Sejak Aleandra dan Edgar menikah mereka berdua belum pernah pergi berbulan madu, bahkan saat anak pertama mereka sudah menginjak usia dua tahun.
Bukannya Edgar dan Aleandra tidak ingin melakukan bulan madu melainkan mereka tidak pernah punya waktu untuk melakukannya.
Saat Aleandra dan Edgar baru menikah mereka tak bisa berbulan madu karena pekerjaan Edgar dan juga karena sekolah Aleandra yang baru dimulai.
Saat Aleandra sudah lulus, mereka masih tak bisa melakukan bulan madu karena Aleandra hamil dan tidak suka berpergian jauh, Aleandra lebih suka di rumah bergelung dengan selimut atau tenggelam dalam pelukan hangat Edgar.
Setelah Aleandra melahirkan pun mereka tak bisa bulan madu, putra mereka masih terlalu kecil untuk ditinggal, dibawa pergi pun tak mungkin. Maka dari itu mereka mengubur keinginan mereka untuk berbulan madu dan saling bahu membahu merawat putra pertama mereka dengan penuh kasih sayang.
Edgar bahagia bukan main saat putranya lahir, ia senang karena akhirnya keinginannya terwujud untuk punya keturunan.
Edgar sayang dengan putranya, sayang sekali. Tapi di satu sisi Edgar juga jengkel dengan putranya yang selalu memonopoli Aleandra.
Pasalnya sejak putranya lahir Edgar jadi kesulitan untuk punya waktu bermesraan bersama Aleandra, putranya itu langsung merengek dan duduk di antara mereka berdua setiap kali Edgar berusaha mengambil kesempatan untuk bermesraan dengan Aleandra.
Dan yang paling membuat Edgar geleng-geleng kepala adalah saat malam hari, saat Edgar rindu berada di dalam diri Aleandra, Edgar sudah memindahkan putranya ke kamar putranya itu sendiri namun putranya itu selalu saja terbangun dan berakhir menangis.
Edgar tak hilang akal, ia mencari cara lain dengan tak memindahkan putra mereka yang telah tertidur di ranjang mereka. Edgar memilih untuk membawa Aleandra ke kamar lain yang kosong namun lagi-lagi putra mereka selalu bangun dan menangis di saat Edgar baru saja ingin menelanjangi dirinya dan Aleandra, selalu saja begitu sampai Edgar stress sendiri dibuatnya.
Semalam pun sama, Edgar kembali gagal bercinta dengan istrinya karena putra mereka, tapi Edgar tak tega setelah melihat wajah sedih melihat ekspresi sedih putranya yang tak ingin ditinggal oleh Aleandra, memang putra mereka itu sangat menempel kepada Aleandra.
“Wajah mu kusut sekali, ini masih pagi.” Logan menegur Edgar karena mereka tak sengaja bertemu di lobi, Logan tertawa kecil melihat wajah tak bersemangat Edgar.
“Ini soal putra mu lagi ya?” tanya Logan saat mereka berdua memasuki lift bersama-sama.
Edgar menghela nafas, tertawa kecil sembari mengangguk pelan. Tebakan Logan benar.
“Ya begitu lah memiliki anak, tidak selamanya indah-indah saja. Tapi aku bersyukur aku tidak mengalami apa yang kau alami, aku dan putri ku tidak pernah berebut Agatha justru Agatha dan putri kami lah yang memperebutkan ku. Mereka menggemaskan sekali.” senyum Logan terbit kala mengingat istri dan putrinya yang sering berdebat lucu setiap kali mereka mereka menghabiskan waktu bertiga, putrinya selalu merengut lucu jika Logan dan Agatha terlalu mesra di depannya.
Edgar melirik sinis ke arah Logan, “Aku tidak menyuruh mu pamer.”
Logan tertawa kecil, ia tidak tahu kalau menggoda Edgar ternyata akan semenyenangkan ini.
Pintu lift terbuka, Logan dan Edgar keluar dari lift. Logan agak kasihan saat melihat Edgar melangkah lemas menuju ruangannya sendiri, kalau dilihat-lihat Edgar cukup memprihatinkan juga.
Logan memandang punggung Edgar yang menjauh, Logan menyipitkan matanya sembari mengusap-ngusap dagunya yang terdapat janggut tipis yang kebetulan tidak ia cukur karena putrinya suka memainkan janggutnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleandra The Antagonist [END]
RomanceJadi istri kedua tidak pernah ada dalam daftar keinginan Aleandra. Tidak pernah sekalipun. Tapi disinilah Aleandra sekarang, menjadi istri muda dari pengusaha properti bernama Edgar Cornelius Blake.