CSG 20- Cinta atau Obsesi?

20.7K 1.6K 224
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

-Happy reading-

*****


"Fiza."

Fiza segera memutar tubuhnya menghindari si pemanggil yang tak lain adalah Gus Afkar. Melihatnya tak menghiraukan panggilannya, seketika menimbulkan tanda tanya dibenak gus Afkar.

"Dia kenapa?" monolognya. Timbul pikiran negatif dalam otaknya. Apakah Fiza marah kepada dirinya karena ulahnya semalam. Namun, kemudian terbantahkan dengan pikiran konyol, apakah Fiza masih malu kepada dirinya?

Fiza bernapas lega setelah berhasil menghindari Gus Afkar. Kini ia berada di gazebo belakang, menikmati semilir angin sejuk menerpa wajah ayunya. Ia pun mulai membuka buku yang ia peluk sejak tadi karena memang berniat mengisi waktunya dengan membaca dihari Minggu yang kosong ini.

Lain halnya dengan suasana sekitar yang terasa sangat menenangkan, pikirannya melanglang buana pada kejadian semalam, resah. Sesungguhnya Fiza bukan berniat menghindari Gus Afkar. Ia hanya malu. Malu dengan apa yang mereka lakukan.

"Ternyata ada di sini, saya cari kemana-mana loh," ucap Gus Afkar. Terlihat wajahnya senang. Pemuda itu perlahan mendekat kearah Fiza yang sedang duduk santai sembari membaca buku self Improvement.

"Jangan ganggu aku!" tukas Fiza garang ketika Gus Afkar hendak duduk disebelahnya.

Gus Afkar tertegun. "Galak banget. Saya gak akan ganggu aktivitas baca kamu."

Gus Afkar tak mengindahkan perkataan Fiza dan tetap duduk disampingnya tanpa jarak.

Fiza menggigit bibir bawah. Bukan mengganggu itu yang dirinya maksudkan. Maksud Fiza, dia tidak ingin Gus Afkar ada didekatnya untuk sementara ini. Melihatnya, membuat dirinya teringat kejadian semalam yang sangat memalukan itu

"Ck, tahu ah!"

Mengalah. Fiza hendak beranjak dari tempatnya. Namun, belum sepenuhnya ia berdiri, Gus Afkar menariknya sampai terduduk di pangkuannya. Mata Fiza otomatis melotot.

"Kamu menghindari saya?"

"Nggak," jawab Fiza cuek. Tangannya segera menepis tangan Gus Afkar yang merengkuhnya. "Lepasin!"

"Saya tahu, pasti kamu lagi malu sama saya karena yang kita--" tebak Gus Afkar dengan senyuman jahilnya.

Fiza segera memangkas ucapannya dengan pipi membias, "Guuss, ish!"

Fiza menutupi wajahnya dengan buku.

"Jadi benar, kan kamu malu?"

"Awsh..."

Gus Afkar meringis pelas ketika Fiza mencubit lengannya. Kala dibuka lengan baju itu, pipi Fiza semakin tak tahan panas melihat bekas cakaran kukunya semalam. Akh! Fiza jadi teringat lagi.

"Ini ulah kucing garong yang mencakar saya semalam," celetuk Gus Afkar melihat bekas kuku Fiza.

"Siapa suruh nakal sama kucingnya." Fiza membela diri sendiri.

"Gemas sih."

Gus Afkar menjatuhkan kepalanya di atas paha Fiza yang kini sudah tidak menghindar lagi. Namun, tak seperti biasanya. Kali ini dia sedikit bicara. Gus Afkar memaklumi hal itu. Fiza memang sangat pemalu. Terlebih untuk hal yang pertama kali mereka lakukan. Baru awal pernikahan mereka saja, dia bukan main gugupnya saat dirinya hanya menyentuhnya.

CINTA SEORANG GUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang