CSG 02- Berdebar

25.4K 1.9K 228
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ngingetin vote capek yaudah
-Happy reading-

*****

Adzan subuh akan berkumandang sepuluh menit lagi. Fiza melirik gus Afkar yang masih meringkuk dibawah selimut, tidak terusik oleh cahaya lampu yang ia nyalakan sama sekali.

Bibirnya menyunggingkan senyum tipis melihat wajah polosnya ketika sedang tidur. Tidak menyebalkan seperti ketika terjaga yang suka berkata pedas padanya.

Perlahan Fiza yang masih mengenakan mukena dari tadi tahajud mengikis jarak dengan Gus Afkar, guna membangunkannya untuk bersiap-siap ke masjid.

"Mas, bangun sudah mau subuh." Fiza mengguncang pelan lengan Gus Afkar.

"Ck! Apaan sih." Gus Afkar yang merasa terganggu berdecak sembari menepis tangan Fiza dengan kasar. Pemuda itu semakin merapatkan selimut ditubuhnya.

"Mas Afkar, sebentar lagi adzan subuh. Abi nanti marah kalau kamu tidak ke masjid."

Dari balik selimut, Gus Afkar mengeluarkan suara seraknya, "Abi tidak akan tahu kalau kamu tidak mengadu."

Fiza mengangguk disertai senyuman jahilnya. Sekarang ia tahu apa yang harus dilakukan. "Ya sudah saya aduin ah."

Fiza berpura-pura hendak pergi. Ketika mendengar suara pintu dibuka, gus Afkar langsung beranjak dari kasur dengan wajah dongkolnya.

"Sialan!" umpatnya.

Fiza menegur, "Gak boleh berkata kasar!"

"Serah saya lah!"

Tak berselang lama, gus Afkar keluar hanya dengan menggunakan handuk sebatas lutut. Ia memutuskan untuk mandi demi menghilangkan kantuknya. Dan sialnya dia lupa membawa pakaian ganti, alhasil jadilah dia hanya mengenakan handuk dan bertelanjang dada sembari berharap Fiza sudah pergi ke asrama.

"Nona tua?" panggil Gus Afkar memastikannya tidak ada di dalam kamar sebelum dirinya keluar dari kamar mandi.

Tidak ada sahutan dari kamar. Mungkin dia sudah pergi ke asrama, pikirnya.

Dengan langkah santai gus Afkar memasuki kamar. Tangannya menyugar rambutnya yang masih basah.

"Kemana nona tua itu?" monolognya bertanya-tanya. Dari pantulan cermin di meja riasnya, dia melihat ada sarung dan baju kokoh yang telah disiapkan untuknya di atas kasur.

Ceklek

"Astaghfirullahal 'adzim!" pekik Fiza sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Gus Afkar yang ikut terkejut langsung menyilangkan tangan di dada.

"Heh nona tua! Sengaja ya masuk kamar tanpa ketuk pintu dulu?" sarkas Gus Afkar.

"Bukan gitu, Mas. Saya pikir mas Afkar masih dikamar mandi," jujur Fiza takut-takut.

"Jangan panggil saya Mas, saya lebih muda dari kamu!" marahnya sambil berkacak pinggang seperti ibu-ibu komplek yang suka mengajak ribut.

"Terus saya harus panggil apa? Gus?"

"Gak ada panggilan lain, selain gus? Maksudnya kita, kan sudah suami istri." Fiza menatap Gus Afkar intens, seolah sedang memikirkan entah manusia spesies apa pemuda di depannya itu, hanya masalah panggilan saja bisa seribet itu.

"Jangan melihat ke sini, saya mau berganti pakaian dulu," sungutnya.

"Oh, iya, Dik," jawab Fiza sekenanya.

CINTA SEORANG GUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang