28. Sesuatu yang Hilang

544 85 0
                                    

Bab 28 : Sesuatu yang Hilang

Bab 28 : Sesuatu yang Hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















°°°°°°°°°°

Jeno menyambut Fiona dengan pelukan hangat saat pacarnya itu keluar dari kelas.







Wajah kusut nan kesal terlihat jelas dan hal itu membuat Jeno ingin menghiburnya.

"Fio, capek banget ya?" kata Jeno memeluk Fiona dan menepuk-nepuk kepala gadis itu dengan penuh kasih sayang.

"Capek, tadi dimarahin dosen." sahut Fiona lemah dan pasrah di pelukan Jeno.

"Coba sini liat dulu."









Jeno melepas pelukannya dan memegang kedua bahu Fiona, kemudian menatap pacarnya dengan lembut.

Dada Fiona berdesir.

Ada perasaan aneh yang tengah mengalir di dalam hatinya. Seperti, ia pernah melakukan hal ini- dengan orang lain.

Buru-buru Fiona mengalihkan pandangannnya dan menunjuk Chenle yang keluar dari kelas.

"Liat deh, mukanya Chenle lebih kusut." kata Fiona.









"Enak aja! Gue duluan ya." sahut Chenle yang malas meladeni.

"Yuk kita pulang." kata Jeno kemudian sambil menarik tangan Fiona ke parkiran.

Tetapi Fiona malah naik ke punggung Jeno, entah karena apa.

"Loh, kok tumben?" tanya Jeno yang terkejut dengan kelakuan Fiona yang tiba-tiba.

"Eh-

"Gapapa, Jeno suka kok gendong Fiona." kata Jeno sambil tersenyum.

"Fiona mau turun aja Jeno."

Fiona melompat turun dari punggung Jeno.

Lagi-lagi ia merasa punya kebiasaan lain yang sering ia lakukan entah dimana dan bersama siapa.

Jeno menatap pacarnya yang terlihat linglung berjalan ke arah gerbang kampus, padahal biasanya mereka berdua akan ke parkiran untuk mengambil mobil milik Jeno.

Ada yang salah dengan Fiona semenjak gadis itu menghilang selama beberapa hari.

Fiona tampak seperti orang yang telah mengalami banyak hal dan mengalami shock berat.

Tetapi Jeno tidak tau apa penyebabnya. Karena gadis itu juga kelihatan tidak tertarik untuk pulang bersamanya.

"Fiona, tunggu!" teriak Jeno berlari mengejar pacarnya itu.

Tetapi Fiona tidak menoleh dan terus berjalan keluar kampus.

Jeno meraih lengan kanan Fiona.

"Kamu mau pulang sendirian?" tanya Jeno yang kini telah berdiri menghadang Fiona.

Fiona menatap Jeno dengan tatapan kosong.

"Eh- sama kamu lah." sahutnya linglung.

"Aku belum ngambil mobil di parkiran,  sayang." kata Jeno lembut sambil membenarkan rambut gadisnya yang berantakan karena angin.

"Kamu kenapa sih Fio? Cerita dong sama aku kalau ada masalah. Kamu kok jadi linglung gini sih?"

Jeno khawatir dengan pacarnya itu.

"Gapapa Jeno. Yaudah kamu ambil mobil dulu sana. Aku tunggu di depan." sahut Fiona yang kemudian berjalan melewati Jeno.

Jeno hanya bisa menghela nafas dan berlari menuju parkiran untuk mengambil mobilnya.

Sedangkan Fiona, masih berjalan linglung jalanan depan kampus sambil menunggu datangnya Jeno.

Saat ini, ia merasa sangat kesepian. Merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari diri Fiona.

Fiona membuka tasnya, mencari surat cinta pertama Jeno, serta kalung dengan liontin safir biru yang merupakan peninggalan orang tuanya.

Ternyata ada.

Tidak satupun dari benda-benda berharga itu hilang.

Lalu, apa yang salah dengan dirinya?


THE ISLAND •NCT•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang