Happy Reading
°°°
"Aku takut keputusanku salah, Mas."
Hembusan napas panjang terdengar kala kalimat itu selesai. Bersamaan dengan perempuan berhijab hitam itu duduk. Sejak tadi ia tengah mengobrol lewat telepon dengan seseorang.
"Dengerin, Mas, ya. Kamu ikutin perasaan kamu sendiri, jangan pikirin yang lain dulu. Kasih tau keputusan kamu dulu, soal nantinya gimana, gak usah kamu pikirin dulu."
"Gak bisa begitu, Mas Ghaza," elak Bintang.
"Bisa. Mas tau itu sulit, tapi kamu coba dulu."
Rasanya Bintang ingin kembali menangis. Ya, kembali menangis. Beberapa hari ini ia seringkali menangis. Banyak hal yang ia pikirkan, lalu membuatnya bingung dan menangis sendiri.
Ghaza hanya sudah tau keputusannya kalau tidak bisa menerima Danu. Yang artinya Ghaza tak tau kalau pikiran Bintang tak hanya itu. Tapi soal Abi juga.
"Jadi, aku bener-bener harus bilang?" ucap Bintang.
"Iya, kamu harus bilang. Katanya mau ketemuan 'kan sama Danu?" balas Ghaza di sana.
"Hu'um. Tapi, abis aku bilang ke Mas Danu, Mas Ghaza pulang dong. Aku capek ngurus kerjaan Mas mulu."
Ghaza terkekeh di sana.
"Kenapa, sayang?"
"Hah? Oh ini Bintang lagi komplain."
"Komplain apa sih?"
"Itu, gara-gara kita gak pulang-pulang."
"Bu Kiranaa, bilangin suaminya ya, suruh pulang! Kerjaan nya banyak," ujar Bintang.
Meski Kirana sudah menjadi kakak iparnya, ia tetap saja memanggil Kirana dengan sebutan 'Ibu'. Seolah masih sebagai dosennya dulu.
-----
Sekarang jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Bintang sudah siap sedari tadi, ia hanya perlu pergi. Tapi obrolan nya lewat telepon dengan sang kakak, membuatnya menunda perginya. Hingga sekarang sudah mulai siang.
Bintang pergi sendirian dengan membawa mobilnya. Tujuannya pergi yaitu ke taman kota. Sabtu pagi seperti ini banyak orang pergi ke taman. Terutama dirinya sendiri.
Dua puluh menit perjalanan, Bintang kini sampai di taman. Ia kini berjalan dari parkiran menuju taman karena memang mobilnya terparkir agak jauh dari area taman.
Ia banyak berpapasan dengan orang. Senyumnya sehangat mentari pagi, menyapa orang-orang itu. Tanpa tau dibalik senyum itu, ada hati, perasaan yang sedang tak karuan.
Baginya tak sulit merangkai kata, tapi yang sulit baginya itu mengungkapkan. Ia sudah tau dan yakin apa yang akan diucapkan, tapi cara mengungkapkan nya itu ia tak tau bagaimana.
Saat ini, seratus meter darinya berdiri, ada seorang anak lelaki yang tengah melambai-lambaikan tangannya. Bintang tersenyum, lalu menangkap sosok seorang lelaki yang tengah berhadapan dengan stroller bayi.
Terlihat anak lelaki itu ingin berlari ke arahnya, tetapi Bintang menggeleng-gelengkan kepalanya lebih dulu sehingga anak itu tak berlari. Ini yang membuatnya sulit mengungkapkan.
Sampai di depan anak lelaki dan sosok lelaki yang memang tujuannya datang ke taman ini. Ia tersenyum dan menguatkan hatinya sendiri.
"Aduh-aduh, Cia sayang. Lagi berjemur ya," ucapnya pada bayi di stroller.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]
ChickLitEmpat tahun tidak bertemu, tidak membuat sifat Bintang berubah. Bintang selalu sabar menghadapi sifat Abi yang juga masih sama seperti dulu. Namun, tidak ada yang menyangka, di atas Bintang yang sabar akan Abi, ada seseorang yang juga sama sabarnya...