuk semangat menjalani pengobatan. Dengan begitu saat dia sembuh, saat kalian berpisah setidaknya Kak Sophia bisa memulai hidup baru dengan keadaan sehat. Bukan ditinggalkan oleh mu dalam keadaan lumpuh.”
Edgar mengusap wajahnya kasar, “Kau pikir dengan aku bersikap manis kepadanya akan membuatnya semangat untuk sembuh begitu? Oke.. anggaplah begitu, anggaplah kesehatan Sophia mengalami kemajuan pesat setelah aku memberinya perhatian lebih, tapi apa kau tidak takut jika aku terbawa perasaan dan kembali jatuh hati pada Sophia? Bagaimana pun kami punya kenangan bersama, kami pernah saling mencinta, apa kau tidak takut akan hal itu?”
Aleandra menggelengkan kepalanya, sebenarnya ia takut namun Aleandra percaya kepada Edgar. “Aku percaya kepada mu Edgar, aku tahu kau tidak akan jatuh ke dalam lubang yang sama berkali-kali.”
“Kalau begitu ini pertanyaan ku yang terakhir, apa kau yakin kau tidak akan cemburu?”
Aleandra dengan percaya diri menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Aleandra terlalu menganggap gampang semuanya, Aleandra tidak tahu kalau ia akan menjilat ludahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleandra The Antagonist [END]
RomanceJadi istri kedua tidak pernah ada dalam daftar keinginan Aleandra. Tidak pernah sekalipun. Tapi disinilah Aleandra sekarang, menjadi istri muda dari pengusaha properti bernama Edgar Cornelius Blake.