Haifa mendesah pelan ketika motor maticnya tiba-tiba mogok ditengah jalan. Sudah berulangkali ia menstarter tapi mesinnya tak kunjung menyala. Tak punya cara lain, ia pun segera menghubungi nomor montir bengkel terdekat. Haifa berharap mereka bisa membantunya. Walau itu akan menguras waktu yang cukup lama. Tapi Haifa harus segera pergi ke sekolah.
Haifa bernapas lega saat mereka mengangkat teleponnya. Langsung saja ia meminta bantuan kepada mereka untuk pergi ke lokasinya sekarang.
Sebuah mobil berhenti tepat di samping motor Haifa. Haifa terkejut begitu melihat seseorang yang keluar dari mobil itu. Gus Afkar.
"Kenapa motornya?" tanyanya menilik motor Haifa dengan serius.
"Mogok, Gus."
Bersamaan itu, seorang montir datang.
"Motor saya kayaknya bermasalah, Mas. Tiba-tiba mesinnya tidak menyala. Bisa tolong diperbaiki? Saya harus pergi mengajar."
"Siap, Mbak."
"Kalau begitu naik mobil saya saja, kebetulan saya mau mengantar Arsyi kesekolah," usul Gus Afkar tulus. Ia baru tahu kalau Haifa menjadi pengajar disekolah Arsyi.
"Tapi...."
"Motornya mengalami masalah serius, Mbak. Sepertinya butuh waktu yang lama untuk diperbaiki. Mending Mbak nebeng sama masnya aja," terang mas-mas itu.
"Tuhkan, ayo sudah jam berapa ini?" ucap Gus Afkar sembari menengok jam dipergelangan tangannya. Setelah ini, ia pun harus pergi ke kafe.
Karena tidak ada cara lain, Haifa terpaksa menerima tawaran Gus Afkar dengan berat hati. Susah payah, ia menjauhi Gus Afkar selama ini, tapi hari ini takdir menjebaknya dalam situasi sulit ini. "Baiklah."
"Hallo, Bu guru cantik!" sapa Arsyi dari kursi depan ketika Haifa sudah masuk mobil dan duduk dikursi belakang.
"Hallo, Ar!"
"Om, Arsyi mau duduk dibelakang sama Bu guru Haifa," rengeknya.
"Jadi kamu mau menjadikan om supir? Diam disitu, Ar."
"Gak mau, wlee!" Arsyi membuka pintu mobil.
"Arsyi, ya Allah kamu tega sama om? Duduk depan!"
Tak mengindahkan perkataan Gus Afkar, Arsyi pindah. Haifa tersenyum melihat keakraban keduanya.
"Bu guru, mau salim." Arsyi meminta tangan Haifa yang langsung disambut oleh perempuan itu.
"Kenapa gak nurut sama om, Sayang?" Haifa kan jadi tidak enak hati pada Gus Afkar yang terlihat cemberut.
"Nggak, Arsyi maunya duduk sama Bu guru. Gak papa, kan?" ucapnya menatap Haifa dengan tatapan memohon.
"Gak papa, tapi jangan minta eskrim sama om lagi," tukas Gus Afkar pura-pura merajuk lalu menjalankan mobilnya.
"Om gak asik, masak ngambekan."
Bukannya membujuk, Arsyi malah asik mengobrol dengan Haifa setelahnya. Obrolan itu tercipta mulai dari topik pelajaran sekolah sampai pada gadis kecil itu menceritakan tentang kesehariannya di ndalem kepada Haifa. Gus Afkar memasang wajah masam, merasa tersisihkan.
Sesampai disekolah, Arsyi segera masuk ke kelas karena bel masuk sudah berdentang. Gus Afkar tak langsung pergi, bahkan mencegah Haifa yang hendak masuk setelah mengucapkan terimakasih.
"Haifa saya boleh minta nomor kamu untuk saya hubungi?"
Haifa menunduk, meremas seragamnya kuat-kuat. Melihatnya hanya terdiam membuat kening Gus Afkar mengerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEORANG GUS [END]
General FictionDemi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza, tapi Fiza begitu baik dan sabar menghadapinya. Berbagai cara Gus Afkar lakukan agar Fiza mau menyera...