CSG 27- Haifa Azzahra dan Cinta dalam Diam

17.5K 1.4K 404
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

-Happy reading-

* * *

"Fii amanillah, Sayang. Jaga dirimu baik-baik di sana. Kalau ada waktu senggang, hubungi kami ya, kami akan merindukanmu."

Gus Afkar tersenyum pada seorang perempuan yang baru saja mengucapkan itu kepadanya, Nyai Nadya. Di samping beliau ada keluarganya yang lain.

Saat ini mereka sedang berada di bandara, mengantar Gus Afkar yang hendak menimbah ilmu di luar negeri, Al-Azhar Cairo.

"Umi juga juga jaga diri umi dengan baik ya, Abi juga." Pandangan Gus Afkar beralih pada Kiai Ilham.

Kiai Ilham mengusap sudut matanya yang mendadak terasa perih lantas memeluk putranya. "Maafkan, Abi, Nak. Sejujurnya berat bagi Abi melepaskanmu jauh-jauh dari kami kalau tujuanmu bukan menuntut ilmu."

Gus Afkar hanya dapat tersenyum dipelukan Kiai Ilham. Kini pemuda itu menjadi manusia paling munafik yang pandai menyembunyikan kepedihan hidupnya dengan senyuman lara.

Tentu saja, Gus Afkar tidak akan semudah itu menghapus nama Fiza dari hatinya serta kepergiannya yang secara tragis. Hafizah Aghnia, akan selalu terkenang dalam hatinya. Selamanya.

"Afkar titip Fiza, Mbak. Jangan sehari pun kamu absen ke sana ya."

Ning Nada mengangguki perkataan adiknya seraya tersenyum. "Siap, Dek."

Usai berpamitan dengan semua orang Gus Afkar pergi tanpa gamang. Ia harap suasana dan tempat baru nanti akan menyembuhkan lukanya.

Kata orang, jika ingin sembuh, tinggalkan hal yang menyakiti. Fiza memang tidak pernah menyakiti Gus Afkar secara sengaja. Hanya kepergiannya yang secara tiba-tiba membuat luka.

Gus Afkar paham ini takdir sang kuasa, maka ia tak akan lagi menyalahkan siapa-siapa. Biarlah ia hidup dalam kerinduan dan bertemu kembali dengan kekasihnya di alam keabadian.

* * *

Sejak dulu kala Al-Azhar kairo memang selalu menjadi incaran para pengembara ilmu agama. Universitas Al-Azhar bahkan termasuk salah salah satu universitas Islam terbaik di dunia. Maka tak heran, jika banyak santri atau penuntut ilmu terobsesi untuk menempuh pendidikan di sana. Mereka rela belajar mati-matian demi mengejar beasiswa dan mengikuti tes agar bisa diterima.

Namun, beda halnya dengan Gus Afkar. Pemuda itu rela merantau ke negara seberang guna memenuhi nadzar Kiai Ilham. Padahal jika ditilik Gus Afkar sangat enggan.

Kini setelah memenuhi semua syarat,  Gus Afkar pun diberangkatkan, meninggalkan keluarga tercinta.

"Maaf, boleh saya lewat, itu tempat duduk saya," ucap Gus Afkar pada seorang perempuan yang ada di samping tempat duduknya, dekat dengan jendela.

Dalam hati sedikit menggerutu kenapa dirinya harus kebagian tempat duduk bersama seorang perempuan. Jika dilihat dari penampilannya dia sepantarannya.

"Eh, iya maaf."

Perempuan itu bangkit sebentar dari tempat duduknya untuk mempersilakan Gus Afkar masuk.

Tatkala melihat wajah Gus Afkar, refleks bibirnya berucap, "Gus Afkar?"

CINTA SEORANG GUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang