21 - Dear, Mas Sepupu!

1.9K 93 0
                                    

Happy Reading Guys!

🌼🌼🌼

Gerimis turun di pagi ini bertepatan dengan keluarnya Bintang dari pemakanan. Beberapa saat yang lalu ia mengunjungi makam Eyang nya dan artinya masih belum turun gerimis yang saat ini mulai deras.

Ya, hujan kini turun di mana Bintang masih berada di parkiran. Ia membawa motor sendirian. Mungkin beberapa orang akan merasa jengkel saat tiba-tiba hujan seperti ini, namun berbeda dengan Bintang.

Di keadaan nya saat ini yang berada di luar rumah, ia justru merasa senang. Hujan turun saat suasana hatinya yang entah sedang merasa apa. Bintang akui dirinya bingung sendiri dengan perasaannya sejak keluar pemakaman.

Bintang pulang dengan hujan-hujanan. Membiarkan tubuhnya terguyur air hujan yang agak deras. Beberapa kali telapak tangannya mengusap wajahnya yang basah.

Kepalanya mengayun mengikuti alunan nada yang bersenandung dari mulutnya. Tak lupa pula senyum cerah nya.

"Cah ayu, kok hujan-hujanan?" panggil seseorang di tepi jalan yang tengah meneduh pada sebuah pondok.

Bintang yang memang mengendarai motor dengan pelan, ia tentu mendengar ucapan Ibu-ibu di sana. Hingga ia menghentikan motornya dan tersenyum ke mereka.

"Iya, Bu. Lagi pengen hujan-hujanan," ucap Bintang di tengah derasnya hujan.

"Mbok  ya neduh dulu, nanti sakit," ucap Ibu satunya berbeda orang dengan yang memanggil Bintang.

Sejujurnya, percuma Bintang meneduh karena badannya sudah sepenuhnya basah. Tapi, ia memilih untuk meneduh bersama ketiga ibu-ibu di pondok yang kini menatapnya.

"Kamu ini ponakannya Bu Rumi, 'kan? Yang dari Jakarta itu?" Bintang mengangguk.

"Iya, Bu. Saya Bintang, keponakannya Budhe Rumi, sepupunya Mas Abi," jawab Bintang yang bersedekap.

"Sudah seminggu lebih Ibu sering lihat kamu ziarah ke makam, penasaran sebenarnya siapa, warga baru sini juga kayaknya bukan," ujar Ibu yang ada tepat di sebelah Bintang, "Ternyata ponakannya Bu Rumi to."

Bintang hanya menanggapi dengan senyumannya. Ketiga Ibu itu pun diam kembali meski beberapa kali saling mengobrol tanpa menyangkut pautkan Bintang di sana.

"Ibu-ibu meneduh di sini memangnya mau ke mana?" tanya Bintang dengan sopan.

"Biasa cah ayu, mau ke pasar. Tapi baru jalan beberapa langkah eh gerimis, mau balik aja eh malah deras. Ya sudah menepi di sini."

"Pasarnya memang jauh ya, Bu? Saya belum pernah ke pasar sini soalnya," ujar Bintang.

"Enggak jauh kok, makanya Ibu-Ibu di sini kalau ke pasar sukanya jalan kaki. Biar sekalian olahraga."

Bintang mengangguk-anggukkan kepalanya sembari berpikir, mungkin lain kali ia harus mengajak Resti atau Budhe nya itu ke pasar dengan jalan kaki.

----


"Yah, hampir jam tujuh!" seru Bintang panik saat baru memasuki rumah lewat pintu belakang.

Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang