بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
-Happy reading-
*****
Air mata Fiza mengalir deras di atas pemakaman kedua orangtuanya. Belasan tahun ia hidup tanpa mereka. Fiza melalui hari-harinya dengan perasaan hampa.
Meskipun ia sudah mempunyai keluarga baru, tetapi orangtuanya tidak bisa tergantikan dalam hatinya.
Semua terjadi ketika Fiza dan orangtuanya pulang dari acara wisuda Fiza. Kala itu mereka dalam suasana bahagia karena Fiza berhasil lulus sekolah dasar dengan nilai terbaik. Siapa sangka kebahagiaan itu berakhir begitu saja, ketika sebuah mobil dari arah kiri menerjang mobil yang ditumpangi mereka.
Mobil yang tak lain pemiliknya adalah Kiai Ilham itu mengalami masalah. Remnya blong. Dari kejadian itu, berhasil menewaskan Faiz dan Zyra, dua harta paling berharga dalam hidup Fiza. Karena selain mereka, ia tidak punya siapa-siapa lagi.
Lepas hari itu, Fiza tinggal di panti. Dikarenakan keluarga dari pihak ayah maupun Ibu sudah tiada. Tak ada tetangga yang mau menampungnya.
Kiai Ilham dan Nyai Nadya yang baru keluar dari rumah sakit akibat kecelakaan itu langsung mencari tahu tentang keberadaannya. Mereka pun membawanya ke Darul-Falah dan di asuh.
Di sanalah Fiza tumbuh, diberikan tempat tinggal, pendidikan. Hidupnya terjamin.
"Ayah, Ibu, sekarang Fiza sudah menikah. Hakim yang menjadi wali nikah Fiza karena Fiza sudah tidak punya siapa-siapa lagi."
"Tapi tidak masalah, semuanya sudah takdir Fiza, kan?"
"Fiza cuma mau ngasih tahu aja sama kalian, kalau gadis kecil kalian sekarang sudah dewasa dan mempunyai keluarga sendiri."
Gus Afkar mendesah, ingin protes karena menunggu Fiza terlalu lama, rasanya berdosa karena Fiza sedang berziarah. Alhasil ia hanya duduk anteng dikursi yang telah disediakan di makam.
"Dia udah kehilangan orangtuanya dari kecil, gak adil rasanya kalau aku cemburu cuman karena Umi dan Abi juga sayang sama dia."
"Parahnya penyebab dia kehilangan orangtuanya itu karena keluarga aku sendiri."
"Tapi, aku gak suka Umi terlalu perhatian sama dia."
"Aku udah selesai, Mas," ucap Fiza membuyarkan Gus Afkar dari lamunan batinnya.
Gus Afkar segera menegakkan tubuh. "Bagus. Yaudah ayo cepat pulang." Fiza mengangguk tak banyak berkata lagi. Suaranya terdengar serak dan matanya merah.
"Oh, iya tadi Mbak Nada nitip minta dibelikan susu buat Arsyi. Nanti mampir Indomaret dulu ya."
"Hmm."
"Aww... aduh." Fiza mengadu kesakitan lantaran kakinya tergelincir oleh batu.
Gus Afkar yang memimpin jalan, menoleh. Bola matanya memutar malas menyaksikan Fiza sudah terduduk di tanah. "Ceroboh!"
"Ish, Mas sih jalannya kecepatan."
Gus Afkar tidak terima. "Enak saja. Kamu yang jalannya tidak hati-hati."
Entah kerasukan jin darimana, gus muda itu mengulurkan tangannya pada Fiza untuk membantunya. Fiza tersenyum. "Tumben perhatian?"
Dalam sekali tangkap, Fiza berhasil berdiri dengan kaki pincang. Sepertinya kakinya terkilir.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEORANG GUS [END]
General FictionDemi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza, tapi Fiza begitu baik dan sabar menghadapinya. Berbagai cara Gus Afkar lakukan agar Fiza mau menyera...