8 - Dear, Mas Sepupu!

3.7K 184 84
                                    

Happy Reading

🌼🌼🌼

"Assalamu'alaikum!"

Salam hangat membuat obrolan perihal mengenang masa dulu itu terhenti. Pandangan ketiga orang dewasa di sana tertuju pada sosok tinggi dengan pakaian kantor lengkap. Hanya saja jas hitam yang seharusnya dipakai di tubuh saat ini tidak terpakai.

Ghaza meletakkan jas nya itu pada sofa, kemudian duduk. "Kok nggak dijawab salam nya?" ujarnya bertanya. Dan kini ketiga orang di depan Ghaza kompak menbalas salam Ghaza.

"Tadi, Ghaza denger dari depan, lagi bicarain Eyang ya?" tanya Ghaza sembari menggulung lengan kemeja putih bergaris-garis itu sampai lengan.

Saat menatap Indra dan Rumi, Ghaza tersenyum. Dia merasa lega kala melihat mereka berdua sudah berada dirumahnya.

"Iya, Eyang. Kita lagi bahas kapan bisa ziarah ke makam Eyang Kakung mu." Indra berucap seraya menatap Ghaza.

Rumi mengangguk setuju. "Sama ini, perihal Bintang yang mirip persis sama Eyang Uti mu."

Ghaza memiringkan kepala nya ketika mendengar tentang Eyang Kakung nya. Benar juga, sudah beberapa tahun tidak ziarah. Pikirnya.

"Bintang bukan nya mau ke Yogyakarta ya? Dia aja ke sana mau ziarah ke makam Eyang. Gimana kita bisa ke Singapura?" tanya Ghaza.

"Nanti kita bahas lagi ya, ayo sekarang makan malam saja. Bintang sama Abi sudah keluar," sahut Ali mengalihkan topik.

Rumi dan Indra mengangguk, kemudian berdiri mengikuti Ali yang sudah berjalan dahulu ke meja makan. Mereka meninggalkan Ghaza yang terdiam di tempatnya duduk.

Diam nya bukan tanpa alasan. Ghaza sedang berpikir. Mempertimbangkan sesuatu itu susah, tapi ia harus memilih yang terbaik. Ghaza mengusap wajahnya dan menyugar rambut hitam miliknya. Tak lama, ia berdiri dan bergabung di meja makan.

"Ih, Mas Ghaza gak mandi dulu aja? Masa makan bau begitu!" Bintang mengalihkan badan nya saat Ghaza duduk di kursi sebelahnya.

"Sudah gak apa, Bi. Jarang-jarang loh kita makan sama-sama. Ini keluarga besar Eyang Praja loh," ucap Indra menanggapi.

Berkumpul bersama hingga mengabadikan momen memang terlihat jarang. Namun, keluarga besar mereka tetap menjaga tali silaturrahmi dengan baik.

Bintang tersenyum dan mengangguk sopan. Sedangkan Ghaza hanya melirik pada Bintang dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Rasanya heran pada adik satu-satu nya itu.

Makan malam dengan menu sederhana dan rumahan itu melengkapi keharmonisan keluarga itu. Memiliki segalanya tidak membuat mereka bersikap dan hidup dalam kemewahan. Cukup dengan kata sederhana. Mereka lebih nyaman dengan hidup sederhana.

Tak ada perbincangan lain selain menawarkan lagi lauk atau sayur satu sama lain. Terutama Bintang yang melihat piring di hadapan Abi yang terisi sedikit nasi. Tentunya dia dengan baiknya menawarkan nasi lagi. Perbedaan porsi makan Bintang dengan Abi sangat berbeda.

----

Malam terang dengan bulan purnama, Bintang habiskan dengan mengobrol bersama kedua sahabatnya. Di hadapan Bintang terpampang dua wajah sahabahnya yang belum sama sekali terlihat mengantuk.

Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang