3. Moonlight

1.4K 212 5
                                    

Bab 3 : Moonlight

Bab 3 : Moonlight

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°°°°°°°

"Doyoung kok belum balik ya?" tanya Jungwoo kepada Jaehyun yang asyik latihan tinju bareng Johnny.

"Dia udah gede kali. Ga usah dikhawatirin." Sahut Jaehyun menenangkan sahabatnya yang mempunyai hati paling lembut dalam circle mereka.

"Tapi anginnya gede banget Jae. Kalau kek gini biasanya pertanda buruk." kata Jungwoo mondar-mandir sendiri.

"Buruk gimana sih? Mending lo bantuin gue siapin bumbu deh."

Taeyong dan Taeil tampak sibuk di dapur menyiapkan bumbu sambil menunggu ikan yang akan dibawa Doyoung.

"John, anterin gue nyusul Doyoung."

"Jungwoo, please lah. Lo ubah kebiasan yang ga jelas kek gitu. Bentar lagi Doyoung pasti dateng kok." kata Johnny kesal.

Jungwoo hanya bisa mendengus kesal melihat teman-temannya yang sibuk sendiri.

Semoga aja Doyoung ga kenapa-napa, pikir Jungwoo yang masih mondar-mandir di depan jendela.




🍒

"Hei. Lo gapapa?" sapa Doyoung dari arah belakang dan membuat Fiona menoleh ke arahnya.

Fiona langsung berdiri dan menoleh ke arah Doyoung, di bawah cahaya bulan Fiona bisa melihat lelaki berambut hitam tersenyum ke arahnya.

Angin menerpa rambut Doyoung, dan membuatnya terlihat menjadi semakin tampan. Pria itu juga tersenyum penuh kehangatan.

Ia terlihat sangat berbeda dengan pria berambut biru yang jahat, menurut Fiona.

Tapi bukan ketampanannya yang membuat Fiona lari ke arah Doyoung, melainkan ia sangat bersyukur karena Tuhan mendengar doanya dan mengirimkan seseorang kehadapan Fiona.

Kali ini, semoga saja nyawanya bisa tertolong.

"Tolong gue. Gue harus ke Maldives sekarang." isak Fiona bersimpuh di hadapan Doyoung.

Doyoung membeku saat melihat gadis itu menatapnya dengan sendu.

Cantiknya, pikir Doyoung.

Baru kali ini Doyoung melihat wanita secantik ini. Bahkan rembulan kalah dengan kecantikannya.

Angin menerpa rambut mereka berdua, dan kini hanya terdengar suara deburan ombak serta isak tangis Fiona yang menanti jawaban Doyoung.

"Maldives?" tanya Doyoung perlahan.

"Iya. Gue harusnya kesana, tapi gatau kenapa gue malah terdampar disini. Gue gatau ini dimana. Please tolongin gue." kata Fiona memegang kaki Doyoung.

"Eh-

Doyoung memundurkan kakinya, canggung.

"Gue gamau mati disini." tangis Fiona semakin menjadi-jadi.

"Tenang. Lo ga akan mati disini." sahut Doyoung sambil membantu gadis itu berdiri.

"Tapi gue -

"Nama lo siapa?"

"Fiona."

"Oke Fiona, gue Doyoung. gue minta maaf harus bilang ini ke lo. Kalau-

Fiona mengernyit was-was mendengar ucapan Doyoung.

Doyoung menarik nafas panjang.

"Gue gabisa anter lo ke Maldives. Karena gue gatau tempat itu dimana. Banyak orang yang pernah terdampar disini, dan tujuan awal mereka emang Maldives. Tapi gue ga bisa berbuat apa -apa."

"Kenapa? Terus ini dimana?"

"Ini pulau tanpa nama, tanpa identitas, dan yang pasti tidak dikenal orang-orang di luar sana. Karena bertahun-tahun gue disini, belum pernah ada orang yang sengaja untuk datang kesini."

"Yang datang hanyalah orang-orang terdampar, dengan tujuan utama mereka adalah Maldives."

"Lo punya ponsel?" tanya Fiona lagi.

Doyoung menggeleng.

"Tidak ada benda bernama ponsel di tempat ini."

Fiona kaget mendengar jawaban Doyoung.

Jadi, dia harus terjebak di pulau ini selamanya?

THE ISLAND •NCT•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang