"Unnie? Kita mau ngapain?" Tzuyu bertanya setibanya kami di ruang tamu.
"Entahlah. Sana yang mengajak kami untuk menjemputmu." Mina menjawab.
Ternyata Sana tidak cerita tentang first lovenya pada Mina dan mungkin hanya aku yang mengetahui hal ini.
Tadi pagi Sana datang ke kamarku dan bilang kalau dia bermimpi tentang cinta pertamanya.
Itu sempat membuatku merasa kesal. Karena selalu orang itulah yang Sana bahas denganku.
Tapi, aku tak tega melihatnya yang murung. Aku pun menuruti permintaannya. Yaitu berenang bersama-sama.
"Ayo ke atas untuk ganti baju!" Lihatlah, sekarang dia sudah kembali ceria. Membuatku tersenyum.
"Ehh?? Buat apa Sana?" Mina menatapnya heran.
"Memakai baju renang. Kita kan mau berenang." Sana langsung menarik Mina menuju ke atas.
Saat ingin melangkah, kulihat Tzuyu terdiam mematung di tempatnya.
"Tzu?" Aku melambaikan tanganku di depan wajahnya.
"W-wae unnie?" Raut mukanya terlihat panik. Seperti sedang melihat hantu saja.
"Ayo ke atas."
"N-nee unnie.."
Tzuyu berjalan melewatiku. Kulihat tangannya gemetaran. Entah kenapa dia seperti itu. Mungkin dia malu karena akan ganti baju bersama kami?
Aku pun naik ke atas, menuju ke ruang pakaian.
Author POV
Momo masuk ke dalam ruang pakaian dan mulai memilih pakaian yang ingin dikenakannya.
Kaos putih dan celana pendek. Langsung saja Momo masuk ke ruang ganti untuk mengganti pakaian.
Tak sampai satu menit berlalu, Momo keluar dari ruang ganti dan Sana langsung menariknya keluar ruangan.
Sekarang tersisa Mina yang sudah mengganti baju dan Tzuyu yang baru saja ingin mengganti bajunya.
"Aku ke bawah duluan Tzu." Mina berucap.
"Nee unnie.."
Mina keluar dari ruangan, menyisakan Tzuyu yang baru bisa bernafas lega.
"Akhirnya.."
Sekarang Tzuyu bisa mengganti bajunya karena sudah tidak ada lagi orang lain.
Kalau mereka bertiga melihat lengannya yang penuh luka itu, entah apa yang akan terjadi padanya.
Tzuyu membuka bajunya dan membiarkannya terjatuh begitu saja ke lantai.
Lalu mengambil baju putih lengan panjang yang akan ia kenakan untuk berenang.
"Oh ya Tzu-"
Belum selesai Tzuyu memakai pakaiannya, Mina tiba-tiba saja masuk ke dalam ruang pakaian. Pintu tidak ditutup oleh Mina, jadi dia bisa masuk tanpa menimbulkan suara.
Rasa panik langsung menyerang Tzuyu ketika ia mendengar suara Mina. Dengan cepat dipakainya baju putih tersebut.
"M-mina u-unnie..."
Terlihat Mina yang berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan yang menutup mulutnya.
"U-unnie? A-ada apa?" Tzuyu memaksakan senyumannya, mencoba untuk bersikap senormal mungkin.
Mina menutup pintu menggunakan kakinya dan berjalan mendekati Tzuyu dengan ekspresi datar.
"Perlihatkan.." Mina menggenggam pergelangan tangan Tzuyu dengan sedikit erat.
Mina menatap tajam Tzuyu sedangkan yang ditatap mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"P-perlihatkan a-apa unnie..?" Tzuyu masih berpura-pura tidak tahu walaupun sudah ketahuan.
"Chou Tzuyu."
"Per-"
"Tzuyu!"
"Nee unnie.."
Tzuyu dengan terpaksa membuka bajunya. Lalu menutup tubuh bagian atasnya menggunakan baju tersebut.
Tzuyu menundukkan kepalanya, sedangkan Mina terdiam di tempat. Tentu saja dia speechless.
