Sana membuka matanya, mengusapnya pelan lalu merubah posisinya menjadi duduk.
"Aww.."
Rasa sakit yang luar biasa langsung menyerangnya. Asalnya dari bagian bawahnya.
"Wae unnie?"
Sana menoleh ke samping, terlihat sang kekasih yang baru saja terbangun.
"Bagian bawahku sakit.."
Tzuyu merubah posisinya menjadi duduk, meraih tangan Sana lalu mengecup lembut punggung tangannya.
"Mianhae.. sepertinya aku terlalu kasar.."
Tzuyu menundukkan kepalanya, rasa bersalah menyelimuti dirinya. Sana langsung mengangkat dagunya agar mereka bisa bertatapan.
"Tidak perlu meminta maaf, ini hal yang wajar kok." Sana menampilkan senyumnya yang membuat Tzuyu ikut tersenyum.
Tangan terangkat menangkup pipi sang kekasih, lalu mengelus pelan pipi tembam itu.
"Aku tidak ingin kau kesakitan karena ulahku lagi.." lirih Tzuyu.
Tzuyu menatap kekasihnya dengan penuh cinta, yang membuat Sana merasa haru. Sana meraih tangan Tzuyu, menautkan tangan mereka berdua.
"Kau memang pernah menyakitiku, Tzu. Tapi.."
"Rasa sakit itu tidak sebanding dengan rasa cintamu yang begitu besar."
Sana langsung memeluknya, Tzuyu pun membalas pelukan kekasihnya itu. Merasakan kehangatan dari tubuh polos mereka yang menempel.
"Ayo mandi unnie. Kita harus siap-siap untuk kembali ke Seoul."
Tangan Sana berpindah ke tengkuk Tzuyu, mengalung dengan sempurna di sana.
"Gendong~" pinta Sana manja.
Tzuyu tersenyum pada Sana, sungguh menggemaskan pikirnya. Gadis Chou itu pun menggendong sang kekasih menuju ke kamar mandi.
Satu jam kemudian..
Sana dan Tzuyu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menutupi tubuh mereka berdua.
Masih sama seperti tadi, Tzuyu menggendong Sana yang menempel layaknya koala.
Tzuyu memakai pakaiannya lebih dulu, barulah ia membantu kekasihnya. Setelah itu, Tzuyu duduk di sebelah Sana yang tengah berbaring. Wajah yang nampak pucat itu tentu membuatnya merasa khawatir.
"Unnie? Gwenchana??"
Sana membuka mata dan menatapnya dengan senyum tipis. "Hanya sedikit kelelahan.."
"Mianhae.. karena yang tadi, ya.."
Sana langsung mendekati Tzuyu, duduk di pangkuannya sembari menatapnya dengan penuh cinta.
"Sudah kubilang tidak perlu meminta maaf, Tzutzu~"
Sana menarik dagu Tzuyu untuk menyatukan bibir mereka. Hanya sebentar saja. Lalu Sana mengecup kening kekasihnya itu.
"Ayo turun. Momo dan Mina pasti sudah menunggu kita."
"Unnie bisa jalan? Masih sakit gak?"
"Bisa kok. Lumayan sakit tapi gak separah sebelumnya."
"Kalau begitu ayo."
~
Di dekat pintu keluar hotel, terlihat dua orang perempuan yang sedang duduk di atas sofa.
Salah satu dari mereka menyenderkan kepalanya ke pundak yang satunya lagi.
Tak lama kemudian, terlihat dua orang perempuan yang sudah sedari tadi mereka tunggu.
"Ingatlah bahwa ada aku yang akan membantumu. Aku ada di sisimu." Salah satu dari mereka berucap.
"Ayo pulang, Momo-ya~ Mina-ya~"
Mereka berempat keluar dari hotel tersebut dan pergi ke bandara untuk kembali ke Seoul.
~
Keempatnya baru saja tiba di rumah Sana, diantar oleh sopir pribadi gadis Minatozaki itu.
Dalam perjalanan, Sana dan Tzuyu duduk bersebelahan sedangkan Momo bersama dengan Mina.
Momo dan Mina masuk ke dalam lebih dulu, meninggalkan Sana dan Tzuyu berduaan.
"Kau yakin tidak ingin menginap saja Tzuyu-ah?" Sana bertanya.
"Aku akan langsung pulang saja." Tzuyu menjawab.
"Aku antar mau?" tawar Sana.
Tentu saja Sana khawatir dengan kekasihnya itu. Pasalnya mereka habis melakukan perjalanan panjang, pastinya menguras tenaga.
"Tidak perlu, unnie istirahat saja," tolak Tzuyu dengan lembut.
"Kabari aku kalau kau sudah sampai di rumah, ya." Sana sedikit berjinjit agar bisa mengecup pipi kekasihnya itu.
"Masuklah dulu unnie, baru aku jalan."
"Hati-hati di jalan ya."
Sana pun masuk ke dalam rumahnya. Setelah pintu tertutup barulah Tzuyu pergi dari situ.
~
Tzuyu baru saja tiba di rumahnya, tentunya memakai kendaraan umum, terlalu lelah untuk berjalan kaki.
"Mandilah dulu. Unnie akan menyiapkan makan malam," ujar sang kakak.
Setelah selesai mandi, Tzuyu menghampiri Jihyo yang sedang berkutat dengan alat masak.
"Makan apa malam ini unnie?" tanya Tzuyu.
"Ramyeon dan ayam madu," jawab Jihyo.
"Bolehkah aku membantumu unnie?"
"Tentu saja boleh. Kau masak ramyeonnya dan aku akan memasak ayam madunya."
Setelah mereka selesai makan, Jihyo membawa peralatan makan yang kotor ke dapur.
"Istirahatlah Tzu! Unnie yang akan mencuci piring!"
Tzuyu pergi ke kamar kakaknya, merebahkan tubuhnya di atas kasur lalu mengambil ponselnya.
Membuka sebuah aplikasi dan mencari kontak seseorang yang ingin ia hubungi.
💜
OnlineUnnie?
Kenapa baby~?
Besok Minggu kan?
Iya, kenapa?
Besok unnie sibuk gak?
Enggak. Memangnya
kenapa, Tzu?Besok unnie di rumah aja?
Iyaa
Ooh.. oke
Good night unnieGood night too baby~ 🥰
Tzuyu mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas nakas. Memejamkan matanya dan tak lama kemudian ia tertidur.
~~~
Sana POV
Aku terbangun dari tidurku yang tidak nyenyak. Ini karena Tzuyu. Dia benar-benar mencurigakan tadi malam. Aku terus kepikiran dengan chat kami jadinya aku tidak bisa tidur semalam.
Kuambil ponselku dan membukanya, jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Aku bangkit dari kasur dan keluar dari kamarku, turun ke bawah untuk mengisi perut ini.
Setibanya di dapur, tiba-tiba saja bel rumahku berbunyi. Aku bergegas menuju ke pintu rumah dan membukanya.
"Tzuyu?"
T.B.C
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Mommy (Satzu)
Fanfiction[ SUDAH TERBIT ] Chou Tzuyu harus menjadi sugar baby dari seorang wanita yang berusia 20 tahun demi membayar biaya pengobatan sang kakak. (This work has nothing to do with the idols real life)