Edgar mencengkram handphonenya kuat saat ia mendapatkan pesan dari Aleandra, pesan tersebut entah mengapa membuat suasana hati Edgar menjadi buruk seketika.
Aleandra memberitahu Edgar kalau setelah pulang sekolah nanti Aleandra tidak akan langsung pulang melainkan akan mampir ke cafe di dekat sekolah dengan temannya.
Yang membuat Edgar jengkel adalah teman yang Aleandra maksud adalah Julian, orang yang tempo hari Edgar lihat bercanda bersama Aleandra saat Edgar menjemput Aleandra di sekolah.
Edgar merasa ada yang aneh dengan dirinya, ia bukan tipikal laki-laki pencemburu. Terlebih lagi pada seorang anak remaja baru pubertas seperti Julian. Tapi Edgar tidak bisa memungkiri bahwa ia tidak tenang memikirkan bahwa Aleandra dan Julian berduaan di cafe meski alasannya untuk belajar sekali pun.
***
“Apa ada lagi bagian yang tidak kau mengerti?” tanya Julian kepada Aleandra, mereka sudah satu jam setengah berada di cafe ini untuk belajar bersama. Julian banyak membantu menerangkan materi yang Aleandra tak mengerti.
Aleandra menggelengkan kepalanya, “Untuk materi ini aku tidak ada pertanyaan lagi. Maaf sudah membuat mu repot-repot mengajari ku.”
Julian justru tertawa mendengar perkataan Aleandra, ia tidak merasa direpoti sedikit pun. Julian senang membantu Aleandra. “Bukan apa-apa. Oh ya, Aleandra ada yang ingin ku tanyakan padamu.”
Satu alis Aleandra terangkat, penasaran dengan pertanyaan apa yang ingin Julian tanyakan padanya.
“Apa kau sudah punya pacar?”
“Tidak punya.” Aleandra tidak berbohong, secara teknis dia memang tidak punya pacar tapi ia punya suami.
Julian berdeham, menegakkan posisi duduknya dan menatap Aleandra dengan tatapan penuh harap.
“Aleandra, aku tahu ini terlalu mendadak dan terlalu cepat tapi Aleandra.. aku suka padamu. Apa kau mau jadi pacar ku?”
Aleandra sudah menduga Julian pasti akan mengatakan hal ini, Julian itu remaja yang sedang dalam masa-masanya mudah jatuh hati, baru kenal dua Minggu sudah berani menembak, tipikal remaja jaman sekarang.
“Maaf Julian, aku berterima kasih sekali kau sudah mau menjadi teman ku dan membantu ku mengejar pelajaran yang tertinggal, tapi Julian aku tidak bisa menerima perasaan mu, aku hanya menganggap mu sebagai teman saja tidak lebih.” Aleandra menambahkan, “Terlebih lagi tujuan ku sekarang bukan untuk mencari kekasih, tapi lulus dengan nilai yang memuaskan.”
Bahu Julian yang awalnya tegap kini turun, layu setelah mendapat penolakan dari Aleandra. “Aku paham dan aku tidak akan memaksa mu, tapi Aleandra aku tidak akan menyerah. Jujur aku benar-benar menyukai mu meski kita belum lama ini saling mengenal, aku akan tetap berjuang hingga kau percaya pada ku dan mau menerima perasaan ku ini. Jadi tolong jangan suruh aku menjauh, biarkan aku terus menyukai mu dan berjuang membuat mu mau menerima ku di kemudian hari.”
Aleandra tidak tahu harus menjawab apa, Aleandra tidak bisa melarang Julian untuk tidak jatuh hati padanya. “Terserah kau saja.”
Aleandra yakin perasaan Julian hanya sementara saja padanya, Aleandra yakin perasaan suka Julian akan hilang dengan seiring waktu bersamaan dengan perasaan penasaran Julian akan dirinya menghilang.
Julian menunduk sedih karena pernyataan cintanya ditolak oleh Aleandra, meski begitu Julian tidak akan menyerah. Ia akan membuktikan kepada Aleandra bahwa perasaannya bukan main-main atau bukan hanya sekedar rasa penasaran belaka.
***
Aleandra pulang diantar oleh Julian, Diana yang kebetulan saat itu ada di dekat jendela bisa melihat bahwa Aleandra pulang dibonceng oleh Julian dengan sepeda motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleandra The Antagonist [END]
RomanceJadi istri kedua tidak pernah ada dalam daftar keinginan Aleandra. Tidak pernah sekalipun. Tapi disinilah Aleandra sekarang, menjadi istri muda dari pengusaha properti bernama Edgar Cornelius Blake.