"Pak Revan kok bawa aku ke resto sih? Tau gini tadi aku gak makan." Gadis itu cemberut kesal sambil mengikuti langkah kaki Revan yang membawa dirinya menuju suatu tempat yang sudah di booking oleh Revan.Mata Clarysa berbinar terang melihat dekorasi resto tersebut. "Ini buat saya, Pak Revan?"
Revan mengering malas. "Bukan. Ini buat orang lain."
Clarysa kembali cemberut kesal. Ia menatap lengan Revan bingung saat pria itu menyodorkan lengannya yang sudah dilipat kepada Clarysa.
"Ngapain?" Tanyanya plin-plan.
"Gandeng." Jawab Revan kesal.
"Lahh?! Ngapain?! Udah kayak mau nyebrang jalan aja." Walaupun terus mengomel, Clarysa tetap menurutinya. Gadis itu malahan memeluk lengan Revan dengan lembut. "Kayak gini ya, Pak Revan?"
"Iya. Peluk aja biar saya gak dicuri betina lain." Jawab Revan asal.
"Iyaa, dong. Pak Revan itu harus dilestarikan."
"Kamu kira saya hewan apa gimana?" Sahut Revan kesal.
"Pak Revan kan, harimau Sumatera. Hahaha..." Celetuk gadis itu asal.
"Terserah."
Clarysa pun mengikuti Revan untuk duduk pada salah satu meja.
"Loh? Kok ada Bunda ama Ayah? Ada orang tua Pak Revan juga. Ini gak kita sendiri yang dinner?" Tanya Clarysa bingung.
"Ngarep banget kamu."
Clarysa mengerucutkan bibirnya kesal. Setelah sampai, mereka berdua menyalami para orangtua yang berada disana.
Yang pertama, mereka memulai acara makan malamnya. Revan memandang Clarysa yang ternyata juga habis memakan steak yang tersedia. Ia hanya sanggup geleng-geleng kepala melihatnya.
"Van."
Revan mendongak menatap Papanya. Pria itu mengode dirinya agar segera melakukan sesuatu.
"Clarysa, sebenernya niatan kita bukan cuma untuk dinner, tetapi ada yang ingin kami sampaikan juga." Ucap Eyan, Papanya Revan.
Clarysa mengerjap bingung. Gadis itu tersentak kaget ketika tangannya digenggam seseorang. Ia menengok kearah Revan yang menggenggam tangannya dengan raut wajah bingung.
"Clarysa, saya tau ini terlalu tiba-tiba untuk kamu. Tetapi saya tulus mengatakan ini." Pria itu menatap Clarysa dalam. Jantung Clarysa sampai berdebar kencang ditatap seintens itu.
"Will you marry me?"
Clarysa menelan salivanya mendengar pertanyaan Revan. Ia terlihat kebingungan ingin menjawab bagaimana. Jika ia tolak, pasti orangtuanya dan Revan akan malu. Tetapi jika ia terima, ia sama sekali tidak mencintai Revan.
"Belajarlah mencintai saya, Clarysa. Saya akan membantu kamu supaya bisa membalas cinta saya."
Senyum Clarysa mengembang. Gadis itu mengangguk kecil menerima lamaran Revan. Revan tersenyum lebar sama pula dengan kedua orang tua mereka.
"Alhamdulillah..."
Clarysa tersenyum malu. Mukanya memerah bak kepiting rebus. Revan berdiri merogoh sesuatu dari dalam sakunya.
Mata pria itu membulat ketika barang yang dicari tidak ada.
"Papa gantung kamu kalo hilang." Ancam Eyan membuat Revan mendengus sabar.
"Becanda, Pa." Revan tersenyum jenaka sambil merogoh saku dalam jas-nya. Pria itu mengeluarkan kotak beludru berwarna merah dan membukanya dihadapan Clarysa.
"Cantik." Puji Clarysa melihat cincin berlian dengan cincin silver didalam kotak tersebut.
"Kamu yang lebih cantik."
"Cieee..."
Semuanya bersorak menggoda Revan dan Clarysa. Keduanya tersenyum dengan pipi merona.
Revan menyematkan cincin Clarysa pada jari manis gadis tersebut, lalu giliran Clarysa melakukan hal serupa terhadap Revan. Revan menggenggam lembut tangan Clarysa dimana tersemat cincin lamaran Revan. Pria itu membawanya mendekat pada wajahnya lalu mengecup punggung tangan tersebut dengan lembut membuat Clarysa mati-matian menahan rona merah pada pipinya. Kalian tau? Batin Clarysa menjerit.
MANIS BANGET SIHH!!
******
Revan terduduk pada sofa apartmentnya. Tangannya memijat keningnya yang terasa berdenyut pusing. Tak sengaja pandangannya jatuh pada cincin silver yang tersemat di jari manisnya.
Tangannya merogoh saku jas yang ia kenakan untuk mengambil ponselnya. Pria itu membuka sebuah folder pada galerinya.
"I miss you, Dir. Kalo ini yang kamu pingin, aku turutin."
Revan tersenyum lirih kearah sebuah foto dirinya memeluk pinggang seorang wanita muda seumurannya yang tersenyum manis kearah kamera.
******
"Pak Revan lihat sini!"
Revan menoleh kearah Clarysa. Gadis itu tersenyum lebar kearahnya, sambil mengarahkan kamera ponsel kepadanya.
"Ayo, foto."
Pria itu hanya tersenyum simpul kearah layar ponsel Clarysa. Gadis itu langsung mengambil banyak gaya.
Mereka tengah melakukan foto prewedding sekarang. Pernikahan mereka akan dilaksanakan 10 hari lagi. Sangat cepat. Clarysa bahkan hampir tak percaya. Tapi mau bagikan lagi? Revan pun seakan mendukungnya.
"Besok Pak Revan ke sekolah?"
Revan memandang Clarysa dalam. "Jangan harap kelas kamu dapet free."
Clarysa cemberut. "Kok tau sih." Ucapnya pelan. Ia lalu kembali menatap Revan. "Pak Revan kalo ngajar jangan galak-galak lah. Ngeselin tau."
Pria itu meneguk thai tea yang Clarysa belikan tadi lewat sedotan. "Saya gak galak. Cuma tegas."
"Cumi tigis." Clarysa menye-menye kesal. "Nanti kalo udah jadi suami, jangan ngeselin."
Revan tersenyum. "Gak janji."
Mata Clarysa membulat lebar. "Iiiiiiihhhh!"
"Aduhh... Sakit, Rys." Pria itu mengusap-usap perutnya yang terkena cubitan maut Clarysa. Ia memandang Clarysa kesal. "Hobi banget nyubit saya. Sakit tau."
"Makanya jangan ngeselin." Ulang Clarysa penuh penekanan.
"Iya, iyaa." Jawabnya sambil mendengus.
Seorang pria muda seumuran Revan melambai kearah Clarysa dan Revan. "Mas Revan, Mbak Clarysa! Ayo, lanjut!"
Clarysa dan Revan pun menghampiri fotografer tersebut. Sebelum dipotret, mereka mencari angel yang pas.
"Pak Revan kalo di foto jangan tegang. Senyum yang manis. Masa iya, mau foto pre-wed malah kayak orang nahan ke wc."
"Kamu bisa diem, Rys? Bawel banget dari tadi."
"Ya makanya itu Pak Revan nurut."
"Dari tadi juga udah gini, Rys. Lagian tadi kan ada dikasih liat sama Mas-nya. Kata kamu bagus banget. Sampek mau kamu cetak 1x5 meter."
"Aku-nya doang bagus. Pak Revan enggak. Nanti bagiannya Pak Revan mau aku ilangin."
"Terus kalo kayak gitu ceritanya, kamu nikah sama setan dong?"
"Ya gak gitu juga konsepnya–"
"Woii, calon manten! Jangan kebanyakan debat. Debatnya di terusin nanti aja kalo ini udah kelar. Kalian itu mau ambil gaya apa aja pantes. Gak usah banyak gaya. Yang penting pede. Entar hasilnya juga bagus." Sahut sang fotografer.
"Tuh, dengerin. Blawekk..." Ejek Clarysa kepada Revan. Pria itu hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Mereka pun mulai melakukan sesi foto selanjutnya.
✨✨✨
Senin, 20 September 2021
Salam istrinya Mew Suppasit😚
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ANNOYING HUSBAND [END]
Teen Fiction⚠️WARNING!!!⚠️ CERITA INI MENGANDUNG KEUWUAN YANG SANGAT TIDAK BAIK UNTUK SEGALA JENIS PENYAKIT HATI!! ********** Perjodohan yang perlahan membuat keduanya mulai jatuh cinta, namun masalalu sang suami yang kembali dan menguak semua rahasia tersembun...