Tzuyu berpakaian rapi dan tidak seperti biasanya. Dia memakai sweater berwarna coklat muda dan celana panjang berwarna putih.
Mau pakaian seperti apa pun yang dikenakannya, dia tetaplah nampak mempesona.
Aku melebarkan pintu, mempersilahkannya untuk masuk ke dalam.
Setibanya kami di dalam, Tzuyu mengikutiku menuju ke dapur. Dia duduk di kursi meja makan sedangkan aku membuat secangkir kopi.
"Kau mau kopi?" tawarku padanya.
"Tidak usah unnie," tolaknya lembut.
Setelah selesai membuat minuman, aku duduk di atas kursi yang berada di depan Tzuyu.
"Jadi, kenapa kau datang ke sini? Ini masih jam sepuluh pagi."
Aku menggenggam cangkir yang terasa hangat itu. Meniup kopi yang panas ini, lalu menyeruputnya dengan perlahan.
"Ayo kita pergi berkencan," ajak Tzuyu yang membuatku terkejut bukan main.
Alhasil aku tersedak.
"Uhuk! Uhuk!"
"A-aku tidak salah dengar kan?"
Tidak mungkin seorang Chou Tzuyu mengajakku berkencan. Itu aneh. Sebenarnya mungkin saja bisa terjadi, tapi peluangnya hanya 0.01%
Itu bagaikan cintamu yang dibalas oleh biasmu, sangat mustahil alias impossible..
Tzuyu bukanlah tipe orang yang seperti itu. Raut wajahnya datar dan bahkan dia sama sekali tidak terbata saat berbicara.
"Ada kafe anjing yang sering aku kunjungi. Tempatnya berada tidak jauh dari sini, hanya memerlukan lima menit."
Aku menaruh cangkir kopi ke atas meja dan menatapnya yang terlihat serius.
Suasana hening meliputi kami berdua, kami melakukan kontes menatap selama beberapa menit.
"Tunggu sebentar! Aku akan bersiap!"
Aku bangkit dari kursi dan berlari menuju ke kamarku untuk mengganti pakaian tentunya.
~
"A-ayo Tzu."
Aku memakai atasan yang sama seperti Tzuyu dan celana putih pendek di atas lutut.
Tzuyu berdiri dari duduknya dan memperhatikanku dari atas sampai ke bawah.
"Kita hanya ingin pergi berkencan unnie. Jadi kau tak perlu sampai berdandan.."
"Kau sudah cantik sekalipun tanpa memakai riasan."
Sejak kapan dia pandai memuji? Sampai kapan jantungku akan dibuat berdetak kencang olehnya? Setiap pujiannya selalu membuatku merona.
"A-ah.. sepertinya aku terlalu berlebihan? Aku hanya ingin berpenampilan sebaik mungkin di kencan pertama kita."
"Penampilanmu sudah bagus unnie. Kau terlihat cantik saat memakai pakaian apa pun."
"J-jja! Ayo kita pergi.."
Aku berjalan lebih dulu menuju ke pintu, tidak ingin dia melihat wajahku yang mirip seperti tomat.
Setibanya kami di luar rumahku, tidak lupa bagiku untuk mengunci pintu rumah.
"Momo dan Mina unnie sedang tidak ada di rumah?" Tzuyu bertanya.
"Mereka berdua pergi saat kemarin malam, beberapa menit setelah sampai di rumah. Entah pergi ke mana." Aku menjawab.
Tzuyu hanya beroriah, lalu dia menautkan tangan kanannya dengan tangan kiriku.
~
Kami sudah sampai di tujuan, langsung saja kami masuk ke dalam. Memesan makanan di kasir kemudian berjalan menuju ke tengah-tengah ruangan.
Terdapat lingkaran pagar kayu berukuran lumayan besar yang berisikan beberapa anjing di dalamnya.
Kami berdua berlutut di depan pagar. Tzuyu menggunakan tangan kanannya untuk mengelus kepala seekor anak anjing, membuat tautan tangan kami terlepas.
