Happy Reading
°°°
Weekend telah berlalu, tibalah hari Senin yang kembali menyibukkan aktivitas. Bintang menikmati hari liburnya yang hanya dua hari itu. Sekarang ia kembali pada pekerjaannya.
Bintang baru saja menyelesaikan meeting dengan beberapa karyawan kantor lain. Baginya, lumayan menyenangkan bekerja di kantoran. Hanya tidak enaknya, ia tidak bisa bebas pergi-pergi di jam kantor. Waktu istirahat pun sebentar.
"Biasanya ada Mas Abi yang nemenin di situ, sekarang sepi banget gak ada dia. Ya walaupun kalau ada Mas Abi, pasti juga diem mulu," ujar Bintang sendiri.
Ia terduduk di kursi besarnya sembari menatap sofa yang biasanya Abi tempati. Bayangan Abi duduk di sana sembari memejamkan tertidur membuatnya rindu. Dalam lubuk hati paling dalam, ia ingin sekali menemui Abi.
"Kapan kita bisa ketemu, Mas Abi?" ucap Bintang sedih sekaligus rindu.
Abi yang pergi tanpa pamit padanya waktu itu, cukup membuatnya kecewa. Tapi juga membuatnya terasa kehilangan. Tak ada yang menemaninya berpergian ataupun mengobrol meski Abi lebih banyak diam.
Sampai sekarang, Abi masih tidak mau menerima teleponnya. Bintang tak tau kenapa, padahal ia rindu pada lelaki itu. Setidaknya kalau tidak bisa melihat wajah Abi langsung, ia bisa mendengar suara Abi.
Kini ia berdiri dari duduknya itu. Setelah tak sengaja melirik jam di dinding yang ternyata sudah menunjukkan waktu makan siang. Ia ada janji dengan Alna di cafe dekat kantor Alna.
Bintang langsung turun dari ruangannya menuju tempat parkir. Lagi-lagi ia harus menyetir mobil sendiri karena tak ada Abi. Setelah menemukan mobilnya, ia langsung pergi menembus padatnya jalanan ibukota.
Sesampainya di cafe, Bintang mencari tempat duduk di dekat jendela dengan sebuah taman kecil terlihat di luar jendela itu. Ini kembali mengingatkannya pada suasana Yogyakarta yang memang tengah ia rindukan.
Tak lama kemudian, Alna datang sendirian dan menghampiri Bintang. Ia tersenyum dan dibalas senyum pula oleh Bintang. Setelah duduk, Alna menghela napas lega. Ia lelah jalan kaki dari kantornya sampai cafe meskipun tak terlalu jauh.
"Aku sengaja belum pesen minum, Al. Kita makan sekalian ya," ucap Bintang lalu memanggil pelayan cafe.
"Aku enggak makan deh, Kak. Minum aja," balas Alna yang dibalas gelengan kepala oleh Bintang.
"Mba, saya mau pesen nasi ayam penyet nya dua ya. Sama jus jeruk satu, terus, kamu mau apa, Al?" Bintang menatap Alna setelah memesan makanan pada sang pelayan.
Kalau begini, Alna ya cuma bisa terima. Padahal ia dalam mode berhemat. Tapi ya sudah lah. Pasrahnya.
"Aku es teh, Kak," jawab Alna.
"Oke. Berarti sama es teh satu, Mba," ucap Bintang pada pelayan.
"Baik, Kak."
Pelayan itu pergi. Kini tinggallah Bintang dan Alna yang duduk berhadapan. Bintang melihat Alna yang tampak lelah. Bahkan gadis itu sedang mengipasi dirinya sendiri menggunakan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]
ChickLitEmpat tahun tidak bertemu, tidak membuat sifat Bintang berubah. Bintang selalu sabar menghadapi sifat Abi yang juga masih sama seperti dulu. Namun, tidak ada yang menyangka, di atas Bintang yang sabar akan Abi, ada seseorang yang juga sama sabarnya...