CSG 23- Sahabat terbaik adalah Al-Qur'an

19.2K 1.6K 420
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Kemarin banyak yang nagih up, tp tergetnya tidak ditembusin dan baru tembus tadi. Jadi aku up sekarang.

Jangan malas vote dan spam komen kalo bisa di tiap paragraf biar aku makin semangat buat nulis dan update bab terbaru. Makasih.

-Happy reading-

* * *

Fiza menyandarkan kepalanya dibahu gus Afkar yang tengah muraja'ah hapalannya. Di usia dua belas tahun yang terbilang masih muda, pemuda itu sudah mampu menghapal isi Al-Qur'an.

Fiza sendiri mulai menghapal ketika usianya menginjak dua belas tahun saat Kiai Ilham dan nyai Nadya mengadopsinya dan baru bisa menyelesaikan hapalannya diusianya yang ketujuh belas.

Fiza sangat bersyukur bisa berada ditengah-tengah keluarga paham agama. Kalau bukan karena mereka, mungkin ia tidak bisa menjadi Hafizah Qu'ran dan belajar ilmu agama secara intens. Walau pun takdir yang membawanya pada mereka menyakitkan tapi banyak hal baik yang ia dapatkan. Dari situ, Fiza memahami hikmah dibalik setiap kejadian tak pernah Allah sia-siakan segala sesuatunya.

Sembari bibirnya komat-kamit membaca ayat demi ayat, Gus Afkar memainkan jari jemari tangan Fiza yang mungil.

Dalam diam, Fiza menyimak hapalan Gus Afkar sembari mengingat hapalannya juga.

Dua jam mereka melakukan itu, Fiza yang lelah duduk pun berpindah posisi menjadi menidurkan kepalanya diatas pangkuan Gus Afkar. Gus Afkar menepuk-nepuk kepalanya dengan sayang.

"Apa arti Al-Qur'an bagi, Gus?" tanya Fiza menatap Gus Afkar.

Gus Afkar tampak menimang jawaban yang pas. "Emm... Al-Qur'an itu ibarat sebuah cahaya dalam kegelapan. Kalau saya meninggalkan Al-Qur'an sama saja dengan saya mematikan sebuah lampu dalam hidup saya. Saya bukan Tuhan yang bisa melihat dalam kegelapan. Apa jadinya jika saya hidup dalam kegelapan?"

Fiza tersenyum mendengar jawabannya. "Masya Allah, pantesan selama ini aku gak pernah lihat Gus absen baca Al-Qur'an. Gus emang jarang buka mushafnya, tapi beberapa kali aku pergoki Gus tertidur dengan memeluk handphone yang belum keluar dari aplikasi Al-Qur'an."

Gus Afkar menunduk malu. "Sebenarnya saya tidak percaya diri jika sampai ada orang lain yang melihat saya memegang Al-Qur'an apalagi membacanya. Saya memang hapal 30 Juz Al-Qur'an tapi sifat saya bertentangan dengan isinya. Mereka pasti akan mengolok-olok saya."

Fiza menutup bibir Gus Afkar dengan jari telunjuknya.

"Gus tahu sahabat Nabi Nu'aiman, kan?" Gus Afkar mengangguk, serius menatap istrinya dipangkuannya.

"Nu'aiman itu sangat besar rasa cintanya sama Allah dan Rasulullah, tapi dia tidak bisa meninggalkan larangan yang telah diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, seperti contohnya mabuk-mabukkan," kata Fiza.

Gus Afkar segera menyanggah. Kalimat ini bisa menjadi bahan sebuah pembelaan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab karena kesalahpahaman mereka.

"Bukan berarti melalaikan isi Al-Qur'an itu dibenarkan, Fi. Dosa itu tidak bisa ditawar. Jika Allah telah melarangnya, maka meski kita mengimaninya, tetap itu tidak diperkenankan."

"Iya, benar, Gus. Tapi, dari Nu'aiman kita belajar bahwa kita tidak boleh menilai seseorang hanya dari luarnya saja. Kita tidak pernah tahu amalan apa yang pernah dilakukan seseorang dalam rahasianya sehingga membuat Allah terkagum dan mengampuni semua dosa-dosanya."

CINTA SEORANG GUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang