"Qabiltu nikahaha watazwijaha bilmahril madzkur, haalan," ucap Gus Afkar dengan gagahnya yang disaksikan oleh ratusan pasang mata yang menghadiri acara sakralnya.
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"Sah!" jawab para hadirin kompak.
"Lah kan emang udah sah dari awal?" sahut dua pemuda yang berdiri diantara groomsmen. Mereka adalah Zidan dan Arfa, kawan lama Gus Afkar dari SMA.
"Biar terlihat lebih meriah, gitu aja gak ngerti," sahut perempuan dari barisan bridesmaid dengan muka juteknya.
Zidan menggaruk tengkuk salah tingkah saat menengok kearah perempuan yang telah mengomentarinya.
Tak lama setelah itu, Fiza keluar dengan gaun indah yang menjuntai ke lantai. Gaun hasil rancangannya dengan Ning Nada itu terlihat sangat elegan ditubuh rampingnya.
Fiza bergerak mendekati Gus Afkar seraya menundukkan kepala merasa malu karena tengah menjadi pusat perhatian banyak orang. Gus Afkar yang mengerti itu, bak pangeran berkuda putih, menjemput ratunya.
Semua bersorak heboh ketika Gus Afkar mengulurkan tangan di depan Fiza sambil membungkukkan badan. Nyaris mirip seperti adegan film-film kerajaan. Fiza tersenyum, menyambut uluran tangan suaminya.
"Assalamu'alaikum, habibti. Selamat menjadi istriku di kesempatan kedua dengan banyak cinta. Jika dulu aku menikahimu karena terpaksa, sekarang aku menikahimu karena aku menginginkanmu. Di kesempatan lain, dalam dunia keabadian, aku juga akan mengatakan kepada Tuhan, bahwa aku hanya ingin hidup dengan kamu sebagai pasanganku."
"Aaa.... Sosweet banget, Tuhan."
"Gak bisa gak bisa pengen juga digituin huhu."
"Beruntung banget ya istrinya."
Dan masih banyak serangkaian kalimat lain yang menunjukkan rasa iri jomblowati kepada mempelai wanita. Terlebih dari barisan santriwati yang sudah lama menaruh rasa kagum pada sosok Gus Afkar dengan versi barunya.
"Wa'alaikumussalam, habibi. Senang menjadi seseorang dalam hidupmu. Terimakasih juga karena telah mewarnai hidupku dengan penuh cinta."
Fiza membalik tangan Gus Afkar, menciumnya tiga kali. Tangan lain Gus Afkar memegang pucuk kepala Fiza, memanjatkan doa kebaikan dan berakhir mencium kening istrinya. Para tamu semakin heboh karena itu.
Acara selanjutnya dilanjutkan dengan ucapan selamat dan sesi foto bersama. Selesai berfoto dengan menunjukkan cincin dan buku nikah, Gus Afkar dan Fiza melakukan foto keluarga dan orang-orang terdekatnya.
"Izin buat story WA, Gus, Ning," kata Zidan setelah berhasil memotret dirinya bersama pasangan pengantin.
"Pasti captionnya sahabat udah nikah yang satunya sudah tunangan, cuma tinggal saya doang. Ini kapan hilal jodohnya ya?" tebak Arfa yang sudah sangat hapal dengan perilaku manusia jomblo yang suka memainkan kode-kodean macam Zidan.
"Mentang-mentang kamu udah tunangan, Fa. Jangan gitu napa," timpal Zidan merasa tersindir.
"Makanya kalau udah ada yang tulus, seriusin, Dan. Seriusin! Yang kamu incar belum tentu pantas mendapatkan ketulusan kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEORANG GUS [END]
General FictionDemi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza, tapi Fiza begitu baik dan sabar menghadapinya. Berbagai cara Gus Afkar lakukan agar Fiza mau menyera...