CSG 25- Kehilangan Jejaknya

18K 1.6K 378
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

-happy reading-

* * *

Dua hari berlalu. Pesawat AirAsia QZ321 masih tak ditemukan jejaknya. Anggita polri dan tim Basarnas masih  berupaya mencari titik terang dibalik kasus hilangnya pesawat tersebut.

Gus Afkar sempat berharap Fiza tak jadi menumpangi pesawat itu, entah dengan alasan apa pun itu. Namun, semuanya terbantahkan dengan manifest penumpang pesawat yang dia lihat. Terdapat nama istrinya di daftar.

Sudah dua hari pula, Kiai Ilham dan Nyai Nadya mengumpulkan santri untuk melakukan doa bersama demi keselamatan Fiza. Semua orang berharap pesawat yang ditumpangi Fiza tidak mengalami masalah sehingga semua penumpangnya selamat. Walau tak bisa ditampik, mustahil pesawat yang seharusnya sampai pada tujuan yang diperkirakan dua jam setelah lepas landas, menghilang tanpa jejak.

"Makan, Nak. Nanti kamu sakit," bujuk Nyai Nadya melihat pola makan putranya dua hari ini berantakan.

Gus Afkar menatap lantai kamarnya dengan mata kosong. "Bagaimana Afkar bisa makan sedangkan istri Afkar sampai sekarang masih tidak ada kabar, Umi?"

Nyai Nadya menunduk sedih.

"Afkar bahkan gak tahu dia di mana sekarang dan seperti apa keadaannya. Afkar hanya bisa berharap dia pulang dalam keadaan baik-baik saja, kalau tidak..." Gus Afkar menunduk. Untuk yang kesekian kalinya air matanya kembali menetes. "Kalau tidak Afkar gak bisa hidup tanpa dia."

"Kalau dia tiada, Afkar juga harus tiada."

Nyai Nadya menggelengkan kepalanya. Air matanya ikut terjatuh. Perempuan baya itu memeluk tubuh rapuh Gus Afkar.

"Jangan bicara begitu, Nak. Fiza pasti akan selamat. Dia pasti akan baik-baik saja. Afkar harus yakin itu," kata Umi meyakinkan.

Gus Afkar mengeratkan pelukan uminya. Tubuhnya terguncang hebat. Untuk pertama kalinya dalam hidup, ia merasa seterpuruk ini.

"Afkar gak mau kehilangan Fiza, Umi. Afkar sayang sama Fiza walau pun selama ini Afkar belum bisa memberikan dia yang terbaik."

* * *

"Maafin, mbak, Kar. Semuanya salah mbak. Kalau waktu itu mbak gak kasih tahu soal acara pameran itu, mungkin saat ini Fiza tidak kenapa-kenapa. Mungkin dia akan tetap berada di sini berkumpul sama kita."

Selain Gus Afkar, Ning Nada juga terpukul. Terlebih dia yang menyuruh Fiza agar ikut pameran. Sebab itu ia merasa sangat bersalah.

Gus Afkar menulikan pendengarannya. Setelah kabar itu datang, sikapnya berubah pada Kakaknya dan itu sukses membuat Ning Nada semakin sedih.

"Umi, kapan Tante Fiza pulang?" rengek sekecil Arsyi.

"Kita doakan supaya Tante Fiza cepat pulang ya, Nak," ucap Gus Dzikra menenangkan Arsyi yang sering menanyakan Fiza akhir-akhir ini. Hatinya telah terikat dengan Fiza. Maka tak aneh, jika dia gelisah karena Fiza tak kunjung pulang.

Gus Dzikra mengusap bahu istrinya, memberinya penenang agar tidak bersedih atas sikap Gus Afkar. Ia pun meninggalkan keduanya supaya bisa saling berbicara.

"Kar--"

"Afkar gak marah sama, Mbak. Afkar cuma minta kasih Afkar ruang buat sendiri," tukas Gus Afkar tanpa menatap Kakaknya.

CINTA SEORANG GUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang