3 - Dear, Mas Sepupu!

5.5K 250 101
                                    

Happy Reading

🌼🌼🌼

Sepasang kaki milik Bintang, gadis yang murah senyum itu, tengah berjalan ke arah pintu keluar gedung. Setiap berpapasan dengan orang lain, ia tersenyum ramah. Kecuali, dengan beberapa lelaki yang sudah berpasangan ataupun yang belum.

Bintang keluar dari gedung lewat pintu keluar dari samping sebelah kanan. Di sisi kiri dan kanan pintu terdapat bunga mawar putih sebagai hiasan dekorasi yang nampak indah dipandang. Selain keluar, tujuan lainnya itu untuk pergi ke toilet.

Beberapa waktu yang lalu, ia pernah datang ke sini dengan Ghaza, kakaknya. Tujuannya pun masih sama, kondangan. Bintang terkadang bosan sendiri kala sang kakak meninggalkannya sendiri ketika bertemu dengan teman-temannya. Tapi, beruntungnya, karena sifatnya yang sangat ramah dirinya bisa mudah bersosialisasi dengan orang-orang baru disana. Terutama juga dengan pasangan dari teman kakaknya yang juga kebanyakan sudah membawa anak kecil nan imut.

Seperti saat ini, Bintang keluar sendirian dari gedung, sedangkan Ghaza masih di dalam karena asyik dengan temannya. Bintang tidak tau posisi kakaknya berada disebelah mana, hanya saja dia akan menelepon kakaknya nanti saat dirinya sampai di parkiran dan menyuruh Ghaza menyusul. Dia santai-santai saja tidak berada disamping Ghaza, toh dia juga tau arah jalan pulang. Meskipun begitu, Bintang yang penyabar itu tidak akan pulang sendiri.

Keluar dari dalam bilik toilet yang dalamnya di dominasi warna putih terang, kini Bintang berdiri di depan wastafel. Letaknya menempel dengan dinding yang ditambah cermin. Bintang meletakkan tas miliknya di dekat cermin besar dengan bentuk oval itu, kemudian ia mencuci kembali tangannya.

"Bintang? Kamu disini?"

Langkah kecil Bintang terhenti tepat di pintu toilet ketika seseorang yang dikenalnya berada di hadapannya. Kebaya modern berwarna merah marun dengan gaya simple model cape melekat ditubuhnya. Ditambah rok batik hitam serta mules shoes membuat kesannya elegan walau simple. Mata Bintang memandang kagum orang itu. Benar-benar cantik, batinnya.

Bintang menjawab, "Sore, Bu Kirana. Iya, saya di sini lagi nemenin Kakak saya."

Kirana, jelas Bintang kenal dengan nama itu. Dosen pembimbingnya yang cantik dan baik itu. Kedua kalinya indra penglihat milik Bintang menangkap sosok dosennya itu, ada niatan di lubuk hatinya paling dalam untuk mempertemukan Kirana dengan kakaknya.

"Gimana? Sudah selesai revisinya? Tinggal bab terakhir loh, Bi. Pendaftaran sidang juga sebulan lagi." Kirana menarik Bintang agar menjauh dari pintu toilet. Seratus lima puluh meter dari pintu toilet kini tempat mereka berdiri.

Bintang mengulas senyum. "Hampir Bu, sedikit lagi," balas Bintang seraya menunjukkan 'sedikit' dengan jari-jari miliknya.

"Ouh begitu, pokoknya kamu yang semangat ya!"
Sudah terbiasa telinganya mendengar tuturan kalimat itu dari dosennya. Ia tidak tau apakah dosen-dosen pembimbingnya yang lain sama dengan dosen cantik dan masih muda yang ada di hadapannya ini.

"Terima kasih, Bu. Saya udah pengen banget lulus tahun ini, biar saya bisa ngunjungin nenek saya." Bintang kembali mengingat janjinya empat tahun silam. Dia sangat-sangat bersyukur bisa sampai sekarang, diberi kelancaran dalam segalanya oleh Tuhan.

Entah itu tatapan kagum atau iba, Kirana menatap Bintang yang matanya mulai berkaca-kaca. Tangannya terulur mengusap pundak Bintang. "Nenek kamu pasti bangga sama kamu," katanya seraya tersenyum.

Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang