Aleandra berbalut gaun pengantin putih, gaun tersebut sangat pas di tubuhnya. Dan jujur saja Aleandra menyukai gaun yang ia kenakan saat ini dibandingkan dengan gaun yang ia coba sebelumnya. Gaun ini tidak terlalu mewah dan terbuka namun tetap cantik dilihat.
"Kami beli gaun yang ini." Edgar seolah bisa membaca pikiran Aleandra.
Aleandra hanya tersenyum sebelum kembali ke ruang ganti untuk melepas gaun yang ia coba. Mereka harus buru-buru karena setelah ini mereka harus pergi melihat hotel yang akan mereka gunakan sebagai tempat pelaksanaan pernikahan mereka nanti.
Hotel yang akan mereka kunjungi tidak jauh dari butik, tidak butuh waktu lama untuk pergi ke sana.
Sesampainya di sana, Aleandra dan Edgar di sambut hangat oleh pihak wedding organizer yang sudah menunggu di hotel.
Aleandra agak terkejut ketika ia mengetahui bahwa hotel yang akan mereka gunakan untuk perayaan pernikahan mereka ternyata adalah hotel milik Edgar sendiri.
Awalnya Aleandra kira pekerjaan Edgar itu adalah jual beli properti, karena itu yang ia ketahui dari Ibu Panti. Tapi ternyata Edgar jauh dari apa yang Aleandra bayangkan sebelumnya. Edgar kaya, tapi nampaknya Edgar lebih kaya dari apa yang Aleandra pikirkan selama ini.
"Semuanya sudah hampir selesai?" Tanya Edgar kepada seorang wanita yang nampaknya bertanggung jawab akan pelaksanaan pernikahan mereka. "Saya tidak mau kalau ada masalah terjadi saat hari pelaksanaan."
Aleandra tidak terlalu memperhatikan apa yang Edgar bicarakan dengan orang itu tugas Aleandra di sini hanya lah untuk menemani Edgar mengurus semuanya. Sesekali Edgar bertanya kepada Aleandra soal pendapat Aleandra namun Aleandra mengembalikan keputusan kepada Edgar.
"Kau banyak diam." Edgar menyentuh lengan Aleandra, membuat Aleandra terbangun dari lamunannya sejenak. "Urusan kita sudah selesai di sini, apa kau mau makan siang bersama sebelum pulang?"
Sekali lagi Aleandra menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Kembali mengikuti Edgar dari belakang.
Aleandra terlalu banyak diam dan berjalan di belakang Edgar sembari menunduk, membuat Aleandra tanpa sengaja membentur punggung lebar Edgar ketika Edgar menghentikan langkahnya.
Edgar berbalik memandang Aleandra, sementara Aleandra kebingungan karena Edgar mendadak menghentikan langkahnya. Apa mereka tidak jadi makan siang bersama di restoran hotel ini?
Aleandra membuang pandangannya ke arah lain, merasa canggung karena di tatap serius oleh Edgar. Dalam hati Aleandra bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Apakah ia melakukan kesalahan yang membuat Edgar kesal?
Kalau iya, kesalahan apa yang sudah ia perbuat?
“Aleandra..” panggil Edgar dengan suara beratnya, Aleandra mau tidak mau harus kembali menatap Edgar. Mereka saling berpandangan dan itu benar-benar terasa canggung bagi Aleandra.
“Sejak kita pergi ke butik dan kemari, kau hanya diam saja. Kau tidak terlihat tertarik sedikit pun pada proses persiapan pernikahan kita.” Edgar menghela nafas berat sebelum melanjutkan, “Kalau kau memang merasa sangat terpaksa, sebaiknya jangan paksa dirimu untuk menikah dengan ku Aleandra. Ingat, aku menawarkan mu untuk menjadi istri ku, bukan memaksa mu. Aku tidak mau pernikahan kita terkesan paksaan untuk mu.”
Aleandra kembali menunduk, Ahh.. Edgar pasti merasa harga dirinya terluka karena sikap Aleandra yang tampak tidak antusias dalam persiapan pernikahan mereka berdua. Tapi mau bagaimana lagi, Aleandra tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi sebelumnya.
Tidak pernah sekalipun dalam benaknya ia mengira bahwa ia akan menikah dengan Edgar, seorang laki-laki beristri. Aleandra butuh banyak waktu untuk terbiasa akan fakta itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleandra The Antagonist [END]
RomanceJadi istri kedua tidak pernah ada dalam daftar keinginan Aleandra. Tidak pernah sekalipun. Tapi disinilah Aleandra sekarang, menjadi istri muda dari pengusaha properti bernama Edgar Cornelius Blake.