Senyuman terukir di wajahnya. Berbeda dari senyuman-senyuman yang sebelumnya, kali ini dia tersenyum lebar.
Aku tidak menyangka bahwa hanya dengan melihat anjing bisa membuatnya seperti itu.
"Kau sebegitu sukanya dengan anjing?"
"Sangat suka. Mereka imut.."
"Tapi unnie lebih imut."
Author POV
Hanya dengan beberapa patah kata sukses membuat jantung perempuan asal Jepang itu berdegup kencang.
Pipi serta telinganya memerah. Untung saja sang kekasih tidak melihatnya karena sedang sibuk bermain dengan anak anjing.
"Y-yah! Kau membandingkanku dengan anjing?"
Tzuyu menghentikan kegiatannya dan menoleh ke kekasihnya yang tengah menggembungkan pipinya.
"Jujur saja, unnie sedikit mirip dengan anjing Shiba. Namun, ada satu hal yang berbeda.."
"Unnie lebih imut dari anjing Shiba." Tzuyu tersenyum, membuat lesung pipinya terlihat.
"T-terserah! Ayo cuci tangan, sebentar lagi pesanan kita datang."
Sana langsung berlari menuju ke wc, meninggalkan Tzuyu yang tengah tertawa kecil.
Setelah selesai mencuci tangan, Sana dan Tzuyu duduk di meja yang ada di ujung ruangan.
Langsung saja mereka berdua menyantap makanan yang mereka pesan itu.
"Unnie cobalah ini." Tzuyu menyodorkan sesendok kue coklat pada Sana di sebelahnya.
Sana membuka mulutnya, melahap kue tersebut dan mengunyahnya sampai habis.
"Bagaimana rasanya?"
"Mmh.. ini enak."
Tzuyu meletakkan sendoknya di atas piring, lalu memajukan wajahnya yang membuat Sana kebingungan sekaligus panik.
Jarak wajah mereka sangatlah dekat. Hanya dengan satu gerakan saja bibir mereka berdua akan bersentuhan.
"T-tzuyu? Apa yang kau lakukan? Kita sedang di tempat umum.."
Tzuyu tak merespon pertanyaan Sana dan malah meletakkan tangannya di paha Sana yang terekspos itu.
Chu~
Bibir keduanya menempel dikarenakan Tzuyu yang menggerakkan wajahnya ke depan.
Tzuyu menjulurkan lidahnya, menjilati bibir atas dan bawah Sana yang tertempel krim coklat.
Sana langsung mencengkram pundak Tzuyu dengan sedikit kuat.
Tzuyu yang tersadar langsung melepas tautan mereka dan bergeser ke tempat kosong di sampingnya.
"M-mian.. a-aku reflek.."
"K-kita sedang berada di publik Tzuyu-ah.."
Untung saja tidak ada yang melihat mereka berdua karena posisi mereka berada di ujung ruangan.
Kencan mereka pun berlanjut dengan suasana canggung yang menyelimuti keduanya.
~
Selama perjalanan menuju ke rumah Sana, suasana diantara mereka masih saja canggung.
Sana dan Tzuyu tidak menautkan tangan mereka dan berjalan sedikit berjauhan.
Keduanya masih mengingat kejadian tadi, dimana mereka melakukan hal itu di tempat umum.
Beberapa saat kemudian, mereka sampai di depan rumah Sana.
"Aku pulang dulu, sampai jumpa besok unnie." Tzuyu langsung berlari pergi dari sana.
Sana pun masuk ke dalam rumahnya. Padahal dia ingin mengantar pulang kekasihnya itu.
T.B.C
![](https://img.wattpad.com/cover/281873764-288-k988836.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Mommy (Satzu)
Fiksi Penggemar[ SUDAH TERBIT ] Chou Tzuyu harus menjadi sugar baby dari seorang wanita yang berusia 20 tahun demi membayar biaya pengobatan sang kakak. (This work has nothing to do with the idols real life)