Happy Reading!
---
"SAH!"
Ah, lega.
Jabatan tangan Ali dan Abi saat ijab qabul baru saja, kini terlepas. Kedua tangan Abi menangkup wajahnya dengan berkali-kali ucapan hamdalah ia lantunkan. Tanpa sadar dan sengaja air mata harunya menetes.
"Alhamdulillah."
Proses akad telah selesai. Abi kini telah menjadi seorang suami. Menegakkan badannya, Abi mengangkat kedua tangannya untuk bersama-sama berdoa.
Tak hanya Abi yang menangis terharu di tempatnya, Bintang pun sama. Gadis yang baru saja berganti status menjadi seorang istri itu di dalam kamar meneteskan air mata harunya. Ia memegang erat kedua tangan sahabatnya. Berkali-kali pula mengucap hamdalah sebagai wujud syukurnya lewat lisan.
Meski berada di kamar, ia menyaksikan acara ijab qabul tadi. Resti berada di sana dan dengan sengaja mengambil video saat Abi mengucap janji sakral itu. Akam tetapi, Bintang juga mendengar langsung suara dari halaman depan rumahnya itu. Di mana acara ijab qabul tadi berlangsung.
"Jangan nangis, Bi. Hapus dulu itu air matanya," ujar Syeira yang sedari tadi mengusap bahu Bintang.
"Turun yuk!" ajak Ghea.
Bintang menganggukkan kepalanya, selepas ia mengusap pipinya yang basah, kini ia berdiri dari duduknya. Bibirnya tersenyum, itu cara untuk meyakinkan dirinya sendiri sebelum ia keluar dari pintu.
Telinganya mendengar namanya disebut untuk segera hadir di halaman rumahnya. Jantungnya benar-benar berdegup tak karuan saat menapakkan kaki keluar rumah. Bintang hanya menunduk, langkah kakinya dituntun oleh kedua sahabatnya yang mengapit lengannya.
Abi berdiri, dia menyambut hadirnya Bintang yang kini berstatus sebagai istrinya. Matanya ingin sekali menatap wajah Bintang, namun gadis itu masih menunduk malu. Tiba di sebelah Abi, Bintang masih saja menunduk, sampai ada suara seseorang yang mencairkan suasana.
"Masih malu-malu ya, Pak, Bu," ucap pegawai KUA yang membuat para tamu terkekeh.
Kemudian, Bintang dan Abi kini saling berhadapan untuk bersalaman. Keduanya sama-sama gugup saat hendak bersentuhan. Bahkan, tangan Bintang sedikit bergetar, tidak dengan Abi. Meski sama gugupnya.
Setelah urusan dengan pihak KUA, entah itu menandatangani berkas atau sebagainya. Kini Abi bersama Bintang berjalan menuju pelaminan dengan bergandengan tangan. Abi bisa merasakan telapak tangan Bintang yang agak basah, mungkin karena keringat.
Pelaminan itu masih sama, berada di halaman rumah milik Ali. Mungkin tak sebesar pelaminan di resepsi Ghaza beberapa bulan lalu. Tapi, Bintang dan Abi sangat puas dengan dekorasi nya. Bahkan, Bintang sedikit tidak percaya jika halaman rumahnya bisa di dekor seindah ini. Terasa megah baginya, tak kalah dengan resepsi kakaknya.
Masih berdiri di pelaminan, di depan kursi yang nantinya mereka duduki. Kini, tamu yang hadir beranjak dari kursi masing-masing dan beralih ke pelaminan untuk menyalami sepasang pengantin yang sedang berbahagia ini.
---
Baru saja Bintang hendak mendudukkan dirinya di kursi, tiba-tiba datang seorang tamu yang sangat ia harap untuk bisa datang di hari bahagianya saat ini. Ia tak sendiri, hanya saja baru dirinya yang melijat datangnya tamu itu. Abi, suaminya, tengah duduk sembari menatap samping berkebalikan dengan arah datangnya seseorang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]
Chick-LitEmpat tahun tidak bertemu, tidak membuat sifat Bintang berubah. Bintang selalu sabar menghadapi sifat Abi yang juga masih sama seperti dulu. Namun, tidak ada yang menyangka, di atas Bintang yang sabar akan Abi, ada seseorang yang juga sama sabarnya...