Happy Reading
🌼🌼🌼
Tatapan mata takjub Bintang saat mobil yang ditumpanginya telah mendekati jalanan rumah Indra. Rumah yang Eyang Uti nya dulu tinggali sebelum pindah mengikuti suaminya yaitu Eyang Kakung nya.
Bintang beberapa kali mengusap pipi nya yang basah akibat air mata terharu nya. Ia benar-benar senang.
"Budhe, di rumah ada motor kan? Bintang bisa pake nggak?" tanya Bintang pada wanita di sebelahnya.
"Bintang mau ke mana? Mau pake mobil Mba boleh kok."
Bintang tersenyum, "Makasih Mba Resti, Bi cuma mau ke makam Eyang. Gapapa kalau pake motor."
Resti yang tengah menyetir itu hanya mengangguk. Matanya melirik Bintang lewat kaca spion tengah. Di jok belakang, ada Bintang yang duduk paling kanan, lalu Rumi, dan Abi. Indra ada di depan tepatnya di sebelah Resti, hanya Abi dan Indra yang sampai saat ini masih tertidur sejak dari Bandara.
"Kamu istirahat aja dulu, Bi. Besok pagi kita ke makam Eyang sama-sama." Rumi baru menyahut setelah sibuk sendiri membalas pesan di handphone.
"Iya, Budhe." Bintang menurut.
Saat ini hatinya bahkan jiwanya sudah tidak sabar lagi menunggu hari esok. Ia ingin pergi ke makam untuk ziarah dan ia juga ingin cepat-cepat liburan.
Di kepala nya tak ada terpikirkan perihal setelah dirinya lulus, akan kerja apa. Sama sekali tidak terpikirkan hal itu. Bintang lebih fokus pada janji nya terlebih dahulu.
Tidak beberapa lama kemudian, sebuah mobil memasuki halaman rumah dengan halaman yang asri. Setelah mesin mobil dimatikan, kelima orang di dalam mobil itu keluar.
Abi meregangkan ototnya setelah turun, kemudian ia berjalan ke bagasi mobil. Ia tak sadar kalau Bintang mengikutinya membuka bagasi, karena Bintang pun berdiri di belakang Abi mengikutinya.
Pelan-pelan Abi menurunkan satu persatu koper. Koper kecil miliknya dan kedua orangtuanya, sedangkan beberapa koper besar yang sudah dipastikan pemiliknya adalah Bintang.
"Makasih, Mas Abi," ujar Bintang setelah Abi menurunkan koper miliknya.
Abi mengangguk lalu menutup bagasi. Dia meraih koper-koper yang belum dibawa masuk oleh Bintang. Ya, hanya mereka berdua yang sukarela membawa barang-barang masuk.
"Budhe, aku pulang dulu. Nara soalnya aku tinggalin di rumah sama Zikri." Resti pamit pada Rumi.
"Ya sudah, gak apa-apa. Nanti malam main-main ke sini ya, ajak anakmu sama adikmu. Sepupunya Abi Insyaallah akan tinggal di sini."
Rumi sebenarnya tidak ingin tetangga nya yang sudah ia anggap saudara sendiri itu langsung pulang saja, tapi dirinya juga cukup lelah akibat perjalanan yang tidak terlalu jauh tadi.
"Nggeh, Budhe. Aku juga kayaknya perlu kenalan lagi sama sepupu nya Abi itu. Dia pasti lupa sama aku," balas Resti.
Rumi tersenyum. "Bisa saja kamu. Ya sudah hati-hati di jalan pulang ya. Terimakasih sudah mau mengantar kami sekeluarga pulang ke rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]
Literatura KobiecaEmpat tahun tidak bertemu, tidak membuat sifat Bintang berubah. Bintang selalu sabar menghadapi sifat Abi yang juga masih sama seperti dulu. Namun, tidak ada yang menyangka, di atas Bintang yang sabar akan Abi, ada seseorang yang juga sama sabarnya...