Mina membuka mulutnya, mencoba untuk mengatakan sesuatu tapi tidak ada yang keluar karena ia benar-benar tidak tahu harus berkata apa.
Sedih? Tentu saja sedih. Siapa yang tidak sedih kalau mendapati orang yang kita sayangi terluka?
Kalau marah? Pada siapa?
Hal yang harus dilakukan oleh Mina sekarang ini adalah mengobati luka Tzuyu.
"Tunggu di sini," perintah Mina.
Gadis itu pergi ke ujung ruangan dan tak lama kemudian kembali dengan membawa kotak peralatan medis.
"Duduk." Tzuyu langsung duduk di kursi yang ada di sebelahnya.
Mina membuka kotak itu, mengambil beberapa barang dan mulai mengobati luka Tzuyu.
Tak lama kemudian, lengan Tzuyu penuh dengan plester.
"Gomawo unnie.."
"Sama-sama. Jangan kau tutupi luka itu dan turunlah ke bawah saat sudah siap." Mina pun keluar dari ruang pakaian.
Setibanya di lantai bawah, Mina mendudukkan dirinya di bagian kiri sofa. Di sebelahnya ada Sana dan Momo yang sedang bermain ponsel.
"Hah..." Mina menghembuskan nafasnya dengan kasar yang membuat Sana menatapnya.
Momo masih sibuk dengan ponselnya, tapi dia mendengarkan percakapan kedua sahabatnya itu.
"Kau kenapa Minari?" Sikap yang tak biasa membuat Sana khawatir pada sahabatnya itu.
Mina menoleh dan memperlihatkan senyum tipis padanya. Sana mengelus-elus punggung tangan Mina, bermaksud untuk menenangkannya.
"Kalian lihat saja nanti.." Mina sekali lagi menghela, lalu menggenggam tangan Sana.
Anggukan kepala Sana berikan. Kemudian keduanya kompak memandangi telapak tangan mereka yang tertaut.
Mina mengerutkan keningnya saat melihat sesuatu yang menurutnya familiar terpasang pada pergelangan tangan Sana.
"Sana-ya?" panggil Mina.
"Wae?" sahut Sana.
"Gelang yang kau pakai..?" Mina beralih menatap Sana.
"Kenapa dengan gelang ini?" tanya Sana.
"Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat.." jawab Mina yang membuat Sana tertawa.
"Ehh? Apanya yang lucu?" Mina kebingungan, pasalnya dia tidak sedang melawak.
"Itu mustahil Mina-ya~" Sana memeluk sahabatnya itu dari samping.
"Gelang ini hanya ada dua di dunia ini. Aku yang membuatnya. Satunya aku yang pegang sedangkan yang satunya lagi kuberikan ke orang lain." Mina mengangguk menanggapi penjelasan Sana.
Tak lama kemudian Tzuyu yang memakai kaos putih lengan pendek menampakkan dirinya.
Momo dan Sana sangatlah syok melihat keadaan Tzuyu sedangkan Mina merasa sedih.
Tzuyu berdiri di sebelah Mina tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Momo dan Sana tidak bertanya apa-apa karena mereka speechless.
"Ayo berenang. Kalau Tzuyu kau main di pinggir kolam saja."
"Nee unnie.."
Beberapa jam kemudian mereka telah selesai berenang. Tzuyu pamit pulang karena langit sudah gelap. Ia diantar oleh Momo karena jarak rumah Sana dan rumahnya lumayan jauh.
Suasana di dalam mobil sangatlah hening selama perjalanan. Tzuyu memang tidak mempunyai satu pun hal untuk dibicarakan dengan Momo.
Begitu juga dengan Momo yang baru mengenal Tzuyu. Selain itu Momo masih teringat kejadian tadi.
T.B.C
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Mommy (Satzu)
Fanfiction[ SUDAH TERBIT ] Chou Tzuyu harus menjadi sugar baby dari seorang wanita yang berusia 20 tahun demi membayar biaya pengobatan sang kakak. (This work has nothing to do with the idols real life)