BAB 9

101K 6.6K 177
                                    

Aleandra bangun terlambat, ia bahkan kesulitan untuk bangun dari tempat tidurnya. Saat Aleandra terbangun Edgar sudah tidak ada lagi di sebelahnya, sisi bagian Edgar di ranjang telah kosong dan dingin. Dalam hati Aleandra mengira kalau Edgar pasti sudah pergi bekerja, mengingat bahwa Edgar itu adalah orang yang sibuk.

Dengan langkah tertatih Aleandra melangkah menuju kamar mandi, ia harus membersihkan dirinya sebelum turun ke lantai bawah untuk sarapan. Saat memandang pantulan dirinya di cermin, Aleandra bisa melihat kalau tubuhnya dipenuhi bekas-bekas semalam. Mulai dari leher, bagian tulang selangka, dada sekitar nipplenya, Aleandra dengan tatapan datar pantulan dirinya.

Kalau saja orang yang nikahi bukan orang yang telah memiliki istri dan ia satu-satunya wanita di hidup laki-laki tersebut, mungkin Aleandra akan tersenyum bahagia setelah melihat memar keunguan itu ditubuhnya. Namun perasaan Aleandra saat ini justru perasaan bersalah, memikirkan bagaimana caranya ia menutupinya agar tidak dilihat oleh Sophia.

Aleandra beralih menyalakan shower, ia tidak bisa berlama-lama di kamar mandi. Perutnya sudah berontak minta diisi.

***

Saat Aleandra turun ke lantai bawah, yang Aleandra dapati adalah Edgar yang ternyata masih ada di rumah. Edgar sedang duduk sembari menikmati secangkir kopi, sibuk berkutat dengan tabletnya.

Edgar mendongak melihat ke arah Aleandra, “Kau sudah bangun?” tanya Edgar pada Aleandra yang hanya Aleandra jawab dengan anggukan.

“Duduk lah, sarapan sudah siap.” Edgar menunjuk ke arah kursi kosong di sebrang ya, di atas meja makan tersebut sudah tersedia makanan yang disiapkan oleh pelayan.

Aleandra melangkah mendekat, agak merasa malu ketika Edgar memperhatikannya yang melangkah mendekat dengan langkah tertatih.

Setelah Aleandra duduk dan memakan makanannya, Edgar memberikan Aleandra beberapa brosur. Brosur tersebut adalah brosur sekolah.

“Seperti yang sudah ku janjikan kepada mu, aku akan menyekolahkan mu kembali. Kau bisa pilih di antara semua brosur itu, kau mau bersekolah di mana. Semua sekolah itu adalah sekolah di bawah yayasan ku jadi kau bebas memilih.” Edgar menunjuk ke arah brosur tersebut, ia sejenak menyesap kopi miliknya yang mulai dingin sebelum ia bangkit berdiri dari posisi duduknya di sebrang Aleandra.

Edgar melanjutkan, “Kau bisa pikirkan dan pertimbangkan, kau bisa beritahu aku keputusan mu lewat pesan atau kau bisa beritahu aku nanti saat aku pulang. Lebih cepat lebih baik, agar kau bisa segera masuk sekolah kembali.”

Aleandra menganggukkan kepalanya, Aleandra masih sibuk mengunyah makanan saat Edgar melangkah memutari meja makan dan berdiri di hadapan Aleandra. Aleandra mendongak dengan alis terangkat sebelah, bertanya-tanya dalam hati kenapa Edgar mendekatinya.

Aleandra terkejut bukan main saat Edgar menunduk dan mengecup keningnya singkat, Edgar berpamitan pergi meninggalkan Aleandra yang masih shock akan tindakan Edgar itu. Bukan hanya Aleandra saja yang terkejut, Diana yang baru saja membawa Sophia keluar dari kamarnya untuk sarapan pun terkejut melihat hal itu.

Sesaat Edgar benar-benar pergi dari rumah, saat itu juga Diana mulai mengeluarkan taringnya. “Benar-benar tidak tahu malu kau Aleandra, apa kau tidak punya harga diri menggoda Tuan Edgar di depan Nyonya Sophia? Semalam kau mendesah dengan tidak tahu malu hingga semua pelayan dan Nyonya Sophia bisa mendengarnya.”

Kening Aleandra berkerut, apa-apaan perkataan Diana itu? Menuduhnya menggoda Edgar? Aleandra tidak melakukan apa-apa, Aleandra turun dari kamar langsung berfokus pada sarapannya. Edgar yang mengajaknya bicara soal brosur sekolah, Edgar juga yang mengecup keningnya, Aleandra tidak meminta Edgar untuk melakukannya.

Aleandra The Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang