30

2.6K 267 31
                                    

Mata Sana dan Mina melebar ketika melihat benda berkilauan yang tergeletak di atas lantai.

Sana langsung melebarkan pintu sedangkan Mina terdiam di tempatnya. Banyak hal yang muncul dalam benak perempuan itu.

Sana berlari masuk ke dalam kamar Momo. Harus ekstra hati-hati agar tidak menginjak benda berkilauan yang merupakan serpihan kaca dari botol minuman keras.

"Momo! Kau di mana?!"

Sana mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan untuk mencari Momo. Namun, sang sahabat tidak dapat ditemukan di mana pun karena ruangan yang gelap.

Mina yang baru tersadar dari lamunannya, bergegas masuk ke dalam dan menekan tombol lampu di sebelah pintu. Kamar yang semula gelap sekarang menjadi terang.

Keduanya dibuat terkejut dengan apa yang mereka lihat. Banyak serpihan kaca yang berserakan di atas lantai, bantal serta selimut tergeletak di atas lantai, dan sebagian sprei kasur robek.

"Momo!" Sana langsung menghampiri sang sahabat yang terduduk di lantai dengan tubuh yang bersandar pada kasurnya.

Sana berjongkok di sebelah kiri sahabatnya. "Mo! Bangun!" Ia mengguncang tubuh Momo.

Sana tambah panik ketika melihat pergelangan tangan Momo yang berdarah. Terdapat beberapa luka sayatan di sana.

"Mina! Cepat kemari!" Yang dipanggil bergegas menghampiri mereka berdua.

Mina berjongkok di sebelah kanan Momo, lalu mengguncangkan tubuhnya. Dia merasa sangatlah khawatir. Tidak tahu apa yang telah terjadi pada Momo sehingga kondisinya jadi seperti itu.

"Eungh.."

Perlahan mata Momo terbuka. Perempuan itu merenggangkan tubuhnya yang terasa lemas. Mungkin efek dari kebanyakan minum alkohol.

Sinar lampu yang sangat silau langsung menyambut Momo. Ditatapnya kedua sahabatnya yang seolah akan menangis itu.

"Wae?" Suaranya terdengar serak seperti orang yang habis menangis. Matanya juga sembab.

"Keadaanmu kenapa seperti ini?" Sana jadi merasa bersalah karena selama di rumah sakit ia jarang berbicara dengan Momo. Atensinya sepenuhnya terpusat pada Tzuyu.

"Keadaanku? Seperti ini? Memangnya keadaanku kenapa?"

Sana dan Mina yang mendengar tentu syok. Perasaan keadaan Momo baik-baik saja saat terakhir kali mereka bertemu.

Mungkin Momo memang sedang ada masalah. Sebaiknya mereka berdua tidak menanyakan apa pun dan biarkan Momo menjelaskan saat keadaannya sudah membaik.

"Kau bisa masuk angin kalau terus duduk di lantai.." Sana menegur dengan lembut, lalu mengangkat sahabatnya itu.

Momo yang diperlakukan seperti itu hanya bisa menurut. Lagi pula kepalanya terasa sangat sakit sekarang ini.

Sana menggendong Momo menuju ke kasurnya dan merebahkannya di atasnya.

"Aku akan membuatkanmu makanan. Tunggu sebentar." Sana berlari keluar dari kamar.

Mina duduk di tepi kanan kasur. Tangannya perlahan menyusuri kain sprei yang sudah lecek dan juga robek itu. Kemudian berhenti tepat di telapak tangan Momo, menggenggamnya lalu mengelusnya perlahan.

"Momo.. apa kau seperti ini karena kejadian waktu itu?" tanya Mina.

"Aniyo," jawab Momo.

"Hah.." Mina menghela pelan. Dia tahu bahwa sahabatnya itu sedang berbohong.

"Ceritakan lah padaku ketika kau siap." Momo mengangguk merespon ucapan Mina.

Tidak lama kemudian, Sana datang dengan membawa nampan berisikan makanan kesukaan Momo. Ia mengambil tempat di tepi kiri kasur.

"Makanlah, Mo." Sana menyerahkan nampan tersebut pada sahabatnya.

Momo menggeleng. "Aku kenyang.."

"Perlu kusuapi?" tawar Mina.

"Tidak perlu.." tolak Momo.

"Kapan terakhir kali kau makan?" tanya Sana.

Wajah Momo sangatlah pucat sekarang ini, sudah pasti dia belum makan dalam jangka waktu yang lama.

"Saat di rumah sakit," jawab Momo dengan jujur.

"Momo-ya.. kau harus makan sekarang juga. Nanti kalau kau sakit bagaimana? Makan, ya?" bujuk Sana.

"Aku sudah kenyang, Sana-ya. Lagi pula tadi aku sudah minum lima botol," ungkap Momo yang membuat kedua sahabatnya melebarkan mata.

"Yah! Banyak sekali? Kau harus makan sekarang juga!" ujar Mina.

"Akan kusuapi! Tidak ada penolakan!" tegas Sana.

"Arraseo arraseo.." Momo hanya bisa pasrah. Dirinya pun mengubah posisi menjadi duduk.

"Aaaaa~"

Momo melahap sepotong daging jokbal yang merupakan makanan kesukaannya itu.

"Gomawo." Momo menatap Sana dengan senyuman.

Sana balas tersenyum. "Makanlah yang banyak, Momoring. Masih ada banyak di kulkas, aku bisa panaskan kalau kau mau lagi."

Mina yang tidak tahan melihat pemandangan yang tak mengenakkan itu memilih untuk pergi dari sana. Tidak sanggup melihat Momo yang tersenyum pada Sana.

Ia tahu kalau Momo sedang dalam proses move on. Tetapi, Sana malah menyuapinya. Sudah pasti hal kecil tersebut akan berdampak besar pada perasaan Momo.

Alhasil, perasaannya akan semakin menjadi-jadi. Momo tidak akan bisa move on dari Sana dan malah semakin tersakiti oleh cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

Sana sangatlah mencintai Tzuyu. Jadi tidak ada harapan kalau perasaan Momo bisa terbalaskan.

~

Keesokan harinya, Sana dan Mina pergi ke perusahaan, sedangkan Momo beristirahat di kamarnya.

Baru saja ingin masuk ke dalam perusahaan, tiba-tiba saja seseorang memangil mereka.

"Nona Sana dan Nona Mina!" Seorang satpam menghampiri mereka berdua.

"Wae?" tanya Sana.

"Kalian ke mana saja, Nona? Sudah beberapa hari ini tidak masuk.." Satpam bertanya.

"Kami ada sedikit urusan." Mina menjawab.

Sang satpam hanya mengangguk. Sana dan Mina yang merasa sudah tidak ada lagi yang ingin ditanyakan, berniat untuk masuk ke dalam.

"Keadaan Nona Momo bagaimana?" Pertanyaan itu sukses membuat langkah mereka terhenti.

Sorot mata yang berubah menjadi tajam, membuat bulu kuduk sang satpam berdiri.

"Maksudmu?" Mina sedikit meninggikan suaranya.

"M-mereka bertiga datang kemari saat kemarin lusa.."

Sana dan Mina yang mendengar hal tersebut tentu terkejut dan juga kebingungan.

"Ada urusan apa 'mereka bertiga' datang ke sini?" tanya Sana.

"A-aku tidak tahu, tapi yang kutahu Nona Momo membicarakan sesuatu dengan mereka.." jawab satpam.

"Baiklah. Terima kasih informasinya."
Sana dan Mina pun berjalan memasuki gedung perusahaan.

~~~

Sudah satu Minggu berlalu sejak kedatangan 'mereka bertiga' ke perusahaan Mimosa.

Momo tidak memberi penjelasan tentang hal yang dia bicarakan bersama dengan 'mereka bertiga' walaupun Sana dan Mina terus-terusan bertanya.

Sudah satu Minggu juga Momo, Sana dan Mina tidak bertemu dengan Tzuyu.

Tzuyu menghilang bagaikan ditelan oleh bumi. Tidak ada satu pun kabar dari gadis itu.

Nomor teleponnya bahkan tidak aktif ketika Sana mencoba untuk menelpon Tzuyu.


















T.B.C

Kalian suka cerita gender bender?

Sugar Mommy (Satzu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang