بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
-Happy reading-
*****
"Bagaimana keadaan kaki kamu, Nak?" tanya Nyai Nadya pada Fiza yang baru saja turun.
"Udah baikan kok, setelah Umi pijitin. Buktinya Fiza sekarang udah bisa jalan normal." Nyai Nadya tersenyum lega.
"Terus Afkar? Dia masih marah?"
"Ya begitulah, Fiza bingung cara menghadapi dia. Kemarin malam Mas Afkar demam, tapi sekarang demamnya udah turun."
"Afkar sakit? Kenapa kamu tidak bilang ke umi?" Nyai Nadya terlihat cemas.
"Afwan, Fiza gak mau mengganggu tidur Umi soalnya udah malam."
Yang dibicarakan langsung muncul dari tangga paling atas dengan seragam yang sudah rapi dan tas yang sudah dicangklong dipundaknya
"Kata Fiza semalam kamu demam, Nak. Kalau pagi ini sekolah berarti udah baikan ya. Sarapan dulu yuk," ujar Nyai Nadya perhatian.
Gus Afkar abai, pemuda labil itu melewati Nyai Nadya dan Fiza seolah tak memedulikan keberadaan mereka berdua yang tengah tersenyum kepadanya.
"Kayaknya dia masih marah, Umi."
Nyai Nadya tersenyum lembut. "Gak papa. Semoga nanti dia gak marah lagi." Berbeda dalam hatinya beliau merasa sedih melihat sikap putranya yang begitu.
*****
Ketika sampai disekolah, Gus Afkar langsung mendatangi kelas Ning Radiya untuk memastikan keadaannya. Namun, setelah di sana, dia tak melihat keberadaannya. Setelah bertanya kepada teman-teman sekelasnya, ternyata Ning Radiya tidak masuk hari ini.
Gus Afkar jadi bertanya-tanya, apakah mantannya itu masih sakit? Gus Afkar hanya bisa mencemaskannya, sebab mendatangi ndalem nya pasti hanya akan berakhir sia-sia. Mungkin dia akan langsung diusir.
Gus Afkar memegangi perutnya yang tiba-tiba berbunyi. Ia lupa kalau tadi pagi melewatkan sarapan karena malas melihat wajah Fiza yang tidak sengaja dipeluknya saat mereka tidur.
Gus Afkar sendiri sudah lupa kemarin dia marah pada Kiai Ilham dan Nyai Nadya. Ia merasa tak seharusnya dirinya cemburu terlalu berlebihan seperti kata Arfa semalam. Sebisa mungkin, Gus Afkar akan berdamai dengan dirinya sendiri.
"Pasti mau ke kantin, ikut," ucap Zidan tiba-tiba muncul membuat Gus Afkar memegangi dadanya
"Aku juga ikut kalau ditraktir Zidan," celetuk Arfa sembari mengedipkan sebelah matanya pada Zidan.
"Ngemis mulu kerjaan." Zidan menyindir sekaligus merasa kesal, tetapi pemuda itu hanya bercanda. Pasalnya ia suka berbagi.
"Astaghfirullah, Zidan. Aku cuma mau mengingatkan kamu agar bersedekah dan sedekah yang lebih baik itu kepada orang terdekat sendiri yang membutuhkan. Kita dekat, kan?"
Gus Afkar hanya dapat geleng-geleng kepala atas sikap kedua sahabatnya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEORANG GUS [END]
Ficção GeralDemi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza, tapi Fiza begitu baik dan sabar menghadapinya. Berbagai cara Gus Afkar lakukan agar Fiza mau menyera...