Happy Reading
--
Alna menyeret kopernya keluar dari lobi hotel tempat ia menginap selama dua malam. Siang ini, ia akan berusaha mencari tempat tinggal sendiri untuknya. Tentu gadis itu tak mau merepotkan Abi terlalu banyak.
Semuanya terasa sulit, namun Alna jalani dengan suka hati. Bukan melarikan diri atau kabur dari rumah, Alna justru di usir. Oh, sungguh malang nasib gadis itu.
Menarik napas panjang, lalu tersenyum yakin. Alna memegang erat gagang kopernya, mulai melangkah lagi. Sampai ia berhenti di tepi jalan menunggu angkutan umum lewat.
Alna memberhentikan angkutan umum yang hendak melewatinya. Setelah berhenti, ia menaiki angkutan umum itu. Tak sendirian, ada tiga orang dewasa juga di dalam di sana yang tidak ia kenal.
"Mau ke mana, nak?" tanya seorang wanita paruh baya yang duduk di sebelah Alna.
Sambil tersenyum, Alna menjawab, "Saya mau cari kontrakan, Bu."
Ibu itu mengangguk. "Oh, anak perantauan ya? Datang dari mana?"
"Bukan, Ibu. Saya asli orang sini, cuma memang lagi pengen mandiri aja, Bu."
Bohong. Mandiri? Memang dia ingin hidup mandiri sekarang karena keluarganya tak menganggap lagi dirinya ada. Tak salah jika dirinya memang ingin seperti itu.
Diusir dari rumah juga bukan sepenuhnya salahnya. Alna ingin melakukan apa yang dia mau, apa yang dia impikan. Namun sayangnya, keluarga nya sendiri tak mendukung semua itu. Dan ia semakin dipersulit karena kemauan kedua orangtua nya sendiri yang menentang keras impian Alna.
Kini yang Alna inginkan yaitu memperbaiki hidupnya. Berharap bisa menggapai impian nya meski tanpa dukungan orangtua atau keluarganya sendiri.
"Maaf, Ibu, saya mau tanya sesuatu," ujar Alna.
"Tanya saja, nak. Insyaallah Ibu jawab dan Ibu bantu kalau Ibu bisa," balas Ibu itu yang mungkin kini paham kalau gadis dihadapannya dalam kesulitan.
"Ibu tau kontrakan yang deket sama Hysara Publisher?" tanya Alna.
"Oh yang tempat penerbitan buku itu ya?" ujar Ibu itu.
Alna mengangguk.
"Sebenarnya kontrakan di deket sana bisa dibilang gak ada, malah adanya perumahan. Tapi kalau kontrakan deket rumah Ibu sih ada, nak."
Sorot mata Alna yang awalnya sedih mendengar kalimat pertama Ibu itu, seketika berbinar kala mendengar lanjutan kalimat itu.
"Gapapa deh, Bu. Yang penting saya ada tempat tinggal."
"Ya sudah berarti kamu turun sama Ibu ya. Rumah Ibu deket kok, gak jauh dari sini."
"Terimakasih banyak ya, Bu."
"Iya, nak. Sama-sama."
Alna tersenyum, harus berterimakasih banyak-banyak pada Ibu-Ibu yang baru dikenalnya itu. Hatinya lega sekarang dan ia berharap semoga ke depan nya selalu berakhir baik seperti tadi. Ia berharap Tuhan melancarkan segala urusan nya.
----
"Mas Ghaza mau ke mana?"
"Mau ketemu WO, Bi."
"Ikut boleh?"
Suara mesin mobil yang sedang dipanasi bersatu dengan obrolan kakak beradik itu. Ghaza jelas sedang memanasi mesin mobilnya, sedangkan Bintang duduk saja di bangku taman sambil menyemil donat kacang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]
ChickLitEmpat tahun tidak bertemu, tidak membuat sifat Bintang berubah. Bintang selalu sabar menghadapi sifat Abi yang juga masih sama seperti dulu. Namun, tidak ada yang menyangka, di atas Bintang yang sabar akan Abi, ada seseorang yang juga sama sabarnya...