بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
-Happy reading-
*****
"Kerumah sakit ya, Fi? Udah parah begini," bujuk Ning Nada tatkala tahu adik iparnya sakit.
Fiza yang tubuhnya terbungkus selimut menggeleng dengan pelan karena kepalanya sakit sekali.
"Nggak, Mbak. Aku di sini aja," jawabnya dengan suara seraknya.
"Dih takut disuntik ya?" terka Gus Afkar menatap ejek Fiza sengaja mencari perhatian. Menjahili Fiza adalah hobi barunya sekarang.
Fiza bersungut dengan wajah masamnya. "Enak aja. Saya bukan kamu ya!"
Memang di keluarga Al-Mumtaz, Gus Afkarlah yang sangat anti dengan jarum suntik. Pernah suatu ketika, ia terkena penyakit campak yang mengharuskannya disuntik. Tak ingin merasakan nyerinya jarum menusuk kulit dengan nekatnya ia kabur sampai dikejar satpam rumah sakit dan berakhir disuntik juga. Walau pun harus ada drama jeritan seantero rumah sakit.
Ning Nada, Kiai Ilham dan Nyai Nadya hanya geleng-geleng kepala melihat keduanya yang seperti anak kecil.
"Yasudah kalau tidak mau kerumah sakit yang terpenting harus istirahat dengan baik, jangan mikir terlalu berat. Afkar urus istri kamu dengan baik ya, Nak," nasehat Nyai Nadya yang langsung diacungi jempol oleh Gus Afkar.
"Siap, Umi!" ucapnya bersemangat.
Tersadar reaksinya yang tak seperti biasa mengalihkan atensi semua orang, membuat dirinya dilanda gugup bahwa tak seharusnya ia sok baik begitu. Terlebih semua orang tahu bagaimana sikapnya pada Fiza semula.
Ning Nada tersenyum simpul. "Ciee... Kayaknya ada yang mulai bucin."
Gus Afkar memelototi Kakaknya tidak terima atas ucapannya. "Apaan sih, Mbak!"
"Gak usah ngeles kayak bajai aja!"
Meskipun Fiza sedang diberi ujian sakit, namun hatinya sedang berbunga dan bahagia karena Gus Afkar memperhatikannya dengan baik sejak subuh tadi. Ditambah dengan ucapan Ning Nada yang membikin ia semakin semangat memperjuangkan rumah tangganya agar tetap berdiri kokoh.
"Sudah, sudah jangan ejek adikmu lagi, Da. Lihat pipinya sudah merah," ujar Kiai Ilham menggoda sekalian. Gus Afkar merasa telah kehilangan harga dirinya.
"Gak! Gak boleh kamu diginiin, Kar. Stay cool di tengah perasaan yang rumit ini, itu harus. Kamu harus telisik lebih jauh sekuat apa Fiza bertahan dan apa dia udah jatuh cinta sama kamu."
"Soalnya cinta sepihak itu gak seru. Yakali tampan kayak kamu gak terbalas."
"Eh, bentar-bentar perasaan sepihak? Jangan bilang yang sepihak itu aku? Aku jatuh cinta sama Fiza?"
Celotehan-celotehan batin itu terus menggangu saraf otak Gus Afkar, menambah overthingking saja.
Seorang gadis kecil berlari memasuki kamar Fiza dan menatap prihatin kondisi Fiza yang wajahnya telah pucat. Netranya berkaca-kaca. Dia adalah Arsyi yang baru saja dijemput dari sekolah oleh Gus Dzikra, Abinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEORANG GUS [END]
Ficção GeralDemi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza, tapi Fiza begitu baik dan sabar menghadapinya. Berbagai cara Gus Afkar lakukan agar Fiza mau menyera...