بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
-Happy reading-*****
"Radiya!" panggil Gus Afkar terhadap Ning Radiya yang hendak masuk ke dalam kelasnya, kelas sebelas.
Ning Radiya yang kenal dengan suara itu mengabaikan panggilannya. Gadis itu lebih memilih masuk kelas dan duduk di bangkunya.
Gus Afkar menyelinap masuk, menghampirinya. Gus muda itu menatap Ning Radiya sedikit kecewa karena sikapnya mulai berbeda.
"Ke kantin yuk."
"Aku mau ngerjain tugas," dinginnya sembari mengeluarkan buku dari dalam tas.
"Aku bantu ya."
"Kalau mau bantu, tolong keluar aja. Jangan ganggu, biar aku fokus."
Gus Afkar tak mengindahkan perkataan Ning Radiya dan malah memperhatikannya mengerjakan latihan soal.
"Aku gak bakalan suka sama Fiza, Ning, cuma kamu yang aku cintai. Kita seperti dulu lagi ya walaupun gak pacaran," katanya tersimpan harapan.
Ning Radiya menggebrak meja dengan keras, nyaris membuat jantung semua teman-temannya yang ada di kelas hampir copot.
"Keluar, sekarang juga!" Suara Ning Radiya meninggi, tangannya menunjuk pintu mengusir Gus Afkar. Untuk pertama kalinya Gus Afkar merasa tidak mengenalnya.
Dengan perasaan sakit, Gus Afkar menyeret langkah pergi. Ning Radiya mengusap wajahnya menyesal setelahnya. Perlahan bahunya bergetar membuat teman-temannya bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka berdua. Tak biasanya dua sejoli itu seperti ini.
*****
Pukul satu siang, Gus Afkar pulang dari sekolah dengan wajah kusutnya. Rambutnya yang sudah cukup memanjang acak-acakan seperti tak terurus. Semua itu efek stress karena telah dicueki Ning Radiya.
"Assalamualaikum," ucapnya setelah memasuki ndalem.
"Wa'alaikumussalam." Fiza yang menjawab. Terlihat perempuan itu menghampiri Gus Afkar. Keningnya menyatu, melihat wajah tertekuk pemuda itu. Tangannya ditepis ketika ingin disalimi.
"Capek ya?"
"Berisik!"
"Saya bantu bawa tasnya sini."
"Sok baik!"
"Mau makan, nggak? Biar saya siapkan."
Detik itu juga darah Gus Afkar mendidih. Pemuda itu langsung memojokkan Fiza ke tembok dengan segenap amarah yang sedari tadi ia tahan.
"BISA GAK, GAK USAH GANGGUIN SAYA SEHARI AJA," tekan Gus Afkar di depan wajah Fiza.
Fiza menelan saliva akibat deru napas Gus Afkar yang menerpa wajahnya. Jantungnya berpacu kencang saat ini antara gugup dan takut secara bersamaan.
"M-maaf."
"Lepasin Tante Fiza! Om Afkar nakal sama Tante Fiza," teriak gadis kecil berusia 3 tahun, memergoki perbuatan Gus Afkar. Wajah lugunya terlihat ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEORANG GUS [END]
General FictionDemi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza, tapi Fiza begitu baik dan sabar menghadapinya. Berbagai cara Gus Afkar lakukan agar Fiza mau menyera...