CSG 24- Lost Contact

18.5K 1.7K 314
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

-Happy ready-

* * *

"Malesin banget harus tidur berduaan sama kamu, ling!" ndumel Gus Afkar sambil memukul bantal gulingnya.

Jam berdetak di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam lewat tiga puluh menit. Namun, Gus muda itu masih belum bisa memejamkan matanya walau pun sudah berusaha keras. Ia terbiasa tidur dengan memeluk Fiza. Bagaimana jadinya jika Fiza tak ada di sisinya? Apakah dirinya tak akan bisa tidur? Gus Afkar ingin menangis rasanya.

"Telpon Fiza ah."

Ide tersebut membuat Gus Afkar segera bangkit mengambil handphonenya.

"Kalau di sini jam sebelas tiga puluh berarti di sana jam sepuluh tiga puluh," monolognya, mengingat perbedaan jam di Indonesia lebih lambat satu jam dari Malaysia.

Mulut pemuda itu berdecak ketika memeriksa status WhatsApp istrinya masih online tapi dia tidak menghubungi dirinya. Walaupun mereka sudah bertukar pesan dan video call an dua jam yang lalu, tapi rindu Gus Afkar tak kunjung ada habisnya.

"Bisa-bisanya dia masih online di jam segini tapi nggak menghubungi aku? Dia lagi balasin chat siapa ya? Apa dia udah lupa sama aku?" resah Gus Afkar.

"Gak bisa, gak bisa! Aku harus telepon my wife sekarang."

Gus Afkar menekan logo telepon tak sabaran di WhatsApp untuk menghubungi Fiza. Satu menit, dua menit tak segera diangkat oleh Fiza. Hati Gus muda itu menjadi sangat dongkol. Tiga menit kemudian barulah telepon mereka tersambung. Gus Afkar langsung menyemburkan uneg-unegnya.

"Lama banget sih angkat telponnya padahal lagi online. Lagi chattingan sama siapa, hah? Udah malam juga, kenapa gak tidur? Hubungi kamu udah kayak hubungi presiden aja susahnya. Kamu udah gak peduli sama saya lagi?" omel Gus Afkar saking kesalnya sampai lupa mengucapkan salam.

"Assalamualaikum, Gus."

Mendengar suara lembut itu dari telepon membuat amarah Gus muda itu langsung meredup. Bibirnya menyunggingkan senyuman tipis. Fiza memang selalu berhasil membuatnya luluh begini.

"Wa'alaikumussalam," jawab Gus Afkar tak kalah lembutnya

"Maaf, ya lama angkat teleponnya, aku baru aja keluar dari kamar mandi. Aku online karena tadi lagi balasin pesan penting untuk acara besok, Gus. Aku gak aneh-aneh kok. Setelah ini janji langsung tidur."

Gus Afkar merasa bersalah akibat pertanyaannya sendiri. "Iya, gak papa. Saya juga minta maaf sudah berlebihan."

"Kenapa gus telepon jam segini? Kok belum tidur? Ntar telat bangun malam lho! Katanya mau Istiqomah tahajud."

Setelah dekat dengan Fiza memang kehidupan Gus Afkar berubah sembilan puluh derajat menjadi lebih baik. Contohnya dia mulai terbiasa bangun malam.

"S--saya gak bisa tidur, Fiza," cicitnya sedikit malu.

Fiza tersenyum di sana. "Mau aku bacain Ar-rahman sebagai penghantar tidur kamu?"

"Mauuu."

"Gus udah ambil wudhu'?"

"Udah, Fi."

"Udah Al-mulk?"

"Udah juga, Fi. Tapi bentar aku doa tidur dulu."

CINTA SEORANG GUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang