Usai berbicara serius dan membuat perjanjian dengan Haifa tempo lalu, kini Gus Afkar benar-benar menepati janjinya untuk merealisasikan kebohongan yang pernah Haifa buat kepada Mahfudz.
Ia beserta Nyai Nadya dan Gus Adnan datang kekediaman ayah Haifa membawa niat baik, yaitu untuk melamar Haifa.
Sampai sekarang Nyai Nadya masih tak percaya saat putranya meminta restu ingin menikah lagi. Terlebih Gus Adnan yang tahu sebesar apa cinta Gus Afkar kepada Fiza. Namun terlepas dari itu semua, mereka berdoa semoga ini adalah awal yang baik untuk kehidupan Gus Afkar selanjutnya.
Sebelum mengutarakan niat baiknya, Gus Afkar sempat melirik kearah Fadli yang sedari tadi menampakkan wajah tak bersahabatnya. Dalam hati membatin, "Maafkan saya, Fad. Saya butuh Haifa."
"Bismillahirrahmanirrahim, jadi kedatangan saya kemari, saya ingin menyampaikan niat baik saya kepada Pak Mahfudz untuk melamar putri bapak, Haifa Azzahra untuk menjadi istri saya." ucap Gus Afkar langsung pada intinya.
Arya-- saudara jauh Mahfudz yang turut mendampingi malam ini, menjelaskan melalui bahasa isyarat kepada Mahfudz. Wajah pria tua itu langsung semringah saat mengetahui putrinya dilamar.
"Tapi saya tidak bisa memberikan jawabannya, Nak Afkar. Yang akan menjalani pernikahan adalah putri saya. Jadi dia yang berhak menentukan jawaban. Bagaimana, Haifa?"
Haifa tersenyum seraya menganggukkan kepala sebagai tanda ia menerima lamaran Gus Afkar. Semua orang yang berada di ruangan itu mengucap syukur.
Nyai Nadya memeluk Haifa dan mengecup keningnya. "Terimakasih, Nak."
"Sama-sama, Umi."
Pembicaraan selanjutnya dilanjutkan dengan pembahasan rencana pernikahan, tanggal, tempat dan waktu. Semuanya akan digelar dalam waktu dekat, sesuai keinginan dua belah pihak untuk menghindari hal-hal tidak diinginkan.
Dan pernikahan kali ini tidak akan digelar secara rahasia. Pernikahan kali ini akan dirayakan layaknya pernikahan impian setiap perempuan. Hal itu dikemukakan oleh Mahfudz yang sangat mengerti keinginan Hifdza.
Gus Afkar sendiri tak ada masalah dengan itu, hanya saja ia jadi teringat pernikahannya dengan Fiza yang terlaksana dengan terlampau miris. Namun, tak apa. Bukankah dengan cinta segalanya lebih istimewa?
"Gus, beneran gak mau makan sama yang lain?" tanya Haifa sembari membawakan potongan kue yang tadi dibawakan Gus Afkar untuk pemuda itu.
"Nggak, saya kenyang," jawab Gus Afkar.
Saat ini ia keduanya berada di ruang tengah yang masih satu jalur dengan ruangan makan, dimana semua orang tengah berkumpul, menikmati hidangan makan malam yang telah disediakan tuan rumah.
"Aku duduk di sini boleh?"
Gus Afkar terkekeh geli mendengar pertanyaan itu. "Kenapa harus minta izin dirumah sendiri?"
Haifa tersenyum kikuk. Ia lalu mengambil duduk dikursi yang berhadapan dengan Gus Afkar.
"Gus, gak papa, kan?"
"Memangnya saya kenapa?" heran pemuda itu, menatap Haifa dengan sebelah alis terangkat.
Haifa menggeleng. Ia paham pasti pemuda itu sedang merasa bersalah karena merasa telah mengkhianati Almh. istrinya setelah melamar dirinya malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEORANG GUS [END]
Narrativa generaleDemi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza, tapi Fiza begitu baik dan sabar menghadapinya. Berbagai cara Gus Afkar lakukan agar Fiza mau menyera...