BAB 18

74.1K 7.1K 519
                                    

Edgar keluar dari kamar Sophia, beralih menemui Aleandra yang kini tengah membersihkan diri. Edgar khawatir jika Aleandra sakit hati akan tindakan Sophia sebelumnya.

Tapi Aleandra justru terlihat baik-baik saja, keluar dari kamar mereka dalam keadaan segar karena telah mandi.

“Kau baik-baik saja?” tanya Edgar memastikan.

Aleandra menganggukkan kepalanya, “Aku baik-baik saja. Apa kita akan sarapan bersama sekarang?” tanya Aleandra sembari hendak melewati Edgar menuruni tangga, namun Edgar lebih dulu mencegah.

“Kau yakin kau baik-baik saja? Kalau kau kesal, kau bisa luapkan kekesalan mu. Jangan ditahan hanya karena kau merasa bersalah, ingat Aleandra. Kau tidak bersalah apa-apa. Seharusnya kau menerima tawaran ku waktu itu untuk tinggal terpisah dari Sophia.”

Aleandra menghela nafas, ia berbalik kembali menatap Edgar. “Jika kita tinggal terpisah dari Kak Sophia, justru Kak Sophia akan semakin membenci ku. Kau yang awalnya jarang pulang ke rumah ini akan semakin jarang pulang atau bahkan tidak akan pernah datang ke rumah ini lagi. Edgar.. apa kau tahu selagi kau tidak ada di rumah ini, selagi kau sibuk bekerja dan tidak pulang berhari-hari. Para pelayan mengabaikan Sophia, mereka mendadak peduli dan sigap merawat Sophia hanya saat kau ada di rumah.”

“Dulu sebelum kita menikah saja, saat aku datang terlambat ke rumah ini untuk bekerja. Tidak ada satu pelayan pun yang mau menggantikan popok Kak Sophia, mereka membiarkan Kak Sophia tidur di ranjang dalam keadaan popok penuh kotoran. Mereka juga tidak memberikan Kak Sophia sarapan. Jika kita tinggal di rumah yang berbeda, bisa kau bayangkan bagaimana nasib Kak Sophia nanti? Kau tidak tahu kan kalau selama ini pelayan yang kau pekerjakan justru bertindak seperti itu kepada istri pertama mu.”

Edgar menggelengkan kepalanya, Aleandra salah. “Aku tahu, aku sudah tahu semuanya.”

Kening Aleandra berkerut bingung, kalau Edgar sudah tahu lalu kenapa Edgar diam saja dan tidak menegur perlakuan pelayan itu kepada Sophia.

Sebegitu tidak peduli kah Edgar kepada Sophia?

“Di rumah ini ada cctv, pelayan di sini tidak tahu karena tidak pernah ku beri tahu di mana letak cctv tersebut. Bukan hanya cctv tapi security juga kerap mengadu kepada ku soal perlakuan pelayan kepada Sophia. Aku diam saja bukan tanpa alasan, aku diam saja karena sejauh ini pelayan tidak pernah menyakiti Sophia secara fisik. Mereka hanya mengabaikan Sophia seperti Sophia mengabaikan mereka dulu.”

“Mengabaikan?”

“Dulu saat Sophia masih sehat, Sophia selalu bersikap buruk pada pelayan. Memecat pelayan sesuka hati dan juga memotong gaji pelayan sesuka hatinya. Jika ada pelayan yang melakukan kesalahan sedikit saja, entah itu salah dalam menyiapkan air hangat untuk Sophia berendam atau bahkan salah karena memasak makanan yang terlalu berminyak. Sophia pasti dengan entengnya memukuli pelayan, memotong gaji pelayan itu lalu memecatnya.”

Edgar menambahkan lagi, “Semua pelayan di rumah ini pernah Sophia siksa, maka dari itu mereka tidak ada yang sudi mengurus Sophia saat Sophia sakit. Aku jarang di rumah saat itu karena sibuk, aku pun baru tahu hal itu setelah security mulai berani mengadu soal kejahatan Sophia setelah Sophia kecelakaan, mereka tidak ada yang berani mengadu saat Sophia masih sehat. Karena Sophia mengancam akan memecat mereka jika berani mengadu kepada ku.”

Aleandra masih tidak mengerti. “Kalau kau sudah tahu kenapa kau diam saja, kenapa kau hanya menyaksikan saat Kak Sophia diabaikan oleh pelayan? Bukankah itu kejam?”

Edgar berdecih mendengar perkataan Aleandra, “Kejam? Kalau aku kejam, aku tidak akan menampungnya di rumah ini. Kalau aku kejam pasti Sophia sudah ku ceraikan. Keluarga Sophia sendiri tidak mau menerima Sophia, saat aku mengatakan kepada keluarganya bahwa aku akan menceraikan Sophia, mereka menolak jika Sophia dipulangkan kepada mereka. Mereka bilang mereka sudah tidak ada hubungan dengan Sophia dan tidak punya waktu untuk mengurus anak yang cacat.”

Aleandra The Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang