50. Apology

2.2K 203 4
                                    


⚠️TOLONG YA ITU YANG JADI SILENT READERS!!⚠️
PLEASEE, HARGAI KARYA SESEORANG!!
YANG GAK MAU VOTE, GUE DOAIN
NYEMPLUNG SEUMUR!!⚠️

Gue nulis ini sampek hampir gak tidur. Disela kesibukan tugas gue, gue masih nyempetin diri buat nulis. Kenapa kalian masih jahat banget?

Gak punya hati ya?

Gue cuma minta pencet tombol bintang dong kok.
Jangan pelit, pleasee...

Kalian gak pernah ngerasain yang namanya bikin karya malah di cemooh? Kalo gak pernah, bayangin aja. Sesakit apa itu? Bisa ngerasain kan?

Kalian gak mau bantu Author kecil kayak gue gini?

Gue minta vote cuma buat naikin ranting doang. Gue juga gak ngarep buat diterbitkan nih cerita. Kalo iya, ya syukur, kalo enggak ya, gakpapa.

Satu vote aja bisa naikin ranting dalam salah satu hashtag gue.

Salah ya kalo gue berharap cerita gue masuk 20 besar di salah satu hastag yang gue pake?

Udah dikasih gratis masih aja gak mau ngehargai.

Maunya apa?

Gue bikin cerita ini jadi berbayar gitu?

⛔TYPO TANDAI!!⛔

✨HAPPY READING!!!✨

******

Clarysa membuka matanya dan mengerjapkan beberapa kali. Pandangan menjelajah dan menemukan sebuah tembok berwarna oranye dengan sebuah bunga besar imitasi dipojok ruangan berdekatan dengan sofa.

Clarysa memejamkan matanya mengucap syukur dalam hati.

Mimpi.

Ia kembali membuka matanya dan melihat Revan yang tertidur dengan wajah lelahnya. Tangan pria itu menggenggam tangan kanan Clarysa yang terbebas dari selang infus.

Perlahan ia melepaskan genggaman tersebut. Otaknya kembali mentransfer kejadian waktu di mimpi tadi. Begitu menyeramkan.

Tangannya terulur mengelus perutnya sendiri. Perlahan air matanya kembali mengalir. Bagaimana dengan keadaan anaknya?

Kejadian darah tadi terlintas di benaknya membuat Clarysa semakin ketakutan. Dan juga mimpinya.

Apa ia telah menjadi istri durhaka?

Perempuan itu menggeleng tegas. Ia tidak mau. Tapi apakah ia harus meminta maaf kepada Revan?

Mungkin benar. Ia yang salah disini. Ditambah dengan sikap tegas Revan ketika menolak permintaan untuk pisah. Hingga pria itu menangis?

Perlahan, Clarysa mengusap rambut tebal nan lembut Revan. Pria itu tertidur pulas dengan posisi duduk dengan tangan yang dilipat di pinggir bankar menjadi bantalan. Pasti badannya akan menjadi pegal-pegal ketika bangun.

"Pak Revan..." Panggilnya super pelan.

Perlahan, matanya berkaca-kaca. Ucapan tidak pantas yang ia layangkan kepada Revan berputar di ingatannya.

MY ANNOYING HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang