"Loh kalungnya Fiza kenapa ada di Umi?" heran pemuda yang baru pulang mengajar itu, kentara dari kitab yang dibawanya.
"Oh, ini tadi ditemukan mbak ndalem."
"Di mana? Kok Fiza ceroboh banget."
Mendengar pertanyaan itu, Nyai Nadya terdiam selama beberapa saat, seperti tidak yakin menjawab.
Karena Nyai Nadya tidak menjawab, pandangan Gus Afkar beralih pada mbak ndalem disamping Umi. "Ditemukan di mana, Mbak?"
"Ditempat sampah."
Gus Afkar mengambil kalung Fiza tanpa ekspresi lalu merajut langkah ke kamarnya. Di sana, istrinya sedang duduk di meja kerjanya membuat skesta gamis yang hampir selesai. Perempuan itu tidak menyadari kedatangannya bahkan saat ia berada di dekatnya. Matanya kosong seperti hari-hari kemarin.
"Kenapa kamu buang kalung pemberian Umi?"
Tidak ada sahutan. Gus Afkar bertanya sekali lagi tapi juga tetap tidak mendapatkan jawaban sampai akhirnya emosi pemuda itu meledak.
"KALAU SAYA TANYA ITU DIJAWAB!" bentaknya yang membuat Fiza tersentak kaget. Tubuhnya bergetar dan jantungnya berdetak lebih cepat.
"Eh, maaf. Aku gak sadar. Kenapa, Gus?"
Gus Afkar melempar kalung di atas meja, menatap Fiza nyalang. "Kalung itu ada ditempat sampah. Kalau kamu marah sama saya, jangan lampiaskan dengan buang barang itu."
"Tapi aku gak buang." Fiza merogoh lehernya mencari benda itu, tapi tidak ada, lalu pandangannya terkunci pada kalung yang dilempar Gus Afkar. "Aku bahkan nggak sadar kalau kalung itu hilang."
"Nggak usah alasan! Kalau pun hilang gak mungkin bisa ditemukan ditempat sampah."
Fisa mengepalkan tangannya, wajahnya naik pitam. "Ya terus kamu nuduh aku buang ke tempat sampah? Gus keterlaluan ya! Gus berubah! Aku capek ngadepin sikap Gus yang kayak gini. Mending kita pisah aja kalau begini. Gus lebih cocok sama yang kemarin Gus temui itu yang sampai membuat Gus buat alasan mau nganterin aku cari makanan yang aku mau padahal cuma mau bertemu dia!"
Plak
Wajah Fiza tertoleh ke samping seiring cairan bening meluncur membasahi pipinya.
"Saya nggak selingkuh!"
"Aku juga gak akan peduli walaupun Gus selingkuh!" Fiza sudah benar-benar kehilangan kendali. "Sebenarnya aku memang nggak seharusnya ada di sini, di keluarga yang bukan siapa-siapa aku. Aku juga gak seharusnya menikah dengan Gus dan melewati semua ini. Harusnya aku dipanti."
"Terus apa mau kamu, Fi? Kamu yang bikin semuanya berantakan! Ghania pergi karena kamu gak becus jagain dia. "
Hati Fiza mencelos. Hujan air mata semakin deras. Sekarang tidak hanya Fiza tapi netra Gus Afkar juga.
"Aku juga sakit kehilangan dia, Gus. Apalagi dia pergi karena kecerobohan aku. Coba Gus bayangin gimana jadi aku sebagai ibunya yang selalu dihantui rasa bersalah? Ditambah Gus judge aku seolah aku pembunuh."
"Gus Afkar kejam tahu, nggak?!"
Sedang dikuasai emosi, Fiza tidak bisa mengambil jalan lain selain menurunkan koper dari atas lemari dan memasukkan semua pakaiannya ke dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEORANG GUS [END]
Ficción GeneralDemi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza, tapi Fiza begitu baik dan sabar menghadapinya. Berbagai cara Gus Afkar lakukan agar Fiza mau menyera...