Happy Reading
🌼🌼🌼
Dua orang perempuan dengan pakaian sederhananya, masuk ke dalam bandara dengan tergesa-gesa. Satu dari mereka sibuk menelepon dan satunya lagi mengarahkan pandangannya ke sekitaraan bandara.
Syeira masih berusaha menelepon handphone Bintang yang tidak aktif sejak 10 menit yang lalu. Ketakutannya saat ini hanya, kalau Bintang sudah terbang menuju Yogyakarta.
"Ish, ini kalau dia udah berangkat, masa gak pamit sama kita sih," sebal Syeira, lalu menatap Ghea dari samping, "Kamu juga sih! Semalem pulang malem ya, makanya aku datang ke rumah kamu masih tidur. Awas aja aku aduin Bintang."
"Berisik, ra." Ghea mempercepat jalan nya hingga mendahului Syeira yang mengerucutkan bibir.
Syeira menyusul langkah Ghea. Beruntungnya suasana Bandara saat pagi tidak terlalu ramai. Meski tetap saja ada orang yang bepergian pagi-pagi begini.
"Jadwal penerbangan nya jam berapa sih, Ghe. Jangan-jangan pesawat Bintang udah take off." Syeira menatap Ghea seraya berbicara.
Ghea hanya menggeleng. Kemudian berhenti di tempat duduk yang kosong di dekatnya. Ia lelah, belum juga sarapan, bahkan baru dibangunkan oleh Syeira beberapa waktu lalu.
"Mas Ghaza bisa di telepon?" tanya Ghea melirik Syeira yang baru duduk.
Syeira menegakkan tubuhnya, "Nah, itu! Belum. Bentar aku coba dulu."
Ia langsung membuka handphone miliknya dan menelepon Ghaza, kakak laki-laki Bintang. Syeira hanya bisa pasrah kalau telepon nya juga sama sekali tidak tersambung dengan Ghaza. Tapi, itu semua tidak Syeira lakukan. Panggilan telepon Syeira kini sudah tersambung dengan Ghaza.
"Halo, Assalamu'alaikum, Mas Ghaza!"
Ghaza menjawab salam Syeira, "Wa'alaikumussalam, ra. Ada apa?"
"Bintang kenapa gak bisa di telepon ya? Mas Ghaza posisi sekarang di mana? Sama Bintang nggak?" tanya Syeira sembari melirik Ghea.
"Sekarang udah di jalan pulang. Bintang cuma mau di antar sampai tempat parkir aja. Mungkin dia udah check in. Kalau gak bisa di telepon, Mas Ghaza nggak tau, ra," balas Ghaza yang kini tengah menyetir mobil.
Syeira mengangguk-anggukkan kepalanya, mulutnya terbuka membentuk huruf "O". "Ya udah deh, kirain masih sama Mas Ghaza."
Setelah menutup telepon Ghaza, Syeira menatap Ghea yang duduk sambil meluruskan kaki. Pandangannya melemas bersamaan dengan kepalanya yang menggeleng pelan.
Ghea cukup paham dengan raut wajah Syeira. "Yaudah, ayo sarapan!" serunya seraya berdiri.
"Okelah, palingan nanti Bintang telepon balik kayak biasanya," ujar Syeira.
---
Waiting room menjadi tempat singgah sebentar Bintang, Abi, dan kedua orangtua Abi. Keempatnya duduk bersama di kursi panjang yang ada di ruang tunggu ini. Bintang duduk di paling ujung, sebelahnya ada Rumi, lalu Abi dan Indra.
Tatapan mata Bintang sedari tadi tak beralih dari langit pagi yang sudah tidak terlalu gelap. Sesekali tersenyum mengingat dirinya yang akan segera sampai di Yogyakarta, tapi sesekali pula sedih karena meninggalkan orangtua nya di sini, juga kedua sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]
Chick-LitEmpat tahun tidak bertemu, tidak membuat sifat Bintang berubah. Bintang selalu sabar menghadapi sifat Abi yang juga masih sama seperti dulu. Namun, tidak ada yang menyangka, di atas Bintang yang sabar akan Abi, ada seseorang yang juga sama sabarnya...