بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
-Happy reading-
* * *
Gus Afkar menatap sebuah nama pada barisan kontak di handphonenya cukup lama, lalu beralih pada sebuah buku yang sudah beberapa hari ini nangkring dimeja belajarnya.
Buku itu bukan miliknya. Ia sedang bingung bagaimana cara mengembalikan buku itu kepadanya. Gus Afkar mengenal dan mempunyai nomornya, tapi entahlah untuk sekedar mengiriminya chat dan memberitahukan buku itu pada pemiliknya rasanya sangat sulit.
Di sisi lain sang pemilik buku resah mencari keberadaan bukunya yang sudah hilang beberapa hari ini. Ia bingung bukunya tertinggal disuatu tempat atau terjatuh sewaktu perjalanan? Buku itu memang tidak berisi hal aneh seperti kebiasaan kebanyakan perempuan yang suka curhat. Buku itu berisi catatan kajian. Kalau ada yang aneh mungkin hanya sebaris nama yang tak sengaja ia tuangkan. Itu pun tak disertai rangkaian kalimat apa pun.
Tiba-tiba sebuah notifikasi pesan WhatsApp masuk ke ponsel yang kebetulan ia genggam. Dahinya mengernyit melihat nomor tak dikenal.
Gus Afkar
AssalamualaikumSaya Afkar. Dapat nomor kamu dari Fadli.
Buku kamu ketinggalan dipesawat. Sekarang ada di saya.
Haifa mengerjapkan matanya. Walaupun sebenarnya ingin berteriak histeris mendapatkan pesan dari seseorang yang dia kagumi, namun Haifa berusaha menampilkan ekspresi biasa saja.
Anda
Wa'alaikumussalamPantesan aku cari ga ada
Gus Afkar
Nanti saya akan titipkan ke asrama kamu kalau ada yang berkunjung ke sanaAnda
Terimakasih banyak, GusMaaf sudah merepotkan
Read. Tidak ada balasan lagi dari Gus Afkar setelahnya. Haifa menghela napas lesu. Memikirkan sikap Gus Afkar yang ternyata sangat cuek dan irit bicara. Namun, di sisi lain ia senang Gus Afkar tidak friendly terhadap perempuan yang bukan mahramnya.
* * *
Tiga hari setelah itu Gus Afkar menitipkan buku Haifa kepada penjaga asramanya. Beberapa jam setelah buku itu sampai, Gus Afkar malah mendapatkan kiriman makanan yang diketahui dari Haifa. Shawarma daging itu kini telah mengganjal perut Gus Afkar. Makanan sebagai tanda terimakasih katanya karena sudah mengembalikan bukunya.
"Ciee.... ciee yang habis dikirimin makanan," goda Fadli, teman baru Gus Afkar yang berasal dari Indonesia. Selain itu Fadli merupakan teman masa kecil Haifa. Gus Afkar mendapatkan nomor Haifa darinya.
Gus Afkar memutar mata jengah, mendengar godaan Fadli.
"Menurut Gus Haifa itu bagaimana?"
"Biasa saja," jawab Gus Afkar enteng.
Karena yang luar biasa itu cuma Umi, Mbak Nada dan Fiza. Batinnya.
"Masa sih? Kalau saya jadi gus saya pasti bakalan baper," katanya sedikit tak percaya.
"Dari kecil Haifa itu sangat pendiam dan hidupnya tertutup. Dunianya adalah ayahnya. Jadi tadi pas gus dapat makanan dari dia saya agak kaget. Ternyata perempuan seperti Haifa juga bisa kasih feedback kepada seorang lelaki. Ya walau pun saya tahu gak semua lelaki diperlakukan sama oleh dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEORANG GUS [END]
Fiksi UmumDemi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza, tapi Fiza begitu baik dan sabar menghadapinya. Berbagai cara Gus Afkar lakukan agar Fiza mau menyera...