CSG 33- Dejavu

11.5K 1.1K 468
                                    

"Mama, bilang apa? Jangan terlalu kecapean, Dza. Kalau mama nasehati itu didengar. Khawatir banget Mama pas kamu dibawa pulang dalam keadaan pingsan," omel Ranti pada Hifdza.

Hifdza menyengir, tak berniat menjelaskan alasan mengapa ia bisa sampai pingsan. Namun, pikirannya sedang berkecamuk sekarang. Bukan sekali dua kali, bayangan-bayangan seperti dimasjid tadi muncul dikepalanya, tapi sudah sering terjadi berulang kali yang berakhir menyebabkan kepalanya sakit.

"Yasudah Mama tinggal ke dapur dulu, mau masakin kamu makanan."

"Hifdza bisa kok, Ma masak sendi--"

"Gak mau dengerin Mama lagi?" Ranti sudah memasang wajah garang.

"Hehe, iya Mama cantik. Maaf ya? Hifdza di sini aja."

Ranti mengusap surai panjang putrinya.

Seperginya Ranti dari kamar, Hifdza membuka album foto berisi fotonya mulai dari masa kecil hingga dewasa. Bedanya dalam foto itu, ia tidak mengenakan hijab dan pakaiannya terbuka tidak seperti sekarang yang tertutup.

Hifdza sedikit heran ketika memandangi foto itu lamat-lamat, tetapi masih tak dapat mengingat jika dulu ia pernah berpakaian terbuka. Mungkin seperti kata Ranti bahwa ia hilang ingatan.

Tiga tahun lalu, Hifdza menjadi korban penculikan dan sebuah kecelakaan menyebabkan ia harus kehilangan ingatannya. Maka dari itu, ibunya sangat melarang keras dirinya pergi terlalu jauh dari rumah mereka yang terletak dipedesaan, karena takut hal itu terjadi lagi.

Setelah beberapa menit, Ranti sudah selesai dengan aktifitas memasaknya. Ia pun segera menuju kamar putrinya seraya membawa makanan itu dan beberapa obat-obatan untuknya.

"Makanan sudah jadi." Ranti menutup pintu dari dalam dan duduk di ranjang sebelah Hifdza.

Netranya bergulir menatap album foto yang dipegang Hifdza. "Ada apa, Nak?"

"Nggak, Ma. Cuma lagi lihat-lihat foto masa kecil Hifdza. Aku mirip Papa ya, Ma?"

Ranti seketika memasang wajah masam. "Benar, semua orang bilang begitu, padahal Mama yang sudah melahirkan kamu dan membesarkan kamu."

Ranti pernah bercerita jika hubungannya dengan suaminya tidak baik-baik saja hingga mereka memilih bercerai ketika Hifdza masih bayi. Dan sekarang Alvin, suami Ranti atau ayah Hifdza itu sudah meninggal setelah menikah lagi dan mempunyai anak lelaki bernama Farhan.

"Maafin Hifdza, Ma. Hifdza gak bermaksud buat Mama sedih," ucapnya menyadari raut wajah Ranti yang berubah sedih.

Ranti mencium kening putrinya. "Kamu gak pernah buat Mama sedih. Malah kamu sumber kebahagiaan Mama. Ya udah yuk makan sebelum makanannya dingin. Mama suapi."

Hifdza mengangguk patuh. Ia menerima suapan demi suapan dari tangan lembut Ranti. Meski Ranti hidup sebagai singel parent tetapi ia mampu mencurahkan kasih sayang secara sempurna pada Hifdza.

"Mama udah makan?" Ranti menjawab dengan gelengan kecil.

"Ish, Mama khawatirin Hifdza, tapi Mama sendiri tidak memperhatikan diri Mama. Gimana kalau Mama sakit? Hifdza gak mau!" Hifdza mengambil sendok dari tangan Ranti, berganti menyuapi ibunya.

CINTA SEORANG GUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang