CSG 22- Posesif

18.3K 1.5K 204
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Silakan follow @_Aishfaaa jika kalian menyukai cerita-ceritaku, hehe.

Yang suka nanya info up, biasanya aku update di IG _aishfaaa. Kenalan, nanya-nanya, curhat? Mampir gih pasti aku tanggapi karena aku sering aktif di sana.

-Happy reading-

* * *

Tubuh Fiza terduduk lemas. Dengan napas tersenggal, perempuan itu mengusap peluh yang membanjiri wajahnya. Kakinya terasa pegal. Rasa haus membelenggu tenggorokannya. Matanya menatap tajam ke arah seorang pemuda yang berjalan kearahnya dengan senyuman mengejek.

"Kalah," cetusnya meremehkan.

Pemuda itu mengambil duduk di samping Fiza, di atas rerumputan hijau taman sembari menyodorkan sebuah air mineral yang baru ia beli di warung terdekat. "Minum."

Fiza menerimanya walau masih kesal karena tak tahan haus. "Makasih."

Usai menenggak separuh air dalam botol plastik itu, ia memberikannya lagi pada Gus Afkar. "Kamu nggak minum?"

Gus Afkar menerimanya, menandaskan sampai habis tak tersisa.

"Gus, curang!"

"Kok curang?"

"Mana ada laki-laki lawan perempuan. Gak fair namanya!"

Gus Afkar menghela napas jengah. "Bukannya njenengan nggeh, Ustadzah yang ngajak lomba lari? Sebagai laki-laki yang sangat menjunjung tinggi harga diri, saya tidak mau dianggap pengecut hanya karena menolak tantangan apalagi dari istri saya sendiri."

"Ya harusnya gus mengalah."

"Menang lewat jalur pengorbanan orang lain itu tidak menyenangkan. Kamu harus belajar memenangkan dirimu sendiri. Istri saya ini hebat, saya yakin nanti kamu pasti bisa mengalahkan saya."

Fiza menatap Gus Afkar intens. Perkataannya terkadang membuat Fiza sadar akan sesuatu hal bermakna.

"Yaudah suatu saat nanti, aku pasti bisa ngalahin gus."

"Kapan itu?"

"Pas gus gendut. Orang gendut kan kalau lari lekas capek."

Gus Afkar tertawa seraya mengacak kepala Fiza yang tertutup kerudung, gemas.

"Udah mau pukul tujuh, pulang yuk," ajak Fiza melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Ia harus pergi kebutik.

Terhitung sudah menghabiskan waktu sejam lebih sejak selesai subuh tadi, mereka melakukan jogging berdua disekitar lingkungan pesantren sampai akhirnya Fiza menantang Gus Afkar untuk lomba lari walaupun ia sebagai penantang yang kalah.

"Yuk." Gus Afkar mengulurkan tangannya.

Fiza bangkit dari duduknya menyambut uluran tangan itu. Saat tengah mengibas-ibas gamis bagian belakangnya yang kotor dan sedikit basah karena bekas air embun, tiba-tiba tubuhnya melayang di udara.

CINTA SEORANG GUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang