"Selamat menempuh hidup baru, Mantan," celetuk Gus Afkar sambil menangkup tangan di depan dada pada Ning Radiya.
Ia bersama Fiza dan keluarga Al-mumtaz lainnya sedang menghadiri resepsi pernikahan Ning Radiya dengan gus Abrizal dikediaman Ning Radiya.
Ning Radiya mendelik kesal lalu menatap kearah Fiza dengan wajah berubah drastis.
"Makasih banyak, Kak untuk gaunnya. Cantik banget nih."
Perempuan itu menunjuk gaun yang dipakainya dengan raut wajah yang begitu antusias. Memang gaunnya terlihat sangat indah dan cocok dengan tubuhnya yang ramping.
Konsep gaun yang dipakai Ning Radiya syar'i, dihiasi full brokat berwarna putih bersih, tidak menampakkan lekukan tubuh baik dipinggang atau pun dada. Ditambah dengan mahkota yang menghiasi kepala membuatnya tampak anggun dan elegan. Jangan lupakan riasannya yang tidak terlalu menor, tetapi masih segar. Ning Radiya sangat cantik hari ini atas campur tangan Fiza, menolak jasa MUA.
"Sama-sama, Ning. Senang bisa membantumu."
Setelah memberikan ucapan selamat, Gus Afkar menggandeng tangan istrinya menuju prasmanan. Sedari tadi Gus muda itu mengeluh lapar. Ingin mencicipi hidangan gratis yang beragam, katanya. Pemuda itu sampai melewatkan sarapannya dirumah demi makan di acara. Sangat aneh menurut Fiza polahnya.
"Mau makan apa?" tanya mereka bersamaan.
"Kamu mau makan apa? Biar saya yang ambilin," kata Gus Afkar segera menukas.
Fiza mengangguk, menyisir pandangan pada berbagai menu yang tersaji di prasmanan. Mulai dari aneka olahan seperti tumisan, mie, ikan, daging, ayam, soup, belum lagi menu dessert yang menggugah selera.
Matanya terhenti pada makanan yang katanya primadonanya kuliner di pulau Madura, yaitu sate.
"Aku mau sate ayam."
"Gak mau daging?" tawar Gus Afkar.
"Mau sate ayam." Fiza keukeuh.
"Enakan sate daging."
"Tapi aku pengennya sate ayam, Gus."
"Padahal sate daging lebih lezat, Fi."
"Nggak, sate ayam, Gus. Kalau gus Afkar mau sate daging ya silakan." Fiza merasa sangat jengkel.
Gus Afkar terkekeh kecil telah berhasil membuat istrinya kesal. Ia pun mengambilkan makanan itu untuk Fiza.
"Kok piringnya cuma satu? Gus gak mau makan?" heran Fiza menatap Gus Afkar hanya membawa satu piring diisi oleh nasi dengan porsi standar, lengkap dengan sate dan bumbunya yang diinginkan Fiza.
"Makan sepiring berdua itu romantis, Fi." Fiza memutar mata jengah. Suaminya ini ada-ada saja tingkahnya yang membuat geleng-geleng kepala.
Gus Afkar menarik kursi untuk Fiza dan dirinya untuk duduk. Keduanya pun mulai menikmati hidangan dengan Gus Afkar yang menyuapi Fiza. Pemuda itu tak ingin pakaian istrinya yang cantik terkena noda makanan jika dia makan sendiri.
Tiba ditengah acara makan, Fiza memegangi dadanya, tersedak cabe dikerongkongan.
Uhuk
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEORANG GUS [END]
General FictionDemi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza, tapi Fiza begitu baik dan sabar menghadapinya. Berbagai cara Gus Afkar lakukan agar Fiza mau menyera...