Happy Reading, Guys!
🌼🌼🌼
Seperti biasa, jalanan sore yang padat membuat lelaki berparas tampan yang mengendarai mobil hitam miliknya itu mendecak. Ya, sebuah decakan kecil yang jarang keluar dari mulut karena biasanya lelaki itu hanya diam.
Abi sendirian di dalam mobil, dia hendak pulang ke rumah. Hari ini ia memang agak sedikit terlambat untuk pulang. Ayahnya meminta bantuan padanya atas sesuatu yang mendesak.
Tak terlalu parah, ramainya tak sepadat dan seramai Jakarta. Namun, saat ini Abi lagi-lagi berhenti karena lampu rambu-rambu lalu lintas yang merah. Posisi mobilnya di depan sendiri.
Anggukan-anggukan kecil di kepala Abi muncul karena ia menikmati alunan musik dari radio sore ini. Begitupun ketukan-ketukan jarinya pada sisi setir yang sealun dengan melodi lagu. Meski begitu, raut wajahnya masih tanpa ekspresi.
Entah karena apa, tangannya terulur ke laci yang ada di mobilnya, dibukanya dan menampilkan sebuah kotak kecil berwarna biru tua.
"Harusnya benda ini bukan lagi di aku, tapi ada di kamu," gumam Abi pelan sembari memegang kotak itu dengan satu tangannya.
Gelang, isinya itu gelang. Untuk siapa gelang itu akan diberikan, Abi sudah tau sendiri orangnya. Tapi dia tak mampu memberikan gelang itu hanya karena satu rasa yang masih belum iya yakin.
Ditutupnya kotak itu bersamaan dengan Abi yang kembali melajukan mobilnya. Ia menyimpan kembali kotak itu ke dalam laci. Berharap semoga semuanya tidak terlambat.
----
"Titipan Bunda mana?" tanya Rumi saat anaknya baru saja masuk ke dalam rumah.
Abi mengernyitkan dahinya, tak tau apa maksud wanita dihadapannya itu. "Titipan apa?" tanyanya balik.
"Sate ayam, Abi. Bunda 'kan tadi telepon kamu suruh beliin itu." Rumi melipat tangannya di depan dada.
Abi lupa. Ya, dia lupa.
"Ya nanti Abi beli. Tak mandi dulu, Bun." Abi melanjutkan langkahnya ke dalam kamar.
Ia melewati Rumi yang tengah menghela napas itu. Kini, Ibu satu anak itu kembali duduk di ruang keluarga di mana di sana ada Bintang yang tengah memainkan ponselnya.
Saat ini jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam, waktu maghrib sudah lewat. Keluarga Hartosiswoyo belum menikmati makan malam mereka, masih disibukkan dengan kegiatan masing-masing.
Bintang duduk di kursi dengan jari-jarinya yang tengah mengetik di keyboard handphone nya. Ia belum mengakhiri kegiatannya itu sejak beberapa menit yang lalu.
"Abi mau keluar, kamu ikut sana, Bi! Katanya sekalian mau beli keperluan kamu." Rumi menepuk pelan paha Bintang di sebelahnya.
"Oh iya, Budhe. Aku ganti baju sebentar," balas Bintang, ia hendak berdiri tapi Rumi menahan nya.
"Abi masih mandi kok, Bi. Nanti aja, duduk dulu sama Budhe. Dari tadi kamu sibuk balas pesan siapa?"
Bintang tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, melirik sekilas layar handphone nya. "Temen, Budhe. Yang waktu itu ikut liburan sama aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]
ChickLitEmpat tahun tidak bertemu, tidak membuat sifat Bintang berubah. Bintang selalu sabar menghadapi sifat Abi yang juga masih sama seperti dulu. Namun, tidak ada yang menyangka, di atas Bintang yang sabar akan Abi, ada seseorang yang juga sama sabarnya...