4 - Dear, Mas Sepupu!

4.7K 228 134
                                    

Happy Reading

🌼🌼🌼

"Assalamu'alaikum, Bunda!"

Bintang masuk ke halaman rumah setelah gerbang besi hitam yang tidak terlalu tinggi itu dibuka oleh Ghaza. Setelan olahraga berupa jaket berwarna abu-abu dengan sleting depan, lengkap dengan kupluk hoodie dan celana panjang abu-abu yang longgar dipakai di kakinya. Bintang baru sampai di rumah dirumah, beruntungnya pakaiannya madih terlihat rapi dan tidak terlalu berkeringat seperti Ghaza.

"Nggak usah teriak-teriak dong, Bi!"

Ghaza duduk di bangku kayu di taman halaman depan, kemudian diikuti Bintang. Dia menoleh ke Bintang yang baru saja duduk. "Bi, panas banget nih. Buatin sirup rasa leci terus kasih es batu yang banyak dong," pinta Ghaza seraya tersenyum.

Bintang memanyunkan bibirnya dan menggelengkan kepalanya. "Nggak boleh sehabis olahraga minum es," larangnya.

"Kamu gak liat Mas mu ini kepanasan? Seger banget Bi kalau minum es." Ghaza merentangkan tangannya, keringatnya bercucuran di baju hingga keningnya.

"Nggak boleh, Mas Ghaza," ujar Bintang, "Ngomong-ngomong, Bunda ke mana ya? Tadi gak jawab salam aku," lanjutnya.

Menengok ke belakang tepat di pintu rumah yang  masih tertutup rapat. Lalu, Bintang menatap ke Ghaza yang sedang memijit-mijit kakinya.

"Bunda ikut sama Ayah, Bi," ucap Ghaza tanpa menoleh pada Bintang.

Bintang mengangguk-anggukkan kepalanya. Tak lama, ia melirik arloji di pergelangan tangannya. Matanya terbelalak disaat melihat jam yang sudah menunjukkan pukul delapan siang.

Badannya langsung berdiri tegak hingga membuat Ghaza terkaget. "Bi lupa, Mas! Jam 9 harus ke kampus buat bimbingan!" ucap Bintang, kepalanya menunduk ke bawah memandang Ghaza.

"Eittss, mau ke mana?" Tangan Bintang ditarik Ghaza saat Bintang hendak berbalik badan.

"Mau mandi."

"Nggak boleh mandi sehabis olahraga," ujar Ghaza, tangannya belum terlepas dari tangan Bintang.

Bintang meringis. "Gapapa, lagian Bi kan gak terlalu berkeringat kaya Mas Ghaza," balas Bintang seraya melepas pelan pegangan tangan Ghaza dan masuk ke dalam rumah setelah mengambil kunci di bawah pot. Seperti biasanya jika bunda nya pergi kunci rumah selalu ditinggal di sana.

Selepas Bintang pergi, Ghaza langsung berdiri dan berjalan ke luar halaman rumah. Seharusnya, Ghaza saat ini sudah berada di kantornya. Sifat malas juga sebenarnya tidak ada di dalam diri Ghaza. Tapi, ia terlalu lelah setelah beberapa hari terakhir selalu lembur.

.........

Tidak sia-sia Bintang sering datang ke kampus untuk bimbingan, menghabiskannya waktu di perpustakaan kampus, turun ke lapangan untuk wawancara atau menyebar kuesioner, hingga sering begadang meski tidak larut malam untuk menyelesaikan skripsi. Semua itu tidak sia-sia karena sekarang, baru saja, skripsi Bintang dinyatakan siap untuk diujikan.

"Alhamdulillah ya Allah," ucap Bintang bersyukur seraya mengusap telapak tangannya ke wajahnya.

Bintang menatap perempuan di hadapannya dengan raut wajah gembira. Senyumnya terbit hingga matanya menyipit dan membentuk lipatan dibawah mata. Terlalu senang, namun skripsinya belum di posisi sempurna. Masih ada persiapan untuk ujian Meja Hijau atau sidang akhir yang nantinya menentukan dirinya mendapatkan gelar sarjana atau tidak.

Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang