Happy Reading!
°°°
Tepat pukul sepuluh pagi ini, Bintang dan Abi tiba di Jakarta. Dan kini sudah berada di rumah. Suasana Bandara yang bisa dibilang sangat ramai mengingat saat ini adalah awal tahun. Membuat Bintang benar-benar lelah karena banyak berdesakan dengan orang banyak.
Tentunya Abi melindunginya. Lelaki itu selalu disampingnya, bahkan merangkul pundak istrinya itu agar tak jauh darinya. Terkadang orang tak begitu memperhatikan sekitarnya dan berjalan sesuka mereka.
Abi juga tau kondisi Bintang memang sudah sangat lelah sejak masih di Lombok, tempat mereka berdua honeymoon. Hari terakhir mereka di sana, dihabiskan dengan di kamar saja. Bintang sempat demam saat itu, tapi untungnya demam itu langsung turun setelah Abi mengompres dahi Bintang.
Saat ini, Bintang tengah berbaring di atas kasur. Namun, tiba-tiba Abi membuka pintu kamar Bintang. Telinganya tadi mendengar suara orang muntah-muntah. Ia kira Bintang, tapi istrinya itu sedang berbaring di kasur. Hanya berbaring, bukan tidur.
"Mas? Kenapa?" tanya Bintang pelan.
Abi mendekat pada Bintang, "Udah baikan belum?" tanyanya.
"Belum. Sekarang perut aku yang gak enak, Mas."
"Tadi, kamu yang muntah-muntah?" tanya Abi lagi.
Bintang diam sejenak. Memang perutnya tak enak, tapi sejak tadi ia berbaring di kasur. Tak beranjak dari sana. "Bukan, aku nggak muntah kok. Dari tadi juga tiduran aja, Mas."
"Ya udah, kamu istirahat lagi ya. Atau kamu mau sesuatu? Biar aku cariin," ujar Abi.
Bintang tersenyum. Sejak menikah dengan Abi, ah, sejak di Lombok, lelaki itu banyak berubah. Bintang merasa tak perlu bersabar-sabar lagi karena cueknya Abi. Karena baginya lelaki itu tak lagi cuek padanya.
"Aku gak pengin apa-apa," jawab Bintang.
"Kalau ada apa-apa panggil aja ya, Bi. Aku di ruang keluarga. Semua lagi pada pergi soalnya."
Meski Abi mengatakan semuanya pergi, namun bukan hanya mereka berdua di rumah ini. Ada Ghaza beserta istrinya. Bahkan tadi Abi tengah menonton televisi bersama dengan Ghaza. Tetapi lelaki itu pergi keluar tanpa bilang tujuannya. Hanya satu kalimat yang ditujukan untuknya dan di kalimat itu Ghaza menyuruhnya menjaga rumah.
"Yaudah keluar aja, Mas. Aku gapapa." Bintang menatap Abi dengan senyumnya.
Abi mengangguk. Ia mengusap pucuk kepala Bintang dan mengecup kening istrinya itu, lalu pergi keluar dari kamar.
Baru saja menutup pintu kembali, Ghaza nampak berlari panik sambil menenteng sesuatu ke kamarnya. Abi menatap heran dari tempatnya. Saat Ghaza hendak membuka pintu, ia melayangkan pertanyaan.
"Ada apa, Mas Ghaza?" tanyanya.
"Duh, Abi. Kamu nanyanya nanti aja ya," balas Ghaza.
Abi menganggguk paham. Kemudian meninggalkan tempatnya berdiri itu setelah Ghaza masuk ke kamarnya. Langkah kakinya melangkah menuju ruang tamu kembali. Televisi di sana masih menyala karena tadi ia tinggal begitu saja saat mendengar suara orang muntah-muntah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]
ChickLitEmpat tahun tidak bertemu, tidak membuat sifat Bintang berubah. Bintang selalu sabar menghadapi sifat Abi yang juga masih sama seperti dulu. Namun, tidak ada yang menyangka, di atas Bintang yang sabar akan Abi, ada seseorang yang juga sama sabarnya...