Happy Reading!
°°°
Suasana ramai membawa kebahagian dan kehangatan di rumah besar milik Ali. Rumahnya hanya ramai saat sedang acara seperti ini. Anaknya semuanya berkumpul. Sebab, semua anaknya sudah menikah dan tinggal sendiri. Ali bersyukur, anak-anaknya berarti mandiri.
Di taman halaman belakang rumah, acara kecil-kecilan untuk menyambut tahun baru itu digelar. Lampu-lampu hias menyala sedemikian rupa memberi keindahan yang sangat indah dilihat dengan kedua mata.
Ali dan Sekar yang terduduk di ayunan kayu membiarkan anak dan menantunya yang bergerak. Mereka kini tengah membakar beberapa makanan, seperti jagung, sosis, daging, dan lain-lain. Acara yang identik dengan menyambut tahun baru.
Di gazebo ada Kirana yang baru selesai membuat bumbu bakaran yang sederhana saja. Lalu ia membawanya pada Ghaza dan Abi yang sedang menyalakan arang untuk bakarannya.
"Udah selesai nih," ucapnya.
"Oke. Bentar ya arangnya belum jadi," balas Ghaza.
"Bintang kok belum balik-balik ya?" ujar Kirana seraya menatap pintu dapur.
Abi langsung menoleh mendengar hal itu. Ia baru sadar, sudah lima belas menitan Bintang pergi. Dan sampai saat ini belum kembali juga. Pantas saja perasaannya sejak tadi tak enak, merasa khawatir.
Ghaza yang sadar dengan pergerakan Abi itu, langsung berujar, "Kalau mau nyari Bintang gapapa. Arangnya biar sama aku aja, Bi."
Abi menganggguk, lalu berdiri dari posisi nya tadi yang berjongkok. Akan tetapi, belum saja ia melangkah, suara Bintang terdengar di telinganya dan kedatangan sosok anak kecil memasuki taman belakang ini.
"Jevan! Jangan lari-lari, nanti kamu jatuh," seru Bintang yang terlihat panik.
Tapi rupanya anak yang dipanggil Jevan itu tak mendengarkannya, justru mengeles. "Aku gak akan jatuh, 'kan hati-hati."
"Kamu yang jangan lari-lari nyusul larinya Jevan, Bi," ucap Abi setibanya Bintang di dekatnya.
"Jevan, lain kali kalau pergi sama Tante Bintang jangan lari-larian dulu ya. Tante Bintang 'kan capek bawa dede bayi di perutnya."
Pandangan Bintang dan Abi tertuju pada Jevan yang kini diam di dekat Ibunya, Kirana. Anak itu sebenarnya penurut, tapi memang anak seusianya wajar banyak tingkah. Bintang pun juga mewajarkan itu.
"Iya, Ma. Gak gitu lagi," jawab Jevan di akhiri cengirannya.
Kirana mengusap rambut Jevan gemas. Lalu membiarkan anaknya itu mendekati Ghaza, sepertinya ia penasaran dengan apa yang dilakukan Ghaza.
"Bi, kamu duduk aja sini," ujar Kirana.
Bintang menoleh pada Abi, "Duduk aja, kamu gak boleh kecapean, Bi." Abi bersuara.
Kini Bintang duduk di sebelah Kirana. Tidak ada hal yang mereka lakukan lagi selain memandangi Jevan, Ghaza, dan Abi yang sedang membakar makanan yang sudah disiapkan tadi.
"Lama gak ketemu Jevan, dia udah segede itu ya, Mba," ujar Bintang dengan senyumnya.
"Iya, kamu 'kan jarang ke Jakarta. Mba juga gak nyangka Jevan udah segede itu. Padahal rasanya baru aja kemarin Mba lahirin dia," balas Kirana, "Kandungan kamu sekarang juga udah gede, Bi. Empat bulan ya sekarang? Baik-baik aja 'kan?" lanjut Kirana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Sepupu! [TAMAT]
ChickLitEmpat tahun tidak bertemu, tidak membuat sifat Bintang berubah. Bintang selalu sabar menghadapi sifat Abi yang juga masih sama seperti dulu. Namun, tidak ada yang menyangka, di atas Bintang yang sabar akan Abi, ada seseorang yang juga sama sabarnya...