3. Pelelangan

3.2K 242 12
                                    

Gadis itu menangis terisak membuat hati Revan berdenyut sakit. Matanya menatap tajam kearah baju gadis itu yang benar-benar sangat terbuka. Hampir menyerupai bikini!

"300 juta!"

"500 juta!"

"900 juta!!"

"Satu miliar!"

"Satu setengah miliar!!"

Terdengar banyak pria hidung belang yang menyebutkan nilai yang fantastis hanya untuk membeli gadis tersebut.

Revan mengetatkan rahangnya. Andre yang menyadari perubahan raut wajah temannya itu nampak kebingungan.

"Van, lo kenapa sih? Mau ikut lelang juga?"

Pyarr!

Gelas yang Revan pegang, remuk seketika. Darah segar menggalir dari telapak tangan pria tersebut. Andre menatap temannya ngeri.

Revan melirik Andre dengan sangat tajam, bagaikan singa yang siap menerkam mangsannya.

Brakk!!

Revan menggebrak meja batender dengan kencang membuat beberapa orang menatapnya bingung.

"Gue tanya ama lo, kenapa bisa calon gue ada disini?!"

Andre menelan salivanya takut. "Gu-gue ga tau, Van."

Revan berjalan menuju panggung depan sambil menahan emosinya. "5 miliar! Siapa yang ingin melebihinya? Baiklah, kita hitung bersama. Satu, dua, ti–!"

"10 MILIAR!!"

Semuanya terlihat tercengang dengan nominal tersebut. Mereka menatap Revan dengan pandangan tak percaya.

"Se-sepuluh? Apa anda serius, Tuan?" Tanya MC tersebut sangat terkejut. Revan langsung membogem seorang MC pria tersebut. Semuanya menjadi ricuh seketika.

"Bisa-bisanya Anda menjadikan istri saya barang lelangan!!" Bentak Revan keras hingga terdengar pada mic yang menyala.

"Ma-maaf, Tuan. Saya tidak tau Saya hanya disuruh atasan menjadi MC."

Buagkhh!!

Revan kembali melayangkan bogeman mentahnya, lalu menghampiri Clarysa yang masih menangis sesengukan. Pria itu menggendong Clarysa dengan gaya bridal style lalu membawannya keluar dari tempat terkutuk tersebut.

******

Revan menghentikan mobilnya pada sebuah tempat yang lumayan sepi. Karena jam yang menunjukan pukul 11 malam, bahkan banyak toko, restoran, maupun warung yang sudah tutup.

Pria itu melihat Clarysa yang masih saja terus menangis.

"Rys, udah ya, nangisnya. Jangan nangis lagi."

Gadis itu malah semakin menangis kencang membuat Revan panik. Pria itu menarik Clarysa kedalam dekapannya. Ia memeluk gadis itu sambil membelai rambutnya

"Aku-hiks! Takut..."

"Ssstt... ga perlu takut. Saya disini," Entah mantara apa yang Revan ucapkan, namun perkataan itu membuat perasaan Clarysa tenang seketika.

Clarysa menyandarkan kepalanya pada dada bidang Revan walaupun posisi mereka tidak nyaman.

"Rys, ga nyaman deh. Pindah belakang, ya?"

Dasar Revan. Kenapa pria itu masih sempat sempatnya menanyakan masalah posisi mereka disaat suasana yang tidak mendukung seperti ini?

Clarysa hanya menggangguk. la keluar dari mobil, lalu pindah ke jok belakang diikuti Revan.

MY ANNOYING HